Pengaruh Islam di Timur Tengah terhadap Indonesia

Muhammad Ali Ashhabul Kahfi
Master Of Politics and International Relations, School of Strategic and Global Studies, University Of Indonesia.
Konten dari Pengguna
17 April 2022 17:48 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Ali Ashhabul Kahfi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menag Yaqut Cholil Qoumas (Menag) bertemu Gubernur Makkah Khalid bin Faisal Al Saud. Sumber: Kementrian Agama Republik Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Menag Yaqut Cholil Qoumas (Menag) bertemu Gubernur Makkah Khalid bin Faisal Al Saud. Sumber: Kementrian Agama Republik Indonesia
ADVERTISEMENT
Indonesia saat ini dikenal sebagai penduduk beragam muslim terbesar yang ada di dunia. Hal tersebut merupakan hasil dari penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu di Indonesia yang datang dari Tanah Arab sejak abad ke-7.
ADVERTISEMENT
Sejak awal perkembangan Islam yang datang ke Indonesia yang berasal dari para pedagang di tanah Arab yang saat ini dikenal sebagai wilayah Timur Tengah, menjadikan masyarakat muslim di Indonesia memiliki keterkaitan yang kuat dengan masyarakat di Timur Tengah.
Hal tersebut tentu saja tidak hanya memberikan dampak kepada bagaimana masyarakat muslim Indonesia menjalani ritual ibadahnya, namun juga berdampak kepada sisi-sisi di luar hal tersebut seperti, cara kehidupan sosial dan budaya masyarakat Indonesia.
Hingga akhirnya di masa modern saat ini, pengaruh yang diberikan oleh Islam di Timur Tengah juga semakin berkembang ke arah yang tidak hanya berkaitan dengan kehidupan sosial, namun juga kepada bagaimana hal tersebut dapat menjadi landasan pandangan politik bagi Islam yang ada di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dalam tulisannya, Kaptein menyebutkan bahwa Islam di Indonesia tidak hanya lagi sebatas kepada mengatur bagaimana kehidupan seorang muslim yang baik dan benar sesuai dengan ajaran yang tertera pada kitab suci, namun jauh lebih daripada hal tersebut juga menghasilkan sesuatu yang bersifat politik.
Setelah semakin meningkatnya cap teroris kepada masyarakat muslim di seluruh dunia, terutama setelah peristiwa 9/11 di Amerika Serikat memunculkan banyak sekali para radikalis yang melakukan tindakan tidak terpuji tersebut di seluruh dunia dan tidak terkecuali di Indonesia.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin menghadiri Harlah ke-94 Nahdlatul Ulama di Kantor PBNU, Jumat (31/1/2020). Foto: Nadia Riso/kumparan
Banyaknya kasus terorisme yang ada di Indonesia akhirnya membuat NU (Nahdlatul Ulama) sebagai salah satu Organisasi Islam terbesar di Indonesia memberikan pernyataan mereka pada tahun 2015 yang menyebutkan bahwa Islam yang ada di Indonesia memiliki karakter nasional mereka sendiri, dan hal tersebut bersandar kepada tiga poin utama yakni, kemajemukan, moderat, serta demokratis.
ADVERTISEMENT
NU kemudian menggunakan terminologi Islam Nusantara sebagai nama gagasan mereka tersebut. Hal tersebut tentu mendapatkan kritikan dari berbagai elemen masyarakat muslim yang ada di Indonesia pada saat itu.
Masyarakat menganggap bahwa apa yang coba ditawarkan oleh NU sebagai sebuah hal yang mengkotak-kotakkan Islam itu sendiri.
Sementara kelompok-kelompok Islam lainnya yang ada di Indonesia seperti kelompok Salafi menganggap bahwa hanya ada satu Islam dengan intrepretasi yang berbeda tanpa pengkotak-kotakan.
