Konten dari Pengguna

Jika Saya Presiden Republik Indonesia (2): Nusaverse Perekayasa Internasional

Al Mukhollis Siagian
Reviewer of The International Journal of Interdisciplinary Social Sciences.
12 Februari 2023 13:36 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Al Mukhollis Siagian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi rombongan presiden. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rombongan presiden. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
Pada 22 Oktober 2022, penulis mempublikasikan artikel berjudul Jika Saya Presiden Republik Indonesia. Di mana gagasan yang penulis tawarkan terdiri dari lima poin sesuai kurun masa jabat Presiden dalam 1 periode.
ADVERTISEMENT
Pertama, sistem pendidikan Indonesia terbaik di dunia dan menjadi rujukan. Kedua, memperbaharui sistem ekonomi mikro dan makro Indonesia nan harmonis untuk seluruh kalangan. Ketiga, perwujudan neo-konsepsi praktik trias politika.
Keempat, industri, teknologi serta sistem keamanan dan pertahanan Indonesia menguasai produk dan sistem dari seluruh negara maju di dunia. Kelima, Indonesia berada pada satu titik sempurna, di mana jika memang dollar akan tetap digunakan sebagai tolak ukur di dunia, maka Rp 1 sama dengan/atau melampaui 1 dolar (Amerika Serikat/World Bank). Olehnya dapat memuarakan Indonesia sebagai Meta-Daya Dunia.
Beragam tanggapan dari berbagai kalangan pun bermunculan, akademisi, peneliti, aktivis, jurnalis hingga masyarakat biasa. Ada yang menanggapi dengan nada pesimis, berkaitan dengan antropologi kenegaraan (pengarusutamaan etnosentrisme) dan psikologi dari para oligarki di spektrum politik (mengidap ideophobia syndrome).
ADVERTISEMENT
Di lain sisi, tidak lebih sedikit pihak yang penasaran dan mempertanyakan hal-hal teknis dalam mewujudkan Indonesia Meta-Daya Dunia. Sehingga membuat penulis menemukan urgensi untuk melanjutkan gagasan sebelumnya.
Percaturan global kian hari semakin menegang, konsekuensi logis dari kondisi logistik (cadangan SDA dan keberlanjutannya) antar negara, baik itu di bidang pangan, energi, lahan, dan birahi saling dominasi. Dalam skema penyelubungan kondisi-kondisi tersebut, negara-negara terbelakang dan negara-negara berkembang disuguhkan gagasan globalitas.
Sebuah kondisi negara bangsa dan wilayah mengalami keterhubungan yang mengaburkan perbedaan antara wilayah dan bangsa negara maju (dunia pertama) hingga pada wilayah dan bangsa negara terbelakang (dunia ketiga).
Globalitas merupakan hasil dari perkawinan sains dan teknologi yang dikembangkan oleh para pemangku kepentingan Internasional pada seluruh sendi-sendi kehidupan hingga sudut-sudut terkecil setiap negara.
ADVERTISEMENT
Namun perlu dipertegas bahwa esensi dari globalitas adalah pengembangan geopolitik dan geoekonomi dengan wajah asli Spatio Temporal Fix—menikahnya logika territorial dan logika kapital dalam rangka mendominasi kembali tatanan dunia baru. Tentu kontruksi tersebut dibentuk bukan demi kebaikan bersama, melainkan demi kepentingan negara maju.
Walau demikian, Indonesia yang sudah telanjur masuk dalam skema tersebut, bukan berarti harus tetap terjebak di dalamnya. Sehingga jelas bahwa republik ini perlu melakukan tatakelola putar haluan globanasiolistik.
Globanasiolistik penulis artikulasikan sebagai upaya menikahkan kedaulatan rakyat (nation) dan lokalitas (kearifan lokal) ke arah arus globalistik dalam menunjang perekonomian rakyat tanpa mengaburkan keaslian identitas dan bangsa yang berdikari secara kokoh. So, globanasiolistik merupakan strategi untuk memenangkan percaturan global dengan merekayasa dunia internasional.
ADVERTISEMENT

