news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Melawan Seksisme hingga Cara PKS Bertahan

Aksara kumparan
Kami menyeleksi user story terbaik setiap hari. Ayo buat story terbaikmu di kumparan!
Konten dari Pengguna
8 Mei 2018 5:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aksara kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
#UserStory pilihan hari ini. (Foto: Bagus Permadi)
zoom-in-whitePerbesar
#UserStory pilihan hari ini. (Foto: Bagus Permadi)
ADVERTISEMENT
Hai, para pembaca kumparan. Kali ini, Aksara menyajikan 5 user story pilihan pada Selasa (8/5). Kelima story tersebut memuat beragam tema, dari isu gender, kepemimpinan, hinggal soal PKS.
ADVERTISEMENT
Kamu punya kesempatan yang sama untuk menulis di kumparan. Tulisan kamu bisa muncul di timeline utama, dipromosikan di semua sosial media kumparan, dan berpeluang menjangkau pembaca seluas-luasnya. Seperti lima user story berikut:
1. Stop Seksisme dalam Kehidupan Sehari-hari (Nona Gae Luna)
Dalam kehidupan sehari-hari, seorang perempuan seringkali menerima perlakuan seksis, baik di ruang publik maupun ruang privat. Sewaktu berangkat beraktivitas dengan menggunakan kendaraan umum, sewaktu berada di tempat kerja, bahkan ketika berada di sekitar lingkungan rumah mereka sendiri. Praktik seksisme terus menjadi hantu.
Perilaku seksisme terjadi begitu seringnya di keseharian kita sehingga lama-lama menjadi norma yang hidup di tengah masyarakat. Menjadi hal normal yang sudah seharusnya diterima begitu saja oleh perempuan. Dalam story-nya kali ini, Nona Gae Luna mengajak kita memahami apa itu seksisme, termasuk bagaimana cara melawannya.
ADVERTISEMENT
2. Kebiasaan Buruk Pemimpin: Terlalu Sering Menang (Jamil Azzaini)
Keinginan untuk selalu menang adalah perilaku yang melekat pada seseorang yang ingin sukses. Orang-orang sukses memiliki jiwa kompetitif yang tinggi, mereka senang berkompetisi, mereka senang unjuk kebolehan, mereka senang bertanding, mereka senang sebagai pemenang. Layaknya sebuah game, mereka ingin namanya dalam deretan papan atas peraih skor tertinggi.
Dalam story-nya ini, Jamil Azzaini menekankan bahwa kita tidak harus selalu menang untuk segala sesuatu dalam hidup. Jangan hanya karena urusan sepele, kita ingin selalu menang. Semisal bermain bersama anak pun tidak mau mengalah. Urusan memilih restoran bersama pasangan hidup saja keras kepala ingin pilihannya yang selalu dituruti. Simak ulasannya tentang ambisi selalu ingin menang adalah sebuah kebiasaan buruk.
ADVERTISEMENT
3. PKS: Partai Kader Berorientasi Massa (Toto Sugiarto)
Toto Sugiarto mengulas peran Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai pemegang kunci penting di Pilpres 2019. Dalam tulisannya ini, ditekankan PKS sejak awal kemunculannya membawa ideologi baru, yaitu ideologi yang bersumber pada nilai-nilai Islam. Demikian PKS seringkali disebut sebagai partai dakwah.
PKS memperjuangkan ideologi yang diusungnya tersebut, namun di sisi lain PKS adalah sebuah partai politik yang menargetkan kemenangan dalam setiap kontestasi politik. Perihal itu otomatis menempatkan PKS pada dua titik diametral. PKS harus memilih di antara ideologi Islam sebagai identitas mendasar partai atau politik yang seringkali pragmatis.
4. Strategi Bertahan Partai Keadilan Sejahtera (Arya Fernandes)
Dalam tiga tahun terakhir, PKS dilanda sejumlah tantangan internal yang menurut penulis, Arya Fernandes, harus segera dicari jalan keluarnya. Tak terbiasa mengelola konflik di internal partai, menyebabkan PKS kesulitan menghadapi manuver politik Fahri Hamzah. Kini, sang Presiden, Sohibul Iman, harus menghadapi laporan dugaan pencemaran nama baik karena dilaporkan Fahri Hamzah ke Polda Metro Jaya. Belum pulih dari sejumlah kasus korupsi yang mendera sejumlah kader partai baik di pusat, maupun daerah, PKS kini kesulitan menghadapi Fahri Hamzah seorang. Bagaimanakah akhir dari konflik antar-elit PKS ini?
ADVERTISEMENT
Tulisan Arya Fernandes ini mengulas tiga faktor yang perlu direnungi PKS jika ingin keluar dari konflik yang tak berkesudahan itu. Pertama, PKS kehilangan inovasi politik. Kedua, PKS tidak memiliki strategi jangka panjang untuk menjaga basis pemilihnya di sejumlah provinsi. Ketiga, PKS kehilangan momentum politik untuk mengajukan kader internal dalam putaran Pilkada serentak sejak 2015 terutama di basis-basis partai.
5. Tidak Semua Radiasi Berbahaya bagi Kehidupan Kita (Tupai Kecil)
Apakah radiasi benar-benar berbahaya bagi kita? Jawabannya bisa sangat berbahaya, lumayan berbahaya, bahkan tidak berbahaya. Tergantung dari sumber, dosis, dan lamanya paparan radiasi. Masih ingatkah kalian dengan pelajaran saat di bangku SD tentang peristiwa ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki? Dari peristiwa tersebut, banyak korban menderita luka bakar akibat radiasi yang dipancarkan.
ADVERTISEMENT
Namun, jangan khawatir karena ternyata tidak semua radiasi memiliki dampak yang berbahaya. Radiasi non-ion lebih sering kita jumpai di sekeliling kita, seperti cahaya tampak, gelombang radio, gelombang mikro (microwave), inframerah, dan sinar ultraviolet. Simak story selengkapnya dari Tupai Kecil ini.