Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mereka yang Tewas Terbakar Secara Tiba-tiba
30 Juli 2019 19:51 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Ochi the Explorer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kalian pecandu alkohol? Atau kalian suka menghabiskan waktu senggang dengan meminum satu atau dua gelas minuman beralkohol? Atau kalian perokok berat?
ADVERTISEMENT
Cerita gue ini mungkin akan membuat kalian para pecandu alkohol dan perokok berat berpikir lagi dan mencoba hidup sehat. Sebenarnya, bukan hanya pecandu alkohol dan perokok berat saja sih, tapi orang-orang dengan gaya hidup tidak sehat.
Lupakan soal bahaya kolesterol, ancaman penyakit jantung, kanker, dan sebagainya. Gaya hidup tidak sehat, rupanya bisa membuat lo semua mati terbakar hidup-hidup dan jadi abu.
Fenomena ini dinamakan Spontaneous Human Combustion atau SHC. Gue pertama kali kenal istilah ini waktu masih SMP, lewat sebuah komik berjudul C.M.B karya Motohiro Katou. Thanks a lot sudah membuat masa remajaku penuh ilmu. Meski ilmunya yang begini-begini, enggak muncul juga di Ujian Nasional.
Nah, jadi, SHC ini penjelasan singkatnya adalah fenomena unik saat tubuh lo terbakar secara tiba-tiba. Tanpa ada penyebab jelas, tiba-tiba kebakar aja gitu secara random. Kebakarnya pun bukan cuma kebakar, tapi benar-benar jadi abu.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar kasus memiliki ciri-ciri yang sama. Hampir semua korbannya merupakan pecandu alkohol kronis atau memiliki ruang gerak yang sedikit karena obesitas atau penyakit tertentu.
Biasanya, bagian tubuh akan terbakar habis menjadi abu yang berminyak dan berbau busuk, serta hanya menyisakan kaki --telapak kaki atau betis-- dan tangan saja. Selain itu, anehnya, meski tubuh korban menjadi abu, tapi api yang membakar tidak menimbulkan kerusakan berarti di sekitar korban.
Berikut kasus-kasus SHC yang pernah terjadi di seluruh dunia.
Beatrice Oczki
Beatrice adalah seorang janda berusia 51 tahun yang memenuhi semua kriteria ‘calon’ korban fenomena SHC. Beberapa tahun sebelumnya, Beatrice sempat mengalami kecelakaan yang membuat lutut kirinya patah.
Karena ia juga mengidap diabetes, tulang tersebut tidak pernah sembuh seperti semula dan membuatnya harus menghabiskan waktu terus menerus di dalam rumah. Selain ruang geraknya yang sangat terbatas, kondisi ini juga membuat Beatrice menjadi seorang pecandu alkohol.
ADVERTISEMENT
Suatu hari, anaknya, Frank, berpamitan untuk berlibur dan bermain ski dalam waktu yang cukup lama. Setelah melepas anaknya pergi, Beatrice masuk ke dalam rumah dan duduk-duduk di kursi kesayangannya. Atau setidaknya, itulah kegiatan terakhir Beatrice yang bisa diketahui.
Keesokan harinya, mantan istri Frank, Shelley, mendatangi rumah keluarga Oczki untuk mengambil beberapa barangnya. Setelah menunggu cukup lama tanpa jawaban, Shelley mencoba untuk masuk secara paksa. Apalagi Shelley mencium bau asap dari dalam rumah.
Karena semakin curiga, ia lalu memanggil petugas pemadam kebakaran. Namun, apa yang mereka temukan sungguh mengejutkan. Di dalam ruang tengah, di lokasi Breatrice harusnya berada, terlihat ada bekas kursi yang terbakar dan dua potong kaki, salah satunya menggunakan penyangga seperti milik Beatrice.
ADVERTISEMENT
Setelah diteliti, para petugas cukup yakin jika Beatrice tewas dan terbakar habis hingga menjadi abu dan hanya menyisakan bagian kaki saja. Anehnya, hanya tubuh Beatrice dan kursi yang menempel pada tubuhnya saja yang terbakar habis. Sisanya, ruangan tersebut utuh tanpa noda. Bahkan, perabot plastik dan koran yang terletak di dekat mayat Beatrice terlihat utuh.
