Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Tradisi Ruwahan di Jawa (Mendoakan Orang yang Sudah Meninggal)
26 Maret 2022 19:52 WIB
Tulisan dari Alisa Febiyanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Saat Tradisi Ruwahan dilakukan, setiap kepala keluarga membawa ambeng. Ambeng tersebut berisi nasi putih, sambel goreng, lauk pauk, kolak pisang, ketan, dan apem. Biasanya ambeng tersebut dibawa menggunakan ancak, yaitu batang daun pisang yang dibikin sedemikian rupa sehingga membentuk persegi. Tetapi, berkembangnya zaman ancak diganti menggunakan talam.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa keunikan juga dalam pembuatan ambeng tersebut, salah satunya bagi yang orang tuanya yang masih hidup semua atau belum ada yang meninggal membuat nasi gurih, ingkung, sambal goreng serta rempeyek.
Tradisi ini dilakukan saat malam hari setelah sholat magrib, acara tersebut tidak dilakukan di mushola melainkan disebuah rumah warga yang berada ditengah-tengah serta luas. Supaya orang-orang yang membawa ambeng tadi tidak kejauhan. Saat acara berlangsung, orang-orang duduk mengitari ambeng tersebut yang dikumpulkan menjadi satu dan diletakkan di tengah-tengah sambil membaca doa. Setelah acara selesai, ambeng yang dikumpulkan menjadi satu tadi dibagi kembali kepada orang-orang yang hadir dan dibawa pulang. Bedanya, ambeng yang dibawa pulang hasil penukaran dengan ambeng milik orang lain.
ADVERTISEMENT
Dari Tradisi Ruwahan itu sendiri mengandung makna bahwa bulan Sya'ban (bulan sebelum puasa Ramadhan) menjadi bulan untuk berbagi sedekah. Sehingga tradisi ruwahan ini masih menjadi tradisi yang diadakan setiap tahunnya untuk menumbuhkan rasa kebersamaan, dan juga untuk mendoakan serta menghormati arwah para leluhur serta mensucikan diri sebelum memasuki bulan suci Ramadhan.