Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Dampak El Nino dan La Nina terhadap Kemaritiman dan Pelayaran Indonesoa
10 November 2020 5:49 WIB
Tulisan dari Aldrien Magistra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki sekitar 17.000 pulau, dimana pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua menjadi pulau besar yang ada di Indonesia. Sedangkan pulau kecil seperti Lombok, Karimunjawa, Bali, dan ribuan pulau lainnya tersebar dari Sabang sampai Merauke.
ADVERTISEMENT
Posisi Indonesia terletak cukup strategis, yaitu berada diantara Benua Asia dan Benua Australia, serta berada diantara dua samudra, yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Sebagai Negara kepulauan yang terdiri dari 70 persen lautan dan 30 persen daratan, Indonesia memiliki potensi kelautan dan kemaritiman yang sangat besar. Ditambah lagi letak geografis Indonesia yang terletak diantara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik menjadikan Indonesia sebagai jalur perlayaran Internasional (Sukamto, 2017).
Banyak faktor yang mempengaruhi agar lancarnya kegiatan kemaritiman di Indonesia, salah satunya yaitu berupa iklim dan cuaca yang patut kita awasi. Perubahan iklim dalam beberapa tahun terakhir memberi dampak yang cukup besar bagi permukaan bumi. Beberapa dampak yang terasa salah satunya yaitu fenomena El Nino dan La Nina.
ADVERTISEMENT
El Nino berasal dari Bahasa Spanyol yang berarti anak laki-laki. Istilah ini pertama kali digunakan pada abad ke-19 oleh nelayan di Peru dan Ekuador untuk kondisi air yang hangat tidak seperti biasanya dan terjadi menjelang Hari Natal. El Nino biasanya mulai di pertengahan tahun dengan adanya suhu perairan yang meningkat dalam skala besar di bagian tengah dan timur ekuator Samudera Pasifik, serta terjadinya perubahan sirkulasi atmosfer tropis. Pada umumnya, fenomena El Nino mencapai puncak pada November-Januari setiap 2 hingga 7 tahun dan dapat bertahan selama 9 hingga 15 bulan. Penelitian pertama mengenai terjadinya El Nino dilakukan pada tahun 1997 – 1998 dimana terjadi kekeringan di Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Sedangkan menyebabkan hujan sangat lebat di wilayah Amerika Selatan.
ADVERTISEMENT
La Nina dapat dikatakan sebagai lawan dari El Nino atau episode dinginnya daerah Pasifik. La Nina juga berasal dari Bahasa Spanyol yang berarti anak perempuan. La Nina ditandai dengan adanya penurunan suhu perairan di bagian tengah dan timur ekuator Samudera Pasifik. Hal tersebut berdampak pada perubahan sirkulasi atmosfer seperti intensitas curah hujan di daerah tropis. La Nina dapat menyebabkan peningkatan curah hujan di Asia, Australia, dan Afrika. Sedangkan kekeringan di Amerika Selatan. Pada umumnya, La Nina terjadi setiap 3 hingga 7 tahun sekali dan dapat berlangsung 12 hingga 36 bulan.
Nah, pertanyaannya mengapa fenomena tersebut berpengaruh terhadap cuaca dan kondisi iklim di Indonesia?
Keadaan ini disebabkan oleh adanya siklus berputar sejajar dengan garis kathulistiwa yang disebut Sirkulasi Walker. Sirkulasi Walker terjadi akibat dari gaya gradien tekanan yang berasal dari satu area tekanan udara tinggi di wilayah timur Samudera Pasifik dan satu area tekanan udara rendah di wilayah archipelago Indonesia.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan gambaran diatas, pada kondisi netral Sirkulasi Walker di Indonesia berbentuk konvergen (naik), sehingga meningkatkan potensi pertumbuhan awan konvektif yang menyebabkan hujan.
Ketika El Nino terjadi, maka Sirkulasi Walker akan bergeser yang disebabkan oleh melemahnya angin pasat timuran. Dampaknya bagi wilayah Indonesia ialah Sirkulasi Walker akan berbentuk subsiden (turun), sehingga potensi pertumbuhan awan konvektif berkurang dan curah hujan pun akan berkurang.