Nusaverse Perekayasa Dunia Internasional

Secara etimologi, nusaverse berasal dari kata “nusa” yang artinya tanah air dan “verse” berarti alam semesta. Sehingga jika disatukan nusaverse memiliki arti tanah air alam semesta. Nusaverse dibentuk sebagai teknologi yang memungkinkan warga negara berkumpul dan berkomunikasi dengan masuk ke dunia virtual—tetapi negeri lain tidak dapat mengetahui.
Gagasan ini dikonstruksi dalam membentuk gambaran dunia nyata yang semu dari warga Negara Indonesia menggunakan Augmented Pseudo Reality (APR) ke dalam Virtual Reality (VR) yang terus digencarkan oleh negara-negara maju.
Nusaverse dikonsepsikan sebagai alat rekayasa dunia internasional (Nusaverse as tool of international engineering) melalui dua operasi. Pertama, operasi membentengi warga negara dengan cara membentuk duplikat dari seluruh aplikasi Virtual Reality (VR) yang digunakan oleh warga negara Indonesia. Aplikasi duplikat digunakan oleh seluruh warga negara secara leluasa sebagaimana sebelum operasi diterapkan.
ADVERTISEMENT
Operasi pertama berfungsi mengarahkan masyarakat pada sasaran yang hendak negara capai, termasuk dengan menghilangkan seluruh kebiasaan buruk masyarakat, menyuplai nilai-nilai ideologis, memperkuat rasa cinta tanah air, pengarusutamaan kualitas SDM, dan tentunya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat yang setiap individunya sejahtera dan makmur.
Kedua, operasi menyamarkan pemetaan intelijen negara-negara lain terkait Indonesia. Di mana aplikasi Virtual Reality (VR) asli yang diproduksi oleh negara lain dioperasikan oleh negara. Sehingga data-data yang ada di dalam aplikasi asli adalah informasi semu tentang Indonesia, seperti kebiasaan penduduk dan hal lainnya.
Operasi kedua berfungsi melindungi warga negara dari propaganda internasional, meningkatkan pertahanan bangsa dalam perang cyber, meningkatkan daya saing BUMN di kancah internasional, melindungi kebocoran data dan bahkan mampu mematikan perusahaan Multi Nasional Corporate dari negara sekaliber Amerika Serikat sekalipun dan lainnya yang senantiasa hendak menggerus kekayaan dari dan/atau di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Nusaverse merupakan bagian wujud dari strategi globanasiolistik dalam percaturan global kontemporer bagi Indonesia—terbuka merapatkan keamanan bangsa dan tertutup mengguncang dunia. Sekilas, cara kinerja nusaverse mirip dengan Politik Isolasi Jepang yang dikenal dengan Kebijakan Sakoku dalam merantai atau menutup negaranya dari pengaruh bangsa lain.
Maupun politik negara tertutup ala Tiongkok bahkan sampai membentuk enabler dunia maya (platform digital) tersendiri bagi warga negaranya. Maka letak perbedaannya secara mendasar bahwa penerapan strategi globanasiolistik tidak untuk mengasingkan Indonesia dari negara lain, melainkan mempercantik cara main catur bangsa di dunia Internasional.
Gagasan pembentukan nusaverse nampaknya mendekati kata mustahil, bayangan para pembaca tidak akan jauh dari biaya yang mahal. Benar, kita butuh biaya cukup mahal untuk mewujudkannya.
ADVERTISEMENT
Tetapi yakinlah, biaya untuk gagasan tersebut tidak semahal yang dibayangkan, tidak semahal berpuluh tahun negeri kita dicekoki para cukong, pun tidak semahal yang akan kita dan/atau anak cucu kita bayarkan dikemudian hari jika masih terus-terusan dicekoki para cukong.