Konten dari Pengguna

Tari Topeng Patenteng, Budaya Khas Masyarakat Bangkalan yang Tak Lagi Diminati

Aiyul Hisbainia
Universitas Muhammadiyah Surabaya Jurusan Pendidikan Matematika
27 Oktober 2024 13:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aiyul Hisbainia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tangkapan layar dari hasil video yang diambil sendiri
zoom-in-whitePerbesar
Tangkapan layar dari hasil video yang diambil sendiri
ADVERTISEMENT
Topeng Patenteng merupakan sebuah tarian yang berasal dari Modung Kabupaten Bangkalan (Rokat Sombher), yang tak lagi diminati. Generasi muda di sana enggan menekuni atau memainkan tarian yang diyakini dapat mengusir roh jahat ini.
ADVERTISEMENT
Tarian ini melibatkan lima topeng yang dipercaya oleh penduduk lokal memiliki karakter mistis dengan peran yang berbeda, seperti dua topeng berwarna putih sebagai punokawan atau pengawal, sementara dua topeng berwarna kuning sebagai cokro panji raja dan ratu, dan satu topeng berwarna hijau menggambarkan roh lokal.
Pertunjukan tarian ini diadakan untuk mengawinkan sumber mata air setiap tahun, dengan tujuan agar warga di desa tersebut diberkati dengan air yang berlimpah. Acara ini biasanya dilakukan di rumah tokoh masyarakat, sumur jantan, dan sumber mata air betina.
Setelah pertunjukan, acara diakhiri dengan doa dan prosesi mengawinkan sumber air dengan menggabungkan air dari sumur jantan dan betina. Tarian ini juga berisi pujian kepada Sang Maha Kuasa dengan harapan agar sumber air di Desa Patenteng tetap berlimpah.
ADVERTISEMENT
Biasanya tarian ini selalu dilakukan setiap satu tahun sekali,tetapi dengan berkembangnya zaman minat pemuda di Madura terhadap seni topeng Patenteng kemungkinan menurun karena adanya pergeseran budaya dan minat terhadap hiburan modern.
Kurangnya dukungan dari pemerintah atau komunitas juga menjadi faktor penurunan minat ini. Aksesibilitas dan kesempatan untuk belajar seni topeng mungkin terbatas, serta tantangan mempertahankan relevansi seni tradisional di era globalisasi juga berkontribusi pada fenomena ini.