Mengenal Informasi Geospasial dalam Kehidupan Sehari-hari

Aji Putra Perdana
Seorang Geograf(er) yang mengamati lingkungan sekitar dari sudut pandang geografi. Pemerhati Peta dan Toponim. Saat ini bekerja di Badan Informasi Geospasial.
Konten dari Pengguna
14 Juni 2021 10:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aji Putra Perdana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Istilah "Geospasial" semakin populer dan dikenalkan terus-menerus oleh Badan Informasi Geospasial pasca UU Nomor 4 Tahun 2011 ditetapkan dan kini diperkuat dengan keberadaan Informasi Geospasial (IG) sebagai bagian dari UU Cipta Kerja. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun 2021 sebagai pelaksanaan IG dari amanah UU Cipta Kerja tersebut menjabarkan kembali definisi dari Geospasial, Data Geospasial (DG), dan Informasi Geospasial.
ADVERTISEMENT
Informasi Geospasial itu sendiri adalah DG yang telah diolah sehingga dapat digunakan untuk berbagai kepentingan terkait ruang kebumian. Nah, bahasa sederhana yang dikenal sedari dulu IG itu adalah Peta. Kira-kira sejauh mana keberadaan IG tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari?
Tulisan kali ini mencoba menelisik sedikit IG yang ada dalam keseharian kita, baik itu disadari maupun tidak kita sadari sebelumnya.
Ilustrasi membaca peta cetak (Kredit Foto: Photo by Nick Seagrave on Unsplash)
Peta Mental (Mental Map)
ADVERTISEMENT
Informasi geospasial dibangun sedari kecil, ingatkah sewaktu pertama kali kita berangkat sekolah sendiri setelah sebelumnya diantar orang tua? Bagaimana kita berinteraksi dengan tempat-tempat sekitar, lokasi yang dilalui ditandai dan rute perjalanan direkam dalam otak kita sebagai peta mental.
Ilustrasi keceriaan anak sekolah (Kredit Foto: Photo by Husniati Salma on Unsplash)
Saya kerap mempergunakan konsep peta mental ini dengan meminta peserta pelatihan maupun sosialisasi penyelenggaraan nama rupabumi untuk menggambarkan rute perjalanan mereka dari rumah atau kantor menuju lokasi acara. Acapkali, saya temui gambar yang diperoleh dari peserta laki-laki cenderung sederhana. Di sisi lain, gambar dari peserta perempuan cenderung lebih detail minimal serupa dengan denah lokasi acara pernikahan. Penggambaran peta mental tersebut pun, saya lakukan kembali saat kegiatan penelaahan nama rupabumi di Provinsi Sulawesi Utara minggu lalu. Kemudian, gambar pilihan panitia ditentukan maka peserta kami minta maju ke depan dan menceritakan isi petanya.
Peserta dengan gambar peta mental terbaik pilihan panitia (Dokumentasi Pribadi)
Peta Denah Lokasi
ADVERTISEMENT
Bentuk lain dari IG yang paling dekat dengan kita adalah peta denah lokasi acara di mana di dalamnya digambarkan objek bangunan atau titik lokasi acara hingga jaringan jalan dilengkapi rutenya. Contoh nyata adalah denah lokasi acara pernikahan pada lembar undangan. Peta denah lokasi ini merupakan informasi geospasial yang menunjukkan lokasi dan rute yang dapat kita tempat untuk menuju suatu tempat.
Meskipun sajiannya sederhana dan hanya menampilkan objek penting serta lokasi tujuan. Serupa dengan bagaimana ketika kita diminta untuk menggambarkan peta mental pada selembar kertas. Kini, peta denah lokasi pada undangan acapkali dilengkapi dengan barcode yang berisi tautan lokasi dengan Google Maps atau ada pula yang menuliskan koordinat lintang bujur lokasi.
ADVERTISEMENT
Transportasi Daring
Sebagaimana pernah diulas dalam tulisan tentang dunia geospasial di genggaman tangan kita, transportasi daring dan sejenisnya merupakan pemanfataan IG beserta teknologinya yang mendekatkan masyarakat dan membantunya di tengah pandemi COVID-19. Transportasi daring yang kian populer menjembatani akses masyarakat ke berbagai lokasi untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, dari mulai transportasi, mobilitas, hingga makanan bahkan barang belanjaan.
