Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Strategi pelestarian dan Pengelolaan berkelanjutan di Pantai Kuta
24 November 2024 19:33 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Alfi Nayla Haryoko tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Salah satu tempat wisata terkenal di Indonesia, Pantai Kuta, yang terletak di Kabupaten Badung, Bali, menarik jutaan orang setiap tahunnya. Kuta menarik banyak pengunjung domestik dan internasional karena keindahan pasir putihnya, ombak yang bagus untuk berselancar, dan suasana pantai yang hidup. Namun, karena jumlah pengunjung yang meningkat, pengelola atraksi Pantai Kuta menghadapi tantangan untuk memastikan bahwa semua orang senang dan aman. Makalah ini membahas bagian-bagian manajemen atraksi Pantai Kuta, kesalahan yang ditemukan dalam pelaksanaannya, dan rekomendasi untuk manajemen yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Akibat jumlah pengunjung yang terus meningkat, Pantai Kuta, tempat wisata yang populer, menghadapi banyak masalah lingkungan. Jumlah wisatawan ke Bali mencapai 6,2 juta pada tahun 2022, dengan sebagian besar mengunjungi Pantai Kuta, menurut data BPS Kabupaten Badung. Meskipun peningkatan jumlah pengunjung mendorong pertumbuhan ekonomi daerah melalui sektor pariwisata, peningkatan jumlah pengunjung juga meningkatkan tantangan bagi lingkungan, terutama dalam hal pengelolaan sampah. Sampah yang dihasilkan oleh peningkatan jumlah pengunjung termasuk sampah plastik, botol minuman, kemasan makanan, dan barang- barang sekali pakai lainnya.
Meskipun pengelola pantai melakukan pembersihan rutin dan menyediakan tempat sampah di beberapa lokasi strategis, jumlah sampah plastik yang dibuang ke pantai tetap menjadi masalah utama. Laporan dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Badung menunjukkan bahwa sebelum tahun 2019, sekitar 10 ton sampah diangkut setiap hari dari Pantai Kuta, sebagian besar plastik sekali pakai. Sampah ini tidak hanya mengganggu keindahan pantai tetapi juga dapat mencemari laut dan mengancam populasi ikan dan terumbu karang, yang merupakan daya tarik utama bagi wisatawan. Hal ini menunjukkan bahwa program pengelolaan sampah yang ada masih gagal mengurangi sampah wisatawan.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi masalah ini, pengelola pantai harus melibatkan wisatawan secara langsung dalam inisiatif yang ramah lingkungan. Mengkampanyekan pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, seperti sedotan dan kantong plastik, adalah salah satu cara yang dapat dilakukan. Melalui papan informasi, brosur, atau kegiatan komunitas, wisatawan dapat diinformasikan tentang pentingnya menjaga kebersihan pantai. Ini juga dapat meningkatkan kesadaran mereka tentang dampak sampah terhadap lingkungan. Pengelola juga dapat menganjurkan pengunjung untuk membuang sampah mereka sendiri atau menggunakan tempat sampah terdekat yang sudah disediakan.
Tidak hanya itu, pengelola Pantai Kuta juga perlu berinovasi dalam hal penggunaan teknologi ramah lingkungan. Salah satu contohnya adalah dengan memasang panel surya di sepanjang area pantai untuk mendukung penerangan dan fasilitas umum lainnya. Penggunaan energi terbarukan seperti ini dapat membantu mengurangi ketergantungan pada energi fosil serta mengurangi emisi karbon, sehingga mendukung pariwisata berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan saran Lesley Pender dalam Management of Tourism (2004) yang menekankan pentingnya penerapan praktik berkelanjutan dalam pengelolaan pariwisata untuk menjaga daya tarik destinasi dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Selain itu, penerapan teknologi ramah lingkungan dapat menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan yang semakin peduli terhadap isu-isu keberlanjutan. Pantai Kuta dapat menjaga kelestarian lingkungan sambil tetap menawarkan pengalaman yang menyenangkan bagi para pengunjung dengan menggabungkan strategi pelestarian lingkungan dan edukasi kepada wisatawan serta teknologi energi terbarukan. Upaya ini diharapkan tidak hanya memperbaiki kualitas lingkungan sekitar pantai tetapi juga meningkatkan reputasi Bali sebagai tempat wisata yang mengutamakan pariwisata berkelanjutan.
Manajemen yang yang baik sangat penting untuk mengelola jumlah pengunjung di Pantai Kuta agar tidak mengganggu pengalaman wisatawan dan merusak lingkungan pantai. Selama musim liburan, jumlah pengunjung ke Pantai Kuta seringkali meningkat pesat. Ini mengakibatkan kepadatan di berbagai tempat, seperti tempat parkir, akses ke pantai, dan area pantai itu sendiri, menurut data dari Dinas Pariwisata Kabupaten Badung. Hal ini tidak hanya memengaruhi bagaimana wisatawan menikmati suasana pantai, tetapi juga memiliki potensi untuk mempercepat kerusakan lingkungan karena tekanan yang tinggi pada habitat pesisir. Misalnya, aktivitas wisatawan yang tidak terkendali dan volume kunjungan yang meningkat dapat menyebabkan erosi pantai meningkat.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi masalah ini, Pengelola dapat menggunakan sistem manajemen pengunjung yang lebih efisien dan berbasis teknologi untuk mengatasi masalah ini. Aplikasi yang dapat digunakan oleh wisatawan di ponsel mereka adalah solusi yang mungkin. Aplikasi ini dapat menampilkan informasi tentang jumlah pengunjung di pantai secara real-time. Ini memungkinkan wisatawan untuk memilih waktu terbaik untuk mengunjungi pantai dan menghindari keramaian. Selain itu, aplikasi tersebut dapat memberikan informasi tentang cuaca, kebersihan pantai, dan acara lokal yang sedang berlangsung di sekitar Pantai Kuta. Dengan informasi ini, wisatawan dapat merencanakan kunjungan mereka dengan lebih baik, mengurangi waktu tunggu, dan merasa lebih nyaman saat berada di pantai.
