Konten dari Pengguna

Hubungan Materialisme Ontologis dengan Pendekatan Behaviour

Aldino AlHafidz
"Manusia memiliki 2 kunci hidup yaitu Sabar dan Ikhlas" Mahasiswa Psikologi Universitas BrawijayA
7 April 2025 15:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aldino AlHafidz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apakah ilmu filsafat dan ilmu psikologi memiliki hubungan yang dapat dijelaskan melalui hubungan materialisme dan behaviour? Pandangan ontologis yang memiliki pengaruh besar dalam ilmu pengetahuan adalah materialisme, yaitu aliran yang meyakini bahwa segala sesuatu yang ada pada dasarnya bersifat material. Materialisme memiliki keyakinan bahwa pikiran sungguh-sungguh ada, tetapi disebabkan oleh perubahan-perubahan materil dan sama sekali tergantung pada materi. Pikiran tidak memiliki kedayagunaan kausal, juga tidak mutlak perlu berfungsinya alam semesta material.
ADVERTISEMENT
Pada ilmu psikologi materialisme memiliki hubungan dengan pendekatan Behavior. Banyak hal yang bisa disambungkan antara kedua ilmu ini. Artikel ini akan mengulas bagaimana materialisme ontologis memberikan dasar bagi pendekatan behaviour (perilaku) dalam ilmu sosial dan psikologi.

Apa Itu Materialisme dalam Ontologi?

Materialisme adalah pandangan dalam filsafat yang bilang kalau segala sesuatu itu berasal dari materi. Jadi, hal-hal kayak pikiran, perasaan, atau bahkan kesadaran kita sebenarnya cuma hasil dari proses biologis dalam tubuh, seperti kerja otak dan sistem saraf.
Dari zaman dulu, para filsuf seperti Demokritos dan Epicurus sudah ngomongin soal ini—bahwa dunia ini terdiri dari atom dan ruang kosong. Tokoh lain seperti Thomas Hobbes dan Karl Marx juga ngembangin materialisme ke arah sosial dan politik.
ADVERTISEMENT
Dalam dunia sains sekarang, pendekatan ini mendasari metode ilmiah. Artinya, semua hal dijelaskan lewat pengamatan, eksperimen, dan hukum sebab-akibat.

Behaviourisme: Fokus pada Hal yang Bisa Diamati

Ilustrasi ekspreimen Pahlov yang menunjukan bahwa anjing bisa mengeluarkan air liur dari bel. Sumber : https://www.istockphoto.com/id/vektor/anjing-pavlov-gm157008368-22283687
Nah, dalam psikologi, pendekatan behaviour atau behaviorisme punya pemikiran yang sejalan. Behaviorisme percaya bahwa yang bisa kita pelajari dengan pasti adalah perilaku yang tampak. Jadi, hal-hal kayak emosi atau pikiran itu dianggap kurang penting karena nggak bisa diamati langsung.
Tokoh-tokohnya seperti John B. Watson dan B.F. Skinner menjelaskan bahwa perilaku bisa dipelajari dari lingkungan. Misalnya, Pavlov dengan eksperimen anjingnya menunjukkan bahwa anjing bisa belajar mengeluarkan air liur hanya dari suara bel (karena dikondisikan sebelumnya).
Kalau dilihat dari kacamata materialisme, ini masuk akal banget. Karena kalau semua yang ada adalah materi, maka yang bisa kita pelajari ya yang kelihatan secara fisik—seperti perilaku.
ADVERTISEMENT

Apa Dampaknya dalam Dunia Nyata?

Karena pendekatan behaviour ini didasari materialisme, maka cara kerja ilmiahnya pun rapi. Peneliti fokus pada hal-hal yang bisa diamati dan diukur, seperti stimulus, respons, reward, dan punishment.
Misalnya, dalam pendidikan, murid dianggap belajar karena diberi hadiah atau hukuman. Di dunia kerja, sistem bonus atau sanksi dibuat berdasarkan prinsip yang sama.
Selain itu, teknologi sekarang seperti fMRI memungkinkan kita melihat aktivitas otak saat seseorang berpikir atau bereaksi. Ini memperkuat pandangan materialisme bahwa pikiran hanyalah proses otak.

Tapi... Apakah Cukup Hanya Melihat dari Luar?

Walaupun behaviorisme kelihatan ilmiah dan terukur, banyak juga kritik terhadap pendekatan ini. Psikolog seperti Abraham Maslow dan Carl Rogers dari aliran humanistik bilang bahwa manusia bukan cuma sekumpulan respons terhadap stimulus. Ada juga perasaan, tujuan hidup, dan pengalaman batin yang nggak bisa diabaikan.
ADVERTISEMENT
Kognitivisme juga muncul karena behaviour dianggap terlalu sempit. Kognitivisme lebih fokus pada proses berpikir dan memori, dan menganggap itu penting untuk memahami perilaku manusia.
Di sisi filsafat, materialisme dikritik karena dianggap terlalu menyederhanakan realitas. Apakah benar kesadaran cuma hasil reaksi kimia di otak? Atau ada sisi lain dari manusia yang belum bisa dijelaskan secara ilmiah?

Kesimpulan: Relevansi Materialisme dalam Psikologi

Materialisme ontologis dan pendekatan behaviour punya hubungan yang erat. Keduanya menekankan pentingnya hal-hal yang bisa diamati dan dijelaskan secara fisik. Dalam dunia psikologi, pendekatan ini sangat membantu untuk memahami perilaku sec
ara ilmiah.
Tapi sebagai mahasiswa psikologi, kita juga harus peka bahwa manusia itu kompleks. Selain perilaku yang bisa diamati, ada banyak aspek lain seperti pikiran, emosi, dan makna hidup yang juga penting untuk dipahami.
ADVERTISEMENT