Hal ini semakin menyadarkan kita bahwa seiring kemudahan akses internet, GPS pada ponsel, serta ketersediaan peta digital membikin hidup lebih mudah. Membuktikan pula bahwa pemanfaatan IG dalam kehidupan sehari-hari semakin terasa.
Navigasi dan Pencarian Lokasi
Untuk navigasi perjalanan dulu kala, kita mesti membawa lembaran peta cetak, kini cukup membawa ponsel untuk digenggam ataupun diletakkan pada dashboard kendaraan. Mencari lokasi dapat dengan mudah mengetikkan nama lokasi pada peta digital. Biasanya jika tersesat pada suatu lokasi, kita akan berhenti sejenak dan bertanya atau mencari penduduk lokal maka dengan memanfaatkan peta digital seperti Google Maps kita dapat bertanya pada fasilitas tersebut.
Ilustrasi menggelar peta cetak untuk mencari lokasi (Kredit Foto: Photo by Glenn Carstens-Peters on Unsplash)
Walaupun, kadang kecanggihan juga kerap membawa pada permasalahan lainnya terlebih apabila ada kesalahan pada saat pembacaan peta ataupun karena rute yang ditunjukkan tidak sesuai. Beberapa pengguna dapat tersesat atau ditunjukkan jalur yang tidak sesuai dengan kondisinya di lapangan. Hal ini menuntut adanya pengguna yang smart saat menggunakan gawai yang smart. Konon katanya, bukan hanya gawai yang mesti pintar kitanya pun mesti pintar dalam menggunakannya. Literasi geospasial menjadi kunci dalam penggunaan peta digital pada gawai pintar.
ADVERTISEMENT
Peta Mudik (daring)
Meskipun di tengah pandemi COVID-19 ini terdapat larangan mudik, namun sebelum kejadian tersebut peta mudik merupakan salah satu IG tematik yang paling dinantikan.
Masyarakat mengenal Peta Mudik setiap tahun menjelang momen pulang kampung mendekati lebaran atau hari raya Idul Fitri. Peta tersebut menjadi acuan karena berisi lokasi-lokasi pemberhentian dan posko-posko penting sepanjang rute perjalanan mudik.
Kini tatkala semua dapat diakses dalam genggaman tangan sehingga peta mudik daring, semakin membuka pentingnya keberadaan IG dalam kehidupan sehari-hari.
Tag (menandai) lokasi dan Share (berbagi) lokasi pada media komunikasi sosial
Menandai suatu lokasi pada foto yang diambil dan dibagikan melalui media sosial menjadi suatu kebiasaan tersendiri. Selain untuk menunjukkan di mana foto tersebut diambil juga untuk menunjukkan bahwa mereka sedang atau telah berkunjung ke lokasi tersebut.
Ilustrasi menunjuk lokasi di peta (Kredit Foto: Photo by José Martín Ramírez Carrasco on Unsplash)
Meskipun, saking bebasnya kita memberi nama atau tanda pada suatu lokasi tak jarang pula nama lokasi akan mengalami vandalism ringan atau saja suatu keisengan spasial. Misalnya, tag lokasi dengan nama “di rumah aja” atau fotonya ada di Cibinong tetapi dia tag lokasi di Paris.
ADVERTISEMENT
Selain tag lokasi, sekarang kita dimanjakan dengan berbagi lokasi atau dikenal dengan share loc yang biasanya difasilitasi pada media komunikasi seperti WhatsApp. Bahkan tersedia fasilitas share live location untuk kurun waktu tertentu. Hal ini semakin memudahkan kita untuk dapat menggunakan informasi lokasi sebagai alat navigasi dan pencarian lokasi.
Informasi sebaran kejadian bencana
IG dalam bentuk peta semakin dikenal hari demi hari, salah satunya adalah peta tematik kebencanaan. Baik kejadian banjir, longsor, disusul bencana non alam seperti saat ini yaitu pandemi COVID-19.
Kemudahan membuat peta dashboard berbasis web memberikan informasi yang mudah dicerna oleh berbagai pengguna karena berisi peta dan informasi pendukung lainnya. Pemerintah daerah, pemerintah pusat, hingga akademisi berlomba-lomba menyajikan data dan informasi terkait kejadian pandemi COVID-19 dan analisanya di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Secuil gambaran IG dalam keseharian kita, semoga dapat semakin mendekatkan IG dan membahasakan IG ke dalam bahasa sehari-hari kehidupan bermasyarakat. Meningkatnya geoliterasi tentunya semakin membantu kita semua memahami fenomena geografis yang terjadi di sekitar kita.