Helen Conway
Upper Dabby, Pennsylvania, adalah wilayah sub-urban yang cukup tenang. Bangunan-bangunan di sana, rata-rata merupakan rumah batu yang sudah berdiri sejak 1900-an. Namun, pada 8 November 1964, sebuah insiden misterius merusak ketenangan kota ini.
Helen Conway, seorang perempuan berusia 51 tahun, ditemukan terbakar habis di dalam kamarnya. Berdasarkan kesaksian saksi mata, api misterius itu membakar dan menghanguskan tubuh Helen begitu cepat hingga jadi abu.
ADVERTISEMENT
Hari itu, Helen tengah berada di rumah bersama dua cucunya, sementara anak dan menantunya tengah melancong ke luar kota. Sekitar pukul 08.15 pagi, Helen memanggil cucunya, Stephanie, yang tengah menonton TV di lantai satu. Ia meminta cucunya untuk mengambilkan korek. Helen memang dikenal sebagai perokok berat.
Sekitar pukul 08.30, Stephanie turun dan kembali menonton televisi. Pukul 08.42, tetangga Helen, Robert Meslin, yang saat itu hendak berangkat ke gereja melihat ada kobaran api dari jendela kamar Helen. Ia pun bergegas mengetuk pintu rumah Helen, dan dibukakan oleh Stephanie.
Karena suhu panas yang luar biasa di lantai dua, Robert mengurungkan niatnya untuk masuk ke kamar Helen. Sekitar pukul 08.48, petugas kebakaran tiba di lokasi dan menemukan seluruh tubuh Helen, kecuali kakinya, sudah berubah jadi abu.
ADVERTISEMENT
Hal ini tentunya cukup aneh. Sebab, umumnya, untuk bisa berubah menjadi abu, tubuh manusia harus dibakar dengan suhu seribu derajat dalam waktu paling tidak sekitar tiga jam. Sementara, dalam kasus Helen, diperkirakan Helen masih hidup pada pukul 08.42, atau enam menit sebelum ditemukan hangus menjadi abu.
Bayangkan, enam menit! Api sepanas apa yang membakar tubuh Helen?
Anehnya lagi, meskipun api tersebut sangat panas, tidak ada kerusakan berarti di rumah Helen. Satu-satunya yang ikut hancur terbakar adalah kursi yang diduduki oleh Helen, sementara perabotan lainnya utuh tanpa noda.
George Mott
George Mott adalah seorang petugas pemadam kebakaran yang sudah bekerja selama 30 tahun di pusat Kota New York. Ratusan insiden api yang mematikan berhasil ia lewati, kecuali satu.
ADVERTISEMENT
Pada 26 Maret 1986, putra George, Kendal, mendatangi rumah ayahnya setelah deretan teleponnya tidak mendapat respons sehari sebelumnya. Sejak pensiun, George harus menjalani terapi oksigen di rumah karena masalah paru-paru dan saluran pernapasan. Ia juga menjadi seorang perokok berat dan pecandu alkohol.
Namun, George tidak pernah menjawab. Kendal lalu menemukan hal janggal di rumah ayahnya. Jendela-jendela berwarna kecokelatan dan di dalam rumah, ada asap tipis yang menyelimuti. Saat memasuki kamar ayahnya, ia menemukan Sang Ayah sudah berubah menjadi abu dan hanya menyisakan beberapa potong tulang dan tengkorak.
Seperti kasus-kasus sebelumnya, tempat tidur George pun menjadi satu-satunya benda yang rusak parah di ruangan itu. Meski tubuh Geoge habis, layaknya dikremasi, namun tempat tidurnya tidak benar-benar hancur.
ADVERTISEMENT
Tapi, berbeda dengan kasus lainnya, televisi di kamar George bagian ujungnya meleleh. Namun, boks kayu di dekat George justru baik-baik saja, dan terapi oksigen masih menyala dari masker George yang utuh.
Jeannie Saffin
Kasus ini mungkin merupakan satu-satunya kasus SHC yang memiliki saksi mata saat api mulai menyala. Jeannie Saffin adalah perempuan berusia 61 tahun yang tinggal di London, Inggris. Sejak lahir, ia mengalami cacat mental sehingga harus dirawat oleh keluarga hingga usia senja.
Pada 10 September 1982, Jeannie tengah duduk berdua dengan ayahnya, John Saffin, usai makan malam. Tiba-tiba, John melihat ada kobaran api keluar dari mulut Jeannie. Jeannie yang panik mencoba berteriak, tapi api tersebut justru terlihat menyembur dari mulutnya, seperti naga.
