Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Perempuan dan Kekerasan
6 September 2024 17:33 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Alika Putri Utami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini marak sekali terjadi kasus kekerasan pada perempuan di Indonesia. Kekerasan tersebut dapat terjadi karena ketidakadilan gender.
Bisa dikatakan bahwa di Indonesia masyarakatnya sangat kental dengan budaya patriarki. Perempuan masih terpinggirkan suara dan perannya. Dari budaya patriarki yang sudah mengakar ini, timbul banyak sekali masalah yang menjadikan perempuan sebagai korban dari kekerasan. Baik dalam rumah tangga, masyarakat, bahkan hingga media sosial. Berikut adalah faktor penyebab perempuan mendapat kekerasan baik secara fisik maupun verbal.
ADVERTISEMENT
Dalam rumah tangga, perempuan dalam kekuasaan laki-laki
Sering kali ditemukan dalam kehidupan rumah tangga masyarakat kita, perempuan tidak memiliki kekuasaan utuh karena peran tersebut biasanya dipegang oleh suami atau pihak laki-laki. Sayangnya, tidak semua yang memegang kekuasaan itu dapat menjalankan perannya dengan baik, sehingga perempuan tidak diberi hak untuk bersuara atau mengatur rumah tangga. Selain itu, di dalam keluarga masih sering dijumpai subordinasi yang tentunya lebih menyasar kaum perempuan, berakibat pada pelanggaran consent antara suami dan istri. Hingga masih ditemukan kasus poligami tanpa persetujuan istri atau perselingkuhan, hal ini terjadi karena suara perempuan dirasa tidak memiliki kekuatan sebagaimana suara laki-laki atau suami di dalam rumah tangga. Perempuan diletakkan pada posisi bawah, dianggap kurang rasional, dan segala mau serta haknya tidak diperhitungkan.
ADVERTISEMENT
Stereotipe pada perempuan
Stereotipe dapat dikatakan juga sebagai pelabelan. Pelabelan ini biasanya bersifat negatif dan merugikan, dalam hal ini berkaitan dengan perempuan. Dibanding laki-laki, perempuan sangat mudah mendapatkan pelabelan negatif, entah itu terkait pakaian, sifat, atau bahkan status. Tidak sedikit perempuan yang mendapat pelabelan negatif baik di masyarakat ataupun media sosial yang ujungnya menjadi kekerasan verbal. Dan sayangnya, kekerasan verbal ini tidak terlihat wujudnya seperti kekerasan fisik, sehingga mudah sekali diabaikan atau diremehkan, padahal itu adalah bentuk kekerasan.
Kemiskinan dalam Rumah Tangga
Tidak bisa dipungkiri bahwa ekonomi menjadi faktor penting dalam terjadinya kasus kekerasan pada perempuan. Apa lagi dalam kehidupan rumah tangga yang mengalami ekonomi sulit, perempuan bisa saja berperan ganda untuk membantu ekonomi keluarga. Dan juga, dengan kehidupan ekonomi yang sulit dalam berumah tangga, sangat rentan untuk terjadinya kekerasan pada perempuan karena ketidakstabilan emosional antara suami dan istri.
ADVERTISEMENT
Keterbukaan Media Sosial
Sebagai sarana komunikasi, media sosial tentu menjadi wadah yang tepat untuk masyarakat berinteraksi tanpa tatap muka. Tapi, media sosial juga bisa menjadi ruang untuk melakukan kekerasan pada perempuan. Seperti ujaran kebencian, penyebaran konten seksual, cyberstalking, bahkan mengirimkan pesan pelecehan. Sehingga dalam bermedia sosial lebih terkesan perempuan yang harus berhati-hati, padahal itu adalah wadah umum untuk semua orang. Itu terjadi karena masih ada orang yang tidak bertanggung jawab dan kurang edukasi, perempuan sering dianggap lemah dan remeh, sehingga media sosial pun bisa menjadi sarana kekerasan atau pelecehan untuk perempuan.
Kekerasan pada perempuan dapat terjadi di mana pun serta dalam bentuk apa pun. Seharusnya perempuan mendapat hak untuk aman, baik dalam keluarga, masyarakat, bahkan media sosial. Serta perlunya perhatian lebih dari pemerintah maupun masyarakat terhadap kekerasan pada perempuan. Sehingga angka kekerasan tersebut dapat berkurang dan teratasi dengan baik.
ADVERTISEMENT