Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Cerita dari Binjay (Bintan Jaya)
17 Januari 2022 21:55 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari alfarel sena tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sudah hampir 2 tahun virus COVID-19 menapaki dirinya di Indonesia. Virus yang sangat luar biasa membunuh jutaan manusia di bumi ini. Manusia diseluruh dunia dipaksa untuk terus bertahan hidup di dunia. Namun, ini tetaplah kuasa dari sang pencipta. Mungkin saja, ada makna yang baik dari sang pencipta dibalik adanya pandemi ini. Ada banyak cerita atau moment yang tercipta baik itu yang menyedihkan, menyenangkan, atau yang belum pernah terjadi sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Seperti cerita kebahagiaan saya pada saat pertama kalinya liburan ke “kelong” pada bulan September lalu. Bersama teman-teman saya pergi liburan ke tempat yang bernama Bintan Jaya. Kelong yang saya maksud adalah rumah yang dibangun di atas laut dengan pondasi hanya dengan kayu yang disusun. Letaknya pun tidak terlalu jauh dari pulau kosong di sekitarnya. Karena mungkin menghindari gelombang yang terlalu besar yang nantinya akan berdampak ke kelong tersebut.
Singkat cerita, kami berkumpul di restoran teman saya untuk mempersiapkan barang-barang yang mau dibawa ke kelong. Jarak waktu yang ditempuh untuk ke dermaga sekitar 30 menit. Waktu yang cukup lama untuk sampai ke dermaga dikarenakan letaknya yang berada di daerah kabupaten di kota ini. Di sepanjang jalan, kami tidak henti-hentinya bernyanyi menghibur diri selama perjalanan. Mulai dari nyanyi lagu Pamungkas, Dewa 19, D'Masiv, dan musik-musik era-2000-an yang bisa dinyanyikan bersama. Dengan percaya diri saya menyanyi dengan lantang tanpa menghiraukan suara saya yang tidak bagus ini. Kemudian teman saya menegur.
ADVERTISEMENT
Saya tidak menghiraukan omongannya, saya tetap bernyanyi walaupun dengan sedikit tertawa. Ya, tidak apa-apa, yang penting saya tetap percaya diri karena percaya diri adalah kunci kehidupan.
Oh, iya, hampir kelewatan. Sebelumnya kami singgah sebentar ke swalayan untuk membeli jajanan dan bahan-bahan makanan untuk di kelong nanti. Nah, setibanya di dermaga, kami masih harus menunggu dahulu kapal yang menjemput kami. 10 menit kemudian, kapalnya datang. Satu persatu kami naik ke kapal, saling berpegang tangan membantu satu sama lain untuk menaiki kapal. Ini kapal bukan kapal pada umumnya. Karena kapal yang saya maksud seperti kapal nelayan yang diberi susunan tempat duduk untuk penumpang. Orang di sini menyebutnya “pompong”. Alhamdulilah pada saat kami pergi, gelombang laut tidak terlalu kuat jadi kami tidak terlalu panik sepanjang perjalanan.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, kami sampai juga di kelong yang bernama Bintan Jaya. Sesuai dengan lokasinya yang terletak di Kabupaten Bintan. Untuk jayanya, mungkin agar Bintan terus berjaya sebagai salah satu Kabupaten di Indonesia tercinta ini. Oke, kembali ke laptop. Jadi, sesampainya di sana kami disuguhkan welcoming drink teh obeng.
Jadi, teh obeng tu sebutan kami untuk es teh. Nah, untuk sejarahnya bisa dicek aja di google. Kami langsung mengambil gelas untuk diisikannya dengan air itu. Sungguh nikmat di tengah laut dengan angin sepoi-sepoi sambil menikmati dingin dan manisnya rasa teh obeng ini. Tidak lama kemudian, bakwan datang yang sudah dibuat oleh pemilik kelong tersebut. Kami langsung menyantapnya karena pada saat itu, perut sudah lumayan lapar.
ADVERTISEMENT
Perut sudah mulai terisi, waktunya untuk beraktivitas. Saya memutuskan untuk berenang karena ingin merasakan gimana rasanya berenang di tengah laut. Walaupun sebenarnya, saya ini orang yang takut dengan ketinggian dan juga kedalaman laut. Karena kadang saya mensugestikan diri bahwa di bawah laut itu ada monster laut atau hantu laut yang kapan saja bisa menarik tubuh saya ke dalam laut. Saya tetap melawan rasa takut itu karena kapan lagi bisa kayak begini. Ya, walaupun berenangnya pakai baju pelampung. Mau gimana lagi, walaupun saya tinggal di daerah Kepulauan, namun saya tidak begitu jago dalam urusan berenang. Maklum, jarang berenang soalnya.
Lalu, saya mengambil pakaian pelampung yang sudah disediakan. Tanpa basa basi lagi, saya langsung jebur ke air. Sempat sedikit panik, karena arus ombak yang lumayan kencang membuat baju pelampung ini susah dikendalikan. Tidak semua teman saya ikut berenang pada saat itu. Ada yang langsung memancing. Ada yang rebahan di ayunan tali sambil main handphone. Ada yang foto-foto untuk kebutuhan instastory. Ya, pokoknya berbagai kegiatan kami lakuin di kelong itu. Matahari pun hampir terbenam menandakan waktu memasuki malam hari. Saya pun langsung bergegas naik ke kelong kemudian mandi.
ADVERTISEMENT
Setelah mandi, kami mempersiapkan bahan masakan untuk dimasak. Lauk yang kami makan malam itu hanya ayam bakar dan sosis bakar. Bagi kami, ini sudah cukup nikmat dan nikmat sekali. Kami kompak saling membantu satu sama lain. Karena sudah ada teman saya yang ahli dalam masalah bakar-membakar, saya lebih memilih membuatkan kopi untuk teman-teman saya. Ya, biar ada kerjaan aja gitu. Makanan pun akhirnya siap untuk disantap. Makan dengan lahap sampai perut pun kenyang. Tidak lupa, ritual sehabis makan yaitu menghisap tembakau. Bukan tembakau aceh ya, hehehe. Itulah makanan penutup atau pencuci mulut orang Indonesia.
Nah, abis selesai makan, kami membereskan piring-piring yang sudah kotor dan membawanya ke dapur. Setelah itu, kami pun melakukan kegiatan. Saya dan beberapa teman saya bermain gaplek. Main bergantian dengan sistem yang kalah langsung diganti dengan teman lainnya. Di awal permainan, saya selalu bertahan walaupun bukan sebagai pemenang. Setelah beberapa kali bermain, saya pun kalah dan harus rela diganti dengan teman saya.
ADVERTISEMENT
Waktu semakin malam, teman saya menginstruksikan untuk berkumpul dan bernyanyi bersama biar akrab gitu katanya. Biar kayak acara makrab kampus-kampus gitu. Kami pun saling bercerita tentang kehidupan, kadang tentang percintaan. Ya, sudah pasti lebih banyak tentang percintaan. Maklum, namanya juga anak muda.
Jam menunjukkan pukul 02.00 dinihari. Beberapa teman saya sudah memasuki kamar untuk tidur. Dan tepat pukul 02.00 saya memasuki kamar untuk tidur. Biar nanti bangun pagi, kepala saya tidak pusing. Maklum, kepala saya selalu pusing kalau tidak dapat waktu tidur cukup. Dengan membaca doa tidur, saya pun memejamkan mata saya untuk memasuki ke alam mimpi yang begitu indah .