Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah guna Meningkatkan Kompetensi Guru di SMK
24 Desember 2024 11:46 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Alamsyah Riky Wardana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) diakui di seluruh dunia sebagai sebuah metode yang efektif dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dengan memberikan kebebasan kepada sekolah dalam mengelola sumber daya dan pengambilan keputusan, MBS berupaya menciptakan lingkungan belajar yang lebih peka terhadap kebutuhan masing-masing sekolahnya. Meskipun demikian, penerapan MBS seringkali menghadapi berbagai tantangan, khususnya terkait peningkatan keterampilan guru.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini akan mengulas isu-isu berkaitan dengan kompetensi guru dalam skala global, menekankan tantangan yang ada di Indonesia, serta bagaimana penerapan MBS di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dapat menjadi solusi. Selain itu, teori dan perspektif para ahli yang relevan akan dijelaskan untuk memperkuat analisis, serta contoh penerapan MBS di Indonesia.
Secara internasional, kompetensi guru menjadi salah satu perhatian utama dalam sektor pendidikan. Laporan UNESCO (2023) mencatat bahwa banyak negara menghadapi permasalahan terkait:
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, tantangan kompetensi guru semakin rumit, terutama di SMK. Beberapa isu utama meliputi:
Manajemen Berbasis Sekolah menyediakan kerangka kerja yang memungkinkan sekolah merancang strategi peningkatan kompetensi guru yang lebih efisien. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil dalam konteks SMK:
ADVERTISEMENT
1. Otonomi dalam Merencanakan Pelatihan
Dengan MBS, sekolah bisa menentukan kebutuhan pelatihan guru sesuai dengan tuntutan lokal dan kebutuhan DUDI. Kepala sekolah dapat berkolaborasi dengan industri untuk menyelenggarakan pelatihan berbasis kompetensi.
2. Pemanfaatan Teknologi untuk Pengembangan Guru
MBS memungkinkan sekolah untuk mengalokasikan dana guna mengintegrasikan teknologi dalam pengembangan keterampilan guru. Platform e-learning bisa dimanfaatkan untuk memberikan akses kepada guru terhadap kursus daring, sertifikasi, dan sumber belajar digital.
3. Kerjasama dengan Dunia Usaha dan Industri
Implementasi MBS di SMK membuka peluang bagi sekolah untuk menjalin kemitraan dengan DUDI. Guru dapat mengikuti program magang di industri untuk memperbaharui keterampilan mereka sesuai dengan perkembangan terbaru.
4. Pendekatan yang Berbasis Komunitas
MBS mendorong keterlibatan komunitas, termasuk alumni dan orang tua, dalam mendukung pengembangan kompetensi guru. Misalnya, alumni yang bekerja di sektor tertentu dapat berbagi pengetahuan dengan guru.
ADVERTISEMENT
Menurut Sergiovanni (2001), teori kepemimpinan berbasis komunitas memperkuat konsep MBS dengan menekankan pentingnya kolaborasi antara sekolah, komunitas, dan pemangku kepentingan. Sergiovanni
berargumen bahwa otonomi yang diberikan kepada sekolah memungkinkan mereka untuk merancang solusi yang sesuai dengan konteks lokal.
Selain itu, teori Manajemen Kualitas Total (TQM) dalam pendidikan oleh Sallis (2002) juga relevan. TQM menekankan bahwa mutu pendidikan dapat ditingkatkan melalui manajemen yang terdesentralisasi, dengan fokus pada peningkatan keterampilan guru sebagai salah satu elemen kunci.
Beberapa SMK di Indonesia telah berhasil menerapkan MBS untuk meningkatkan kompetensi guru. Salah satu contohnya adalah SMK Negeri 6 Bandung, yang berkolaborasi dengan perusahaan teknologi untuk:
ADVERTISEMENT
Sebagai hasilnya, guru di SMK Negeri 6 Bandung mampu meningkatkan mutu pembelajaran, yang tercermin dalam tingginya tingkat penyerapan lulusan di dunia kerja.