Konten dari Pengguna

Dampak Pola Makan Tidak Sehat terhadap Risiko Penyakit Jantung Koroner

Alaida Fitria Novayanti
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta, Program Studi Ilmu Keperawatan
13 Oktober 2024 13:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alaida Fitria Novayanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
diambil pada k
zoom-in-whitePerbesar
diambil pada k
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan suatu gangguan fungsi jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner. Penyakit jantung koroner secara klinis ditandai dengan adanya nyeri dada atau dada terasa tertekan pada saat berjalan buru-buru, berjalan datar atau berjalan jauh, dan saat mendaki atau bekerja.
ADVERTISEMENT
Menurut World Health Organization (WHO), angka kematian penyakit tidak menular di negara Indonesia pada tahun 2004, 2008, 2012 adalah 690, 647 dan 680 kematian per 100. 000 penduduk. Pada tahun 2030, jumlah ini akan meningkat menjadi 23,3 juta. Data statistik global menunjukkan bahwa 45% dari 9,4 juta kematian disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner disebabkan oleh penumpukan plak pada arteri jantung sehingga menyebabkan arteri tersumbat dan menyempit. Darah ke otot jantung disuplai oleh arteri koroner dengan membawa oksigen yang banyak. Faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit jantung adalah faktor genetik, usia, penyakit penyerta yang lain dan gaya hidup.
Gaya hidup yang sedentary membuat tubuh mengeluarkan sedikit tenaga pada aktivitas sehari-hari karena gaya hidup tersebut menyebabkan tubuh jarang bergerak. Gaya hidup sedentary akan mempengaruhi pola konsumsi makanan. Pola konsumsi yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat yang berlebih, tinggi lemak dan kolesterol akan berpengaruh terhadap tubuh sehingga menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner. Pola makan tersebut biasanya akan menjurus pada makanan yang siap santap dan siap saji yang tidak seimbang dan tidak sehat seperti makanan cepat saji (fast food).
ADVERTISEMENT
Perubahan gaya hidup yang sering mengkonsumsi makanan cepat saji itu tidak seimbang dan tidak sehat karena mengandung rendah serat, serta kalori, lemak, protein, dan garam tinggi di sinyalir menjadi faktor risiko meningkatnya prevalensi penyakit jantung coroner. Zat gizi lemak yang dikonsumsi secara berlebihan akan mendatangkan gangguan kesehatan seperti penyumbatan pembuluh darah. Subjek penyakit jantung koroner yang sering memiliki kebiasaan konsumsi makanan cepat saji sebanyak 19 (76%), sedangkan untuk penyakit jantung non koroner yang sering memiliki kebiasaan makanan cepat saji sebanyak 6 (24%).
Secara teori, mengkonsumsi makanan cepat saji secara berlebihan dan berprinsip tiada hari tanpa mengkonsumsi makanan cepat saji dapat menyebabkan terjadinya penyakit degeneratif karena terjadi kelebihan kalori. Asupan kalori yang tinggi akan mengakibatkan peningkatan kolesterol dalam darah. Keadaan ini akan mempercepat terjadinya aterosklerosis.
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
Naomi, W. S., Picauly, I., & Toy, S. M. (2021). Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner (Studi Kasus di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang). Media Kesehatan Masyarakat, 3(1), 99–107. https://doi.org/10.35508/mkm
Rachmawati, C., Martini, S., & Artanti, K. D. (2021). Analisis Faktor Risiko Modifikasi Penyakit Jantung Koroner Di Rsu Haji Surabaya Tahun 2019. Media Gizi Kesmas, 10(1), 47–55. https://doi.org/10.20473/mgk.v10i1.2021 .47-55
Saparina, T. (2019). Hubungan Antara Hipertensi, Pola Makan dan Obesitas Dengan Penyakit Jantung Koroner di Poliklinik Jantung Rumah Sakit Bahteremas Kendari. Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari, 3(1), 78–87. https://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/dokter/article/view/26491