Konten dari Pengguna

Penerimaan Mahasiswa Baru di Depan Mata: Atasi Culture Shock dengan Self-Love

Aldehead Marinda Merfonsina Uparatu
Mahasiswi Jurnalistik Universitas Padjadjaran
16 Agustus 2023 10:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aldehead Marinda Merfonsina Uparatu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mahasiswa baru (Foto: Zen Chung, Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mahasiswa baru (Foto: Zen Chung, Pexels)
ADVERTISEMENT
Tahun ajaran baru sudah tiba. Penerimaan mahasiswa baru di depan mata. Bukan rahasia lagi jika mayoritas mahasiswa tahun pertama perkuliahan mengalami culture shock serta kesulitan menyesuaikan diri dengan kehidupan perkuliahan.
ADVERTISEMENT
Hal ini dapat terjadi karena perbedaan sistem pendidikan, kurikulum yang dipakai, suasana belajar, interaksi dengan teman yang timpang secara moral dan geografis, bahkan kesulitan memahami cara belajar yang efektif baik untuk diri sendiri dan kelompok.
Pernyataan di atas dibenarkan oleh penelitian Nur (2015) yang menyatakan sekitar 60% mahasiswa di Universitas Padjadjaran merasa belum dapat menyesuaikan diri (indikasi mengalami culture shock) dengan tuntutan akademik di kampusnya (Maulina & Sari, 2018).
Jika tekanan yang dialami mahasiswa baru direspons dengan buruk, bukan tidak mungkin keinginan melukai diri sendiri hingga bunuh diri di kalangan mahasiswa akan menjadi ‘bom waktu’ yang bisa meledak kapan saja (Wen & Hu, 2022).
Ingatkah Anda kasus Mahasiswa Universitas Telkom di Bandung ditemukan tewas diduga gantung diri di dalam kamar kos, akibat 2 tahun jarang masuk kuliah. Melihat ironi yang terjadi di kalangan mahasiswa membuat tema mencintai dan menghargai diri menjadi penting untuk dibahas di ruang-ruang publik.
ADVERTISEMENT
Lalu apa itu self love dan mengapa mahasiswa membutuhkannya?
Self love adalah perasaan percaya dan bangga atas kemampuan diri (Psychcentral, 2019). Kepercayaan ini akan membantu Anda menikmati saat-saat indah dalam hidup, serta membangun persepsi bahwa kita memiliki kemampuan menangani saat-saat buruk.
Culture shock atau tekanan yang dialami mahasiswa baru bisa beragam. Pertanyaan mengenai “Apakah saya layak belajar di sini?” “Mengapa sulit sekali bagi saya untuk mengerti materi?” “Mengapa saya kesulitan berteman dengan rekan yang lain?”
Kecamuk pertanyaan semacam ini jika terus dibiarkan akan merambah pada persoalan lain, seperti hilangnya motivasi belajar, kesulitan menyesuaikan diri, stres berkepanjangan, kehilangan selera makan dan masih banyak lagi.
Untuk menjawab permasalahan tersebut maka penting untuk mahasiswa mengetahui, menghargai, mencintai diri sendiri, serta mampu menemukan cara-cara efektif untuk keluar dari kemelud emosi negatif yang mengarah pada penurunan tingkat relevansi belajar di kalangan mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Langkah-langkah yang dapat dilakukan mahasiswa untuk memiliki kemampuan self love dengan cara-cara yang sederhana di antaranya

Meningkatkan Self Awareness

Ilustrasi ospek Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Self awareness atau kesadaran diri seseorang akan proses berpikirnya dan bagaimana pikiran tersebut mempengaruhi seseorang serta bagaimana pengaruh emosi bisa berdampak pada diri individu.

Memperbaiki Cara Berpikir dengan Self Worth

Yaitu persepsi bahwa diri anda adalah orang yang berharga, terlepas dari semua pencapaian yang anda miliki saat ini. Mulailah berpikir bahwa terlepas dari semua kekurangan yang anda miliki, sejatinya diri anda adalah pribadi yang unik dan bernilai.

Merasa Bersyukur Lewat Self Esteem

Keadaan di mana individu bisa merasa puas dan nyaman tentang siapa dia sebenarnya. Mulailah tegas terhadap diri anda sendiri, bangunlah batasan dan berani menolak paksaan. Hal ini bisa dimulai dari menyatakan tidak tentang sesuatu yang anda tidak sukai, jangan meninggalkan perasaan bersalah di dalamnya jika memang itu bukanlah sesuatu yang anda kehendaki. Selain itu mulailah menjadi pribadi yang mampu mengambil keputusan bukan berdasarkan suara orang lain.
ADVERTISEMENT

Body Care vs Self Care

Ilustrasi ospek. Foto: Chonlawut/Shutterstock
Sebagaimana tubuh Anda memerlukan asupan makanan setiap hari, sejatinya jiwa anda pun memerlukan hal yang sama. Mulailah melakukan hal yang anda gemari, di tengah kepadatan aktivitas yang anda jalani, seperti meluangkan waktu 30 menit untuk mendengarkan musik tanpa berkutat pada tugas dan pekerjaan anda sejenak.
Terakhir carilah lingkungan yang suportif dan menjauhlah dari pihak dan kelompok toxic. Interaksi dengan kelompok ini mampu dengan mudah membatasi kemampuan Anda untuk mengeksplorasi, mencintai dan menghargai diri.
Sekarang, bagaimana dengan anggapan bahwa self love itu sama dengan selfish? Kedua hal ini memiliki ukuran yang berbeda satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Mencintai diri sendiri adalah keadaan menghargai diri sendiri yang tumbuh dari tindakan yang mendukung pertumbuhan fisik, psikologis, dan spiritual kita. Melakukan self love tidak membuat kita menjadi lupa terhadap lingkungan, esensi tolong menolong dan tanggung jawab yang sedang kita pikul, dengan tidak menghilangkan hak dan kesejahteraan yang harusnya kita dapatkan.
Sementara menurut Kamus Oxford
Inti permasalahan di sini mulai tercipta jika individu yang ingin menerapkan konsep self love dalam dirinya itu tidak mampu menganggap keberadaan orang lain dan hanya berpikir tentang dirinya sendiri. Hal ini kurang baik karena akan mengurangi interaksi yang harusnya dapat terjalin di kalangan mahasiswa.
Sebagai penutup semoga perkataan Alan Cohen bisa membantu Anda untuk semakin mencintai diri sendiri
ADVERTISEMENT