Menelisik Bahasa Melayu Myanmar hingga Hukuman Mati di Malaysia

Aksara kumparan
Kami menyeleksi user story terbaik setiap hari. Ayo buat story terbaikmu di kumparan!
Konten dari Pengguna
6 Juli 2018 9:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aksara kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Shwedagon Temple, Yangon. (Foto: Flickr/Stefan H)
zoom-in-whitePerbesar
Shwedagon Temple, Yangon. (Foto: Flickr/Stefan H)
ADVERTISEMENT
Dalam pengertian awam, istilah bahasa Melayu mencakup sejumlah bahasa yang memiliki kemiripan serta dituturkan di wilayah Nusantara dan di Semenanjung Melayu. Sebagai bahasa yang luas pemakaiannya, bahasa ini menjadi bahasa resmi di Brunei, Indonesia (sebagai bahasa Indonesia), dan Malaysia.
ADVERTISEMENT
Namun, apa jadinya jika di orang Myanmar bisa dengan fasih mengucapkan bahasa Melayu. Padahal jika ditilik secara geografis, posisi Myanmar tidak berbatasan langsung dengan Indonesia atau Malaysia, sebagai bangsa pengguna Bahasa Melayu?
Lia Riyadi memberikan penjelasannya terkait teka-teki tersebut. Daripada penasaran, berikut tiga #UserStory yang masuk dalam Aksara edisi 6 Juli 2018.
1. 'Bisa Cakap Melayu?'
Ada fakta unik saat saya berkunjung ke Myanmar. Meski negara tersebut umumnya berkomunikasi dengan bahasa nasionalnya, Bahasa Burma, ternyata tidak sulit menemui orang Myanmar yang dapat berkomunikasi dalam Bahasa Melayu. Mereka utamanya para pekerja di sektor jasa dan pariwisata; seperti pelayan restoran cepat saji, penjual cinderamata, dan para supir taksi.
Lantas, mengapa begitu mudah menemui warga Myanmar yang mampu berbicara dalam Bahasa Melayu? Jawabannya karena di sana ada banyak warga Myanmar yang pernah mengenyam kehidupan di tanah rantau sebagai pekerja migran di Malaysia dan Singapura.
ADVERTISEMENT
2. Perlukah Indonesia Memaksimalkan Bahan Bakar Gas seperti di Pakistan?
Pertamina kembali menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi per tanggal 1 Juli 2018. Kali ini, saya tidak hendak menyoroti penyesuaian harga tersebut. Namun, penggunaan bahan bakar alternatif menjadi suatu hal yang menarik.
Di Pakistan, tepatnya di kota Karachi, mata saya terbelalak ketika melihat kemampuan suatu negara dalam menyediakan bahan bakar pengganti yang digunakan secara massal untuk menggerakkan kendaraan masyarakat, khususnya mobil dan kendaraan umum seperti bajaj dan taksi, yaitu Bahan Bakar Gas (BBG).
Pakistan adalah negara yang cukup sukses mengimplementasikan BBG untuk kendaraan pribadi maupun kendaraan umum seperti taksi atau bajaj. CNG (compressed natural gas) adalah nama yang dikenal di Pakistan untuk BBG.
ADVERTISEMENT
Di tahun 2013, sekitar 2,8 juta kendaraan menggunakan CNG sebagai sumber energi penggerak. Pakistan hanya kalah dari Iran sebagai negara pengguna BBG untuk kendaraan
3. Sepotong Memori tentang Hukuman Mati di Malaysia
Suatu hari, pada Februari 2015 di bandara internasional Phnom Penh, Tiba-tiba perasaan takut dan khawatir itu datang. Saya teringat pada Santi, perempuan berusia 26 tahun yang ditangkap oleh petugas imigrasi di Malaysia karena kedapatan membawa satu paket sabu-sabu di tas-nya, pada 2012 silam. Ketika menyadari bahwa ia membawa barang tersebut, ia kaget setengah mati dan nyaris pingsan.
Ia mengaku dijebak oleh teman prianya, seorang warga asing di Kuala Lumpur yang dikenalnya di sebuah media sosial. Pada Maret 2018, saya mendapatkan kabar dari rekan di KBRI Kuala Lumpur. Hakim di Mahkamah Persekutuan yang merupakan pengadilan tingkat tertinggi di Malaysia telah menetapkan vonis bersalah dan menjatuhkan hukuman mati kepada Santi.
ADVERTISEMENT
Baca juga cerita menarik dari para user lainnya di sini.