Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kursi Panas Ketum PSSI, Iwan Bule Bisa Atasi?
17 Oktober 2022 23:31 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Akbar Maulana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini mereka yang duduk di kursi Ketum PSSI selalu berakhir pada kontroversi, ada yang berakhir menjadi gubernur bahkan ada yang masuk bui. Bagaimana Iwan Bule dengan kursi panas ini?
Menjadi perkara yang tidak gampang mengurus sepak bola Indonesia dengan jumlah populasi dan fanatisme masyarakatnya. Alih-alih mempertahankan tren positif prestasi Timnas Indonesia, PSSI kini justru dibuat pusing dengan tragedi Kanjuruhan Malang yang memakan ratusan korban jiwa.
ADVERTISEMENT
Tragedi 1 Oktober itu menjadi catatan merah bagi Ketua Umum PSSI saat ini, Mochamad Iriawan atau Iwan Bule. Bila beberapa waktu lalu dia dicibir soal aksinya yang masuk ruang ganti pemain kala Timnas Indonesia berlaga di final AFF 2020 melawan Thailand, kini dirinya dihujat lantaran tragedi Kanjuruhan Malang.
Menengok pendahulunya, menjadi Ketua Umum PSSI memang tidak gampang, posisinya rawan cobaan dan godaan. Akhir-akhir ini mereka yang duduk di kursi Ketua Umum PSSI selalu berakhir pada kontroversi, ada yang berakhir menjadi gubernur, bahkan ada yang masuk bui.
Sebut saja Gubernur Sumatera Utara saat ini, Edy Rahmayadi yang merupakan Ketua Umum PSSI periode 2016-Januari 2019. Edy Rahmayadi semestinya mengakhiri masa baktinya di PSSI hingga 2020, namun ketika 2018 dia justru melenggang mejadi gubernur. Memiliki jabatan ganda, prestasi terbaiknya adalah membawa Timnas U-16 juara AFF 2018, kompetisi tingkat ASEAN yang bahkan tak masuk kalender FIFA.
ADVERTISEMENT
Beda dengan Edy Rahmayadi, karier Joko Driyono alias Jokdri di PSSI justru berakhir di bui. Dilantik menjadi Plt Ketua Umum PSSI menggantikan Edy Rahmayadi pada Januari 2019, Joko Driyono tersandung kasus pengaturan skor. Jokdri ditetapkan sebagai tersangka dan divonis penjara 1 tahun 6 bulan. Pria yang 15 tahun malang melintang di dunia sepak bola Indonesia itu bebas 25 Maret 2020 lalu.
Kalau Jokrdi dipenjara masih karena bola, Ketua Umum PSSI periode 2003-2011, Nurdin Halid, justru tersandung masalah penyelundupan gula impor ilegal hingga korupsi pengadaan minyak goreng. Tindakan menyimpang hukum itu dia lakukan ketika berstatus sebagai Ketua Umum Koperasi Distribusi Indonesia (KDI).
Lebih sakti dari Jokdri, Nurdin Halid tetap berstatus sebagai Ketum PSSI meski dirinya dibui. Federasi sepak bola nasional kala itu dikendalikan Nurdin Halid dari balik jeruji. Setelah adanya demonstrasi suporter dan tekanan FIFA, pada 2011 FIFA mengeluarkan keputusan melarang beberapa tokoh, termasuk Nurdin Halid ikut serta pemilihan Ketum PSSI. Rezim Nurdin Halid yang kontroversi pun berakhir di sini.
ADVERTISEMENT
Lengser atau Pasang Badan
Kembali ke Iwan Bule, masyarakat kini beropini bagaimana tanggung jawabnya sebagai Ketua Umum PSSI atas terjadinya tragedi Kanjuruhan, apakah lebih baik mundur atau pasang badan untuk mengusut tuntas, dan yang tak kalah penting bagaimana agar tragedi serupa tak terulang kembali.
Iwan Bule sudah menegaskan bahwa dirinya tidak akan mundur, sebagai bentuk tanggung jawabnya. Oleh karena itu, PSSI membentuk satgas transformasi sepak bola yang berisi pemerintah, FIFA, AFC, Polri, Kemenpora, Kemendagri, Kementerian PUPR, dan Kemenkes.
Opini dari berbagai pihak kini terpecah, ada yang pro agar Iwan Bule bertahan dan ada yang kontra mendesak dia lengser. Pihak yang mendukung sikap Iwan Bule itu salah satunya adalah pelatih Timnas, Shin Tae-yong. Bahkan pelatih yang pernah membawa Timnas Korea Selatan Taklukkan Jerman di Piala Dunia 2018 tersebut mengancam akan mundur jika Iwan Bule mundur.
ADVERTISEMENT
Hal serupa dilontarkan anak asuh Shin, Saddil Ramdani dan Asnawi Mangkualam. Khusus Asnawi, pemain Asnan Greeners itu bahkan menyebut selama dirinya 10 tahun merumput bersama Timnas Indonesia dan beberapa kali merasakan pergantian Ketua PSSI, Iwan Bule menurutnya masih yang terbaik.
Adapun pihak yang meminta agar Iwan Bule mundur adalah Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF). Desakan agar Iwan Bule mundur juga datang dari lapisan masyarakat melalui petisi online yang sudah mendapatkan puluhan ribu tanda tangan.
Prestasi Timnas di Era Iwan Bule
Dikutip dari laman resmi PSSI, hampir tiga tahun kepemimpinan Iwan Bule sebagai Ketum PSSI, tercatat Indonesia sudah dua kali mencapai final tingkat ASEAN. Keduanya adalah final SEA Games 2019 dan Final Piala AFF 2021.
ADVERTISEMENT
Timnas Indonesia pada periode Iwan Bule juga tercatat menjadi semi finalis SEA Games 2022. Capaian ini setara dengan prestasi Timnas Indonesia dalam kurun waktu 18 tahun, dari periode 1991-2009.
Terlebih, pada laga kualifikasi Piala Asia 2023 Timnas Indonesia bisa mengalahkan Kuwait setelah 42 tahun tidak pernah menang atas kampiun Piala Asia 1980 tersebut. Catatan impresif itu berlanjut dengan mencundangi Nepal 7-0 dan akhirnya berhak atas satu slot di putaran final Piala Asia 2023 mendatang.
Sementara dari sisi program, Iwan Bule telah membuat MoU dengan Mabes Polri untuk mengantisipasi masalah suap dan pengaturan skor yang puluhan tahun sudah menjadi rahasia umum.
MoU juga dibuat Iwan Bule dengan tujuh perguruan tinggi di Indonesia. Kesepahaman tersebut mengatur agar Timnas Indonesia bisa kapan saja memanfaatkan lapangan dan berbagai fasilitas lainya di tujuh universitas tersebut. Kedua, PSSI mendapat dukungan potensial terkait pemanfaatan Sport Science melalui para pakar.
ADVERTISEMENT
Di tengah tren Timnas Indonesia yang menanjak, dan upaya Iwan Bule perbaiki wajah PSSI, tragedi Kanjuruhan Malang menjadi tantangan Iwan Bule untuk mengusut tuntas dan melakukan reformasi besar-besaran sepak bola dalam negeri. Sampai akhir masa baktinya nanti, entah prestasi atau kontroversi yang akan dirinya wariskan.