Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Menggapai Eudaimonia dengan Pers yang Bertanggung Jawab: Teori Etika Aristoteles
5 Februari 2025 14:04 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Aldy Armawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Eudaimonia dan Kesejahteraan Masyarakat
Eudaimonia, atau kesejahteraan, dalam filsafat Aristoteles, tidak hanya merujuk pada kebahagiaan individu, tetapi juga pada kesejahteraan kolektif masyarakat. Dalam konteks pemilu, eudaimonia dapat diartikan sebagai terciptanya kondisi sosial-politik yang stabil, adil, dan partisipatif. Namun, kesejahteraan ini tidak dapat dicapai hanya melalui proses pemilu yang teknis dan prosedural. Peran pers menjadi krusial karena informasi yang disampaikan oleh media memiliki dampak langsung pada pemahaman, sikap, dan keputusan masyarakat.Pers yang bertanggung jawab harus memastikan bahwa informasi yang disebarkan akurat, berimbang, dan mendidik. Misalnya, dalam meliput kampanye, pers tidak hanya sekadar memberitakan janji-janji calon, tetapi juga melakukan verifikasi fakta dan analisis mendalam tentang program-program yang ditawarkan. Dengan demikian, pers tidak hanya menjadi sumber informasi, tetapi juga menjadi alat untuk meningkatkan kesadaran kritis masyarakat.
ADVERTISEMENT
Kebajikan Etis dan Intelektual dalam Jurnalisme
Aristoteles menekankan pentingnya kebajikan (virtue) sebagai keseimbangan antara dua ekstrem. Dalam konteks pers, kebajikan etis dan intelektual menjadi fondasi untuk menjalankan fungsi jurnalistik dengan integritas. Kebajikan etis mencakup kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab sosial, sementara kebajikan intelektual melibatkan kemampuan untuk berpikir kritis, analitis, dan objektif.Pers yang mengedepankan kebajikan etis akan menghindari praktik-praktik seperti penyebaran berita palsu (hoaks), sensasionalisme, atau bias politik yang dapat menyesatkan publik. Sementara itu, kebajikan intelektual memungkinkan pers untuk menyajikan informasi yang mendalam dan kontekstual, sehingga masyarakat dapat memahami kompleksitas isu-isu politik tanpa terjebak dalam narasi yang simplistik.
Prinsip Jalan Tengah (Golden Mean) dan Kebebasan Berekspresi
Prinsip jalan tengah Aristoteles mengajarkan bahwa kebajikan terletak pada keseimbangan antara dua ekstrem. Dalam konteks kebebasan pers, prinsip ini mengingatkan kita bahwa kebebasan berekspresi harus diimbangi dengan tanggung jawab sosial. Pers memiliki hak untuk menyampaikan informasi, tetapi hak ini harus digunakan dengan bijak agar tidak merugikan kepentingan publik.Misalnya, dalam meliput konflik politik, pers harus menghindari polarisasi yang berlebihan dengan tidak memihak secara terbuka pada salah satu kelompok. Sebaliknya, pers harus berusaha untuk menjadi mediator yang memfasilitasi dialog dan pemahaman antarberbagai pihak. Dengan demikian, pers dapat membantu menciptakan iklim demokrasi yang inklusif dan harmonis.
ADVERTISEMENT
Kolaborasi antara Pers, Masyarakat, dan Lembaga Pemilu
Pemilu yang berkualitas tidak hanya bergantung pada pers, tetapi juga pada kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk masyarakat dan lembaga pemilu. Pers dapat berperan sebagai jembatan yang menghubungkan masyarakat dengan lembaga pemilu, misalnya dengan menyediakan platform untuk debat publik, edukasi pemilih, dan pengawasan terhadap proses pemilu.Selain itu, pers juga dapat bekerja sama dengan lembaga pemilu untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas. Misalnya, dengan melaporkan setiap pelanggaran atau kecurangan yang terjadi selama proses pemilu, pers dapat membantu menciptakan tekanan moral dan hukum terhadap pihak-pihak yang berusaha merusak integritas pemilu.
Pers sebagai Mediator dan Pengawas
Dalam pandangan yang lebih luas, pers tidak hanya berperan sebagai pengawas (watchdog) yang mengawasi kekuasaan, tetapi juga sebagai mediator yang memediasi berbagai kepentingan dalam masyarakat. Dalam konteks pemilu, pers dapat menjadi wadah untuk menampung aspirasi masyarakat, sekaligus memastikan bahwa kepentingan publik tidak dikalahkan oleh kepentingan politik tertentu.Sebagai mediator, pers harus mampu menciptakan ruang dialog yang inklusif, di mana semua suara, termasuk suara minoritas, dapat didengar. Hal ini sejalan dengan prinsip eudaimonia, di mana kesejahteraan masyarakat hanya dapat dicapai jika semua pihak merasa diwakili dan dihargai.
ADVERTISEMENT
Tantangan di Era Informasi Digital
Di era informasi digital saat ini, tantangan yang dihadapi pers semakin kompleks. Maraknya berita palsu, algoritma media sosial yang memicu echo chamber, dan tekanan ekonomi yang memengaruhi independensi media, semua ini dapat mengancam peran pers dalam mendukung demokrasi yang sehat. Oleh karena itu, penerapan prinsip-prinsip etika Aristoteles menjadi semakin relevan.Pers harus tetap berpegang pada kebajikan etis dan intelektual, sambil beradaptasi dengan perubahan teknologi. Misalnya, dengan menggunakan teknologi untuk memverifikasi informasi secara lebih cepat dan akurat, atau dengan mengedukasi masyarakat tentang literasi media untuk melawan hoaks.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, prinsip-prinsip etika Aristoteles, seperti eudaimonia, kebajikan, dan jalan tengah, dapat menjadi panduan berharga bagi pers dalam menjalankan perannya selama pemilu. Pers yang bertanggung jawab tidak hanya berkontribusi pada proses pemilu yang adil, tetapi juga pada terciptanya kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Dalam era informasi yang serba cepat dan kompleks ini, peran pers yang berintegritas dan beretika menjadi semakin vital untuk menjaga kepercayaan publik dan integritas demokrasi.
ADVERTISEMENT
Live Update