Sedangkan ketika La Nina terjadi, maka Sirkulasi Walker akan berbanding terbalik dengan keadaan El Nino yang menyebabkan potensi pertumbuhan awan konvektif meningkat dan berpengaruh terhadap curah hujan yang tinggi.
Ketika El nino berlangsung, kondisi musim kemarau menjadi lebih kering dari biasanya serta musim hujan yang datangnya lebih lambat. Sedangkan ketika La nina berlangsung, musim hujan akan tiba lebih awal dari biasanya. Naiknya tekanan udara di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur saat El Nino, mengakibatkan pembentukan awan sangat cepat dan inten. Hal ini yang tentu membuat naiknya curah hujan di kawasan Samudra Pasifik bagian tengah dan timur. Sedangkan sebaliknya, di daerah Samudra Pasifik bagian barat terjadi kekeringan yang jauh dari normal.
ADVERTISEMENT
Turunnya tekanan udara di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur saat La Nina, menjadi hambatan terbentuknya awan di daerah ini, sehingga mengalami kekeringan. Sedangkan sebaliknya, di daerah pasifik barat curah hujan sangat tinggi.Di Indonesia hal ini di daratan menimbulkan banjir yang parah dan di lautan meimbulkan cuaca buruk dan ombak tinggi.
Besarnya perbedaan tekanan udara menjadi penyebab terjadinya pergerakan udara. Angin yang bergerak cepat itulah yang menjadi faktor tingginya gelombang laut. Semakin tinggi kecepatan angin, semakin tinggi pula gelombang yang terjadi. Angin yang melaju dengan kecepatan 100 km per jam dapat menimbulkan gelombang tinggi hingga 3 meter. Cepat lambatnya angin bergerak tentu saja sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya perbedaan tekanan angin dari wilayah satu dengan wilayah lainnya. Oleh karenanya perbedaan tekanan yang rendah juga menimbulkan pergerakan udara dengan kecepatan rendah, tetapi perbedaan tekanan udara yang sangat tinggi dapat menimbulkan angin dengan kecepatan sangat tinggi. Hal ini tentu perlu diketahui dan diwaspadai oleh pelaku kegiatan kemaritiman Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tejadinya gejala La Nina pada tahun ini mempengaruhi penurunan produksi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi. Sampai dengan akhir Juli 2016 kemarin total produksi hasil tangkapan nelayan Prigi hanya mencapai 2.817 ton. Hasil tangkapan tersebut hampir 3 kali lipat lebih rendah dari pada pencapaian produksi pada akhir bulan Juli tahun lalu dengan capaian 7.307 ton. Dengan adanya cuaca yang fenomenal ini juga berdampak pada serapan retribusi di Tempat Pelelangan Ikan dan pengunaan bahan bakar minyak (BBM) oleh nelayan nelayan Prigi.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan Indonesia berpotensi mengalami fenomena cuaca La Nina menjelang Juli hingga September 2016 setelah El Nino dalam kondisi netral pada April.
“Hal yang perlu diwaspadai setelah kondisi netral pada Maret dan April tidak berarti kondisi menjadi berhenti netral. Ada kemungkinan menyimpang ke arah sebaliknya sehingga ada potensi terjadi La Nina,” kata Kepala Pusat Meteorologi Publik Mulyono Rahadi Prabowo pada konferensi pers di Gedung BMKG Jakarta, Jumat malam. (KKPNews 11 Agustus 2016)
ADVERTISEMENT
Referensi :
Brown, M., 1998. Ocean Data View 4.0. Oceanography.
Ratag, 2007, Dampak El Nino dan La Nina Balitbang. Insitut Pertanian Bogor
https://www.studiobelajar.com/enso-el-nino-dan-la-nina/
https://rimbakita.com/el-nino-dan-la-nina/
https://bpbd.jakarta.go.id/education/detail/107
https://news.kkp.go.id/index.php/dampak-la-nina-pengaruhi-hasil-tangkapan-nelayan-prigi/