ADVERTISEMENT
Don Caroll yang kebetulan datang berkunjung, kaget melihat kondisi kakak iparnya. Ia dan John, langsung mencoba memadamkan api dari wajah Jeannie. Don langsung memanggil ambulans untuk membawa Jeannie ke unit luka bakar di Rumah Sakit Mount Vernon. Jeannie yang sempat koma, meninggal beberapa hari kemudian.
Baik John maupun Don mengklaim jika tidak ada satu pun pemicu api di dalam ruangan saat itu. Bahkan, Don menyebut, satu-satunya yang terbakar hanya wajah Jeannie saja, tempat api tersebut berasal.
Cornelia Zangheri Bandi
Cornelia yang bergelar Countess, adalah istri dari seorang bangsawan kenamaan di Italia, tepatnya di kota bagian utara bernama Cesena. Di tahun 1731, saat Bandi berusia 67 tahun, ia ditemukan hangus terbakar di antara tempat tidur dan jendela kamarnya.
ADVERTISEMENT
Kasus ini merupakan asal mula istilah SHC, yang dilontarkan oleh Paul Rolli dalam artikel ilmiah yang termuat di Philosophical Transactions of the Royal Society. Dalam catatan itu, dijelaskan jika Bandi ditemukan dalam kondisi tewas terbakar di kamar tidurnya.
Dari sisa jasad yang ditemukan, pihak berwajib menilai sebelum hangus terbakar, Bandi sempat terbangun dan berusaha berjalan menuju jendela. Namun, api yang muncul terlanjut membakar habis tubuhnya hingga jadi abu dan hanya menyisakan kaki serta tiga jari.
Selain karena nama besarnya, kasus Bandi ini menjadi sorotan karena banyak hal aneh. Misalnya, meski tubuhnya habis terbakar, namun kamarnya terlihat bersih nyaris tanpa ada bekas terbakar. Selain itu, tidak ditemukan pemicu api dalam kejadian ini.
ADVERTISEMENT
Anyway, kayaknya sudah kepanjangan. Kalau masih ada yang penasaran dengan apa sih SHC itu, dan bagaimana kesaksian-kesaksian dari mereka yang terlibat kasus ini, gue sudah mencantumkan video dokumenter di atas. Sila ditonton dan diresapi, ya, kawan-kawan.
Nah, menurut penelusuran gue, sebenarnya banyak ahli yang mencoba menjelaskan bagaimana fenomena ini bisa terjadi tanpa ada pemicu api eksternal. Apalagi, fenomena ini bisa dibilang sangat-sangat langka.
“Jika ini adalah hal nyata, kenapa tidak terjadi lebih sering? Ada 5 miliar orang di dunia (tahun 1987), tapi kita tidak melihat ada laporan ada orang yang tiba-tiba terbakar saat berjalan atau menonton bola, atau malah saat menyeruput kopi,” kata Benjamin Radford, seorang editor majalah sain, Skeptical Inquirer.
ADVERTISEMENT
Apakah di era milenial ini, fenomena SHC pernah terjadi? Jawabannya, pernah. Kasus ini sempat menghebohkan India sekitar tahun 2013 lalu kalau enggak salah. Kenapa enggak gue masukkan ke sini? Karena belum ada kejelasan apakah ini merupakan bagian dari fenomena SHC atau kasus kriminal yang dibuat seolah-olah SHC.
Salah seorang peneliti sel, Lawrence Afrin, memprediksi fenomena langka ini dipicu oleh kondisi Mast Cell Activation Syndrome (MCAS). Dalam kondisi ini, sel mast secara spontan akan melepaskan lebih dari 200 molekul inflamasi, termasuk zat norepinefrin.
Pelepasan norepinefrin -- atau zat turunan sel mast lainnya-- dalam jumlah besar bisa mengaktifkan protein UCP-1 dalam jumlah yang besar pula. Protein inilah yang menyebabkan oksidasi adiposa yang dilepaskan sebagai panas. Dengan kondisi yang ‘tepat’, pelepasan norepinefrin yang tiba-tiba bisa menyebabkan pembentukan panas dalam tubuh hingga lebih dari 90 derajat celcius.
ADVERTISEMENT
Nah, apakah kamu masih berminat menjadi perokok berat dan pecandu alkohol? Yuk, ubah gaya hidupmu mulai dari sekarang!