Punya Anak Kadang Perlu Berdarah-darah dan Bermodalkan Banyak Uang

Ajeng Illastria Rosalina
Profesi : Apoteker, ASN BPOM
Konten dari Pengguna
19 Agustus 2021 16:59 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ajeng Illastria Rosalina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tulisan berikut adalah murni berdasarkan pengalaman pribadi. Saya bukan dokter ataupun pakar fertility, tapi saya apoteker yang sedikit banyak tahu tentang obat, pengobatan, fungsi dan efek sampingnya.
sumber : Pixabay.com
Saya punya masalah dengan memiliki momongan. Pada awal menikah, saya berkeinginan untuk segera memiliki anak, namun saya punya tantangan besar, karena saya dan suami saat itu tinggal di beda kota. Saya di Sidoarjo sedangkan suami di Cepu, waktu tempuh rata rata kedua kota dengan moda transportasi kereta adalah 3 jam. Karena saking pengennya segera memiliki anak, saya mendownload aplikasi my calender di Google play store untuk memantau masa subur dan melakukan tes menggunakan test pack setelah seminggu berhubungan dengan suami. Karena menurut keterangan di kemasan test pack, hormon kehamilan sudah dapat terdeteksi di waktu tersebut.
ADVERTISEMENT
Setelah bulan kedua pernikahan, saya mendapatkan hasil postif pada test pack, namun secara siklus saya belum terlambat datang bulan, sehingga saya memutuskan untuk menunggu menemui dokter kandungan.
Singkat cerita setelah hitungan siklus memasuki minggu ke 5, saya mendapati keluar darah seperti menstruasi. Kemudian segera saya menemui dokter kandungan dan saya dinyatakan keguguran. Berdasarkan pengamatan gumpalan darah yang keluar, saya disarankan untuk kuret.
Setelah sekitar satu tahun berusaha, akhirnya saya kembali terlambat datang bulan dan positif dari hasil test pack. Saya segera menemui dokter kandungan, namun belum terlihat kantung hamil, jadi dokter belum dapat menyatskan bahwa saya hamil. Pada minggu kelima saya kembali mengalami keguguran namun tidak dilakukan kuret.
Karena terjadi keguguran berulang, saya diminta dokter kandungan untuk melakukan test torch yakni tes imunologi untuk melihat infeksi yang dapat menyebabkan keguguran, yakni Toksoplasma, Rubella dll. Dari hasil laboratorium saya dinyatakan pernah mengalami infeksi Rubella di masa lampau terlihat dari imun yang telah terbentuk. Menurut dokter, seharusnya bila infeksinya telah lampau tidak diperlukan pengobatan, namun karena saya mengalami keguguran berulang, maka dokter memutuskan untuk memberikan antivirus dan antibiotik.
ADVERTISEMENT
Setelah masa pengobatan selesai, saya dan suami kembali mencoba peruntungan, namun setelah dua tahun masa pernikahan, saya belum juga hamil. Selama sekitar satu tahun proses berusaha tersebut saya mengkonsumsi obat Clomifene Citrate tanpa pengawasan dokter yang kemudian belakangan saya sadari menimbulkan efek samping pebebalan dinding rahim yang tidak optimal (kita bahas di bawah).
Kami memutuskan untuk menemui dokter fertility (dokter kandungan konsulen/subspesialis fertility dan hormon reproduksi). Saya menjalani banyak tes, sedangkan suami menjalani tes kualitas dan kuantitas sperma. Dari hasil tes diketahui pergerakan sperma suami kurang mendukung sehingga dokter meresepkan suplemen sebagai treatment. Dan setelah treatment selesai, hasil tes sperma telah baik.
Rangkaian tes yang saya jalani diawali dengan tes kadar hormon yang mempengaruhi sistem reproduksi. Ditemukan kadar hormon di tubuh saya yang tidak seimbang, hormon prolaktin terlalu tinggi sedangkan hormon progesteron terlalu rendah. Dokter meresepkan obat impor yang tidak terdaftar di Indonesia, atau dengan kata lain obat tersebut ilegal. Dokter menunjuk satu apotek khusus untuk menebus obat tersebut.
ADVERTISEMENT
Selain tes hormon saya juga menjalani tes HSG atau Histerosalpingografi yakni tes x-ray untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan pada tuba fallopi yang mungkin dapat menghambat kehamilan. Dari hasil tes tersebut tuba fallopi saya normal.
Setelah treatment selesai dan tes hormon saya normal, dokter memulai program hamil, dengan meresepkan Clomifene Citrate, misoprostol dan beberapa suplemen serta menjadwalkan waktu berhubungan dengan suami serta menjadwalkan kontrol pada tanggal tertentu bersarkan siklus menstruasi. Clomifene dijadwalkan dikonsumsi pada hari kelima pada siklus menstruasi. Obat tersebut berfungsi meningkatkan pematangan sel telur secara kualitas dan kuantitas. Kemudian dokter menjadwalkan kontrol pada hari ke 12 siklus untuk memeriksa kualitas dan kuantitas sel telur. Diketahui Clomifene bekerja dengan baik untuk sel telur saya.
ADVERTISEMENT
Saya diminta untuk mengkonsumsi Misoprostol yang merupakan off-labeled drug untuk memecah (meretakkan) sel telur sehingga saat sperma menjangkaunya bisa terjadi pembuahan.
Setelah 5 siklus menjalani treatment tersebut namun belum ada hasil, dokter melakukan pemeriksaan Histeroskopi yakni pemeriksaan kondisi rahim dengan memasukkan kamera melalui vagina dan melakukan pemantauan kondisi rahim dan sekitarnya melalui layar monitor. Dari histeroskopi ditemukan bahwa aliran darah ke sekitar rahim saya kurang lancar. Saat itu juga dilakukan tindakan oleh dokter yakni dengan membuat sedikit luka/gores yang tujuannya memicu peningkatan aliran darah ke daerah tersebut.
Pada bulan ke enam masih tidak didapatkan hasil yang diharapkan. Dari pemeriksaan USG Transvaginal dokter menemukan bahwa penebalan dinding rahim saya tidak optimal, yang mungkin menyebabkan tidak terjadinya kehamilan. Karena menyebabkan zigot (hasil pembuahan sel telur dengan sel sperma) tidak dapat menempel dan berkembang di sana.
ADVERTISEMENT
Akhirnya dokter memberikan treatment infus Filgastrim yang lagi-lagi merupakan off-labeled drug. Indikasi resmi obat tersebut adalah untuk pasien kanker untuk menangani efek samping kemoterapi. Obat tersebut di berikan kepada saya untuk meningkatkan pembelahan sel saat penebalan dinding rahim sehingga terjadi penebalan dinding yang optimal. Dokter juga mengganti obat penyubur dari Clomifene menjadi Letrozol. Atas kehendak Allah pula akhirnya saya berhasil hamil.
Selama masa kehamilan, saya banyak menerima obat dalam bentuk hormon dan anti pembekuan darah. Obat anti pembekuan darah oral diresepkan selama trimester pertama, sedangkan obat anti pembekuan darah injeksi diberikan sebanyak 4 kali penyuntikan dengan rentang satu minggu.
Dengan perhatian penuh selama kehamilan, alhamdulillah bayi pertama saya lahir sempurna melalui persalinan caesar.
ADVERTISEMENT