Menurut penulis ide atau gagasan yang muncul dengan adanya Islam Nusantara tersebut lahir karena kekhawatiran organisasi NU sebagai salah satu organisasi agama Islam terbesar di Indonesia terhadap semakin berkembangnya kelompok-kelompok Islam non-mainstream yang ada di Indonesia.
Sejak perubahan sistem politik di Indonesia atau sejak runtuhnya era Soeharto dan digantikan oleh sistem pemerintahan yang demokratis, kemunculan kelompok-kelompok Islam non-mainstream yang termasuk kepada gerakan Tarbiyah, HTI (Hizbut Tahrir Indonesia), dan FPI (Front Pembela Islam), serta kelompok Salafi menjadikan dinamika politik di Indonesia juga menjadi semakin dinamis.
ADVERTISEMENT
Secara politik dan sikap politik luar negeri Indonesia, Islam dan Timur Tengah tentu juga memberikan dampak kepada bagaimana pemerintah Indonesia membangun politik luar negeri mereka terutama setelah terjadinya peristiwa 9/11.
Disebutkan dalam tulisan Anwar bahwa Islam saat ini juga menjadi bagian penting dari identitas nasional Bangsa Indonesia sehingga pada akhirnya memunculkan sebuah kondisi solidaritas yang disebut oleh Anwar sebagai co-religionists di antara negara-negara Muslim.
Kebijakan Luar Negeri Indonesia di wilayah Timur Tengah seperti yang disebutkan pada tulisan Anwar mengenai keberpihakan Indonesia kepada Palestina yang hingga saat ini dalam kondisi sulit dengan adanya serangan-serangan yang dilakukan oleh Israel negara tetangga mereka.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa Islam yang sudah menjadi bagian dari identitas nasional bangsa Indonesia juga menjadikan Pemerintah Indonesia dalam merumuskan kebijakan luar negeri mereka terhadap wilayah Timur Tengah tidak dapat terlepas dari identitas tersebut.
Menlu Retno menghadiri Sidang Pleno ke-67 ini membahas mata agenda 37 mengenai situasi di Timur Tengah dan agenda 38 mengenai isu Palestina. Sumber: Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia
Dengan semakin banyaknya kelompok-kelompok Islam lainnya di Indonesia juga menjadikan Pemerintah Indonesia akan sulit untuk memiliki hubungan diplomatik dengan Israel yang dianggap sebagai musuh bersama oleh masyarakat muslim di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Besarnya pengaruh Islam dan Timur Tengah terhadap Indonesia menurut penulis merupakan hasil dari co-religionists seperti yang dinyatakan oleh Anwar.
Keterkaitan yang tidak hanya berdasarkan kepada sisi sejarah, namun juga rasa solidaritas masyarakat muslim di Indonesia menjadikan pemerintah Indonesia perlu untuk selalu berhati-hati dalam mengambil langkah politik luar negeri mereka terhadp wilayah Timur Tengah.
Konflik Palestina dan Israel hanyalah salah satu contoh mengenai pentingnya Islam di Timur Tengah dan dampak yang diberikan kepada Indonesia.
Namun, menurut penulis pemerintah di Indonesia seharusnya tidak hanya berfokus kebijakan luar negeri mereka saja di Timur Tengah namun juga fokus dalam menjaga masuknya ideologi-ideologi radikal yang pada kenyataannya juga berasal dari wilayah Timur Tengah.
ADVERTISEMENT
Pemikiran-pemikiran yang menghasilkan tindakan terorisme merupakan sebuah hal yang seharusnya tidak hanya dilakukan dengan target penyelesaian, namun juga dilakukan melalui tindakan-tindakan pencegahan, dan menurut penulis dapat dilakukan melalui pengurangan organisasi atau kelompok-kelompok muslim yang memiliki indikasi terhadap ideologi radikal.
Namun, sementara ini justru yang terjadi adalah para pemangku kebijakan di Indonesia hanya melihat masyarakat muslim di Indonesia sebagai deretan angka yang dapat memenuhi kebutuhan kotak suara mereka saja, bukan benar-benar mengilhami sebagai sebuah identitas.