Selain penggunaan teknologi, peningkatan fasilitas fisik juga penting untuk mengurangi kepadatan di Pantai Kuta. Pengelola dapat merancang dan membangun jalur pejalan kaki yang terintegrasi dengan area parkir, sehingga arus pengunjung lebih tertata dan kemacetan di sekitar kawasan pantai dapat berkurang. Penyediaan fasilitas parkir tambahan, seperti parkir bertingkat, juga dapat menjadi solusi untuk mengakomodasi volume kendaraan wisatawan yang meningkat pada musim liburan. Selain itu, penempatan rambu-rambu dan papan informasi yang menunjukkan jalur alternatif menuju pantai dapat membantu mengurangi penumpukan kendaraan di jalur utama menuju Pantai Kuta. Pengelolaan alur pengunjung yang efektif, seperti yang disarankan oleh Pender (2004) dalam Management of Tourism, sangat penting untuk
ADVERTISEMENT
menjaga keseimbangan antara popularitas suatu destinasi dengan kapasitas daya tampungnya. Pender menekankan bahwa manajemen yang baik tidak hanya akan meningkatkan kualitas pengalaman wisatawan tetapi juga membantu menjaga kelestarian sumber daya wisata dalam jangka panjang. Bagi Pantai Kuta, penerapan strategi ini akan membantu menjaga keindahan dan kelestarian pantai sebagai aset utama pariwisata Bali, sekaligus memastikan bahwa wisatawan tetap dapat menikmati suasana pantai yang nyaman dan aman. Dengan demikian, Pantai Kuta dapat terus menjadi tujuan wisata unggulan tanpa mengorbankan kelestarian lingkungannya.
Keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan Pantai Kuta merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai keberlanjutan pariwisata. Saat ini, banyak masyarakat sekitar terlibat dalam sektor pariwisata sebagai pedagang suvenir, pemandu wisata, atau penyedia jasa transportasi. Namun, partisipasi mereka dalam perencanaan dan pengembangan kawasan pantai masih bisa ditingkatkan. Pengelola pantai dapat melibatkan organisasi masyarakat seperti karang taruna dalam kegiatan kebersihan pantai secara berkala, serta mengajak tokoh masyarakat untuk ikut serta dalam mengatur program-program edukasi wisata yang dapat meningkatkan kesadaran wisatawan tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian Pantai Kuta.
ADVERTISEMENT
Dengan melibatkan masyarakat lokal, manfaat ekonomi dari pariwisata dapat lebih dirasakan oleh penduduk sekitar, serta menciptakan rasa memiliki terhadap pantai. Lesley Pender (2004) menekankan bahwa pelibatan stakeholder lokal dalam manajemen pariwisata dapat meningkatkan dukungan terhadap kebijakan yang diambil dan memastikan keberlanjutan atraksi wisata. Pendekatan ini penting untuk menjaga keharmonisan antara kebutuhan wisatawan dan masyarakat setempat.
Pantai Kuta terletak di wilayah yang rawan terhadap bencana alam, seperti gempa bumi dan tsunami. Oleh karena itu, penerapan manajemen risiko bencana menjadi aspek yang sangat penting dalam pengelolaan pantai ini. Meskipun sudah ada papan peringatan dan jalur evakuasi yang dipasang di beberapa titik, pengawasan terhadap pelaksanaan SOP keselamatan di lapangan masih perlu ditingkatkan. Penggunaan aplikasi mobile yang memberikan informasi tentang status kesiapsiagaan bencana dan cuaca ekstrem secara real-time adalah salah satu solusi yang dapat digunakan. Wisatawan dan masyarakat sekitar dapat menggunakan informasi ini untuk mempercepat evakuasi saat terjadi bencana. Selain itu, memberikan masyarakat lokal peralatan kegawatdaruratan seperti perahu karet, masker, dan pelatihan simulasi bencana akan membantu mereka mempersiapkan diri untuk menghadapi bencana yang mungkin terjadi.
ADVERTISEMENT
Menurut Pender (2004), memiliki sistem manajemen risiko yang tangguh di lokasi wisata adalah langkah penting untuk memastikan keselamatan wisatawan serta menjaga reputasi destinasi wisata itu sendiri. Hal ini sangat relevan bagi Pantai Kuta yang berada di wilayah dengan potensi risiko alam yang tinggi. Agar dapat menerima jumlah wisatawan yang signifikan tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat lokal, pengelolaan atraksi di Pantai Kuta memerlukan pendekatan yang mempertimbangkan secara keseluruhan.
Solusi untuk menghadapi tantangan yang ada dapat mencakup praktik yang ramah lingkungan, peningkatan manajemen risiko bencana, pelibatan masyarakat dalam pengelolaan, dan penggunaan teknologi digital untuk manajemen pengunjung. Dengan perbaikan ini, Pantai Kuta tidak hanya akan tetap menjadi destinasi wisata populer, tetapi juga akan menjadi contoh pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan di Indonesia
ADVERTISEMENT