Konten dari Pengguna

Quo Vadis Tamatan Vokasi Kompeten

Allamuddin AF
penikmat gudeg krecek sambal goreng
16 September 2024 18:58 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Allamuddin AF tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pendidikan vokasi telah menjadi prioritas utama dalam pemerintahan kabinet Kerja dan kabinet Indonesia Maju dalam sepuluh tahun terakhir, hal ini sejalan dengan visi misi pemerintahan yang menekankan pentingnya pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berdaya saing global. Visi misi dalam peningkatan kualitas SDM tersebut dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), dimana pendidikan vokasi menempati peran strategis untuk diakui sebagai kunci untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, dengan fokus pada revitalisasi dan pengembangan kurikulum serta kebutuhan SDM berbasis dunia kerja melalui semangat taut-suai (link and match).
ADVERTISEMENT
Membangun optimisme dari vokasi
Peran penting pendidikan vokasi ternyata sangat krusial dalam mencapai visi Indonesia Emas 2045, di mana kualitas SDM yang tinggi menjadi salah satu pilar utama untuk mengangkat posisi Indonesia di kancah dunia. Menurut data dari riset International Institute for Management Development (IMD) World Talent Ranking (WTR) 2023. Tahun ini, Indonesia berada di posisi 47 naik 4 poin dari posisi 51 pada 2022 dari 63 negara yang diteliti. Namun perlu disadari walaupun daya saing meningkat namun ada tantangan misalkan tingkat pengangguran yang masih 4,82% dari 278 juta penduduk Indonesia, yang jika dibandingkan merujuk ke data IMF per April 2024, diantara negara-negara Asia Tenggara atau ASEAN, tingkat pengangguran Indonesia menempati posisi pertama dan menempati posisi 57 secara global.
Ilustrasi Praktikum SMK Pelayaran (sumber: Dokumentasi Kemdikbudristek, itjen.kemdikbud.go.id)
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada kemajuan, masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi tenaga kerja Indonesia agar dapat bersaing dengan negara lain. Melalui pendidikan vokasi diharapkan mampu mempersiapkan SDM yang unggul, Indonesia diharapkan dapat memanfaatkan bonus demografi yang akan mencapai puncaknya pada tahun 2030-an, serta berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Mengapa pendidikan vokasi penting untuk membekali SDM bangsa di tengah tantangan era BANI (Brittle/Rapuh, Anxiety/Kecemasan, Non-linear/Tidak Linear, Incomprehensible/Sulit dipahami),
Gotong royong pengembangan vokasi
Pendidikan vokasi di Indonesia telah mendapatkan perhatian serius dari pemerintah misal program flagship kartu Prakerja, kemudian dari kementerian-kementerian terkait, baik program-program dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi), Kementerian Ketenagakerjaan melalui Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (Ditjen Binalavotas), hingga kementerian dan lembaga lain misal program vokasi Industri dan pengembangan SDM Industri di Kemenperin hingga Kominfo dengan program Digitalent Scholarship. Bahkan Presiden sendiri secara khusus memberikan payung kebijakan spesifik untuk pendidikan vokasi melalui Inpres Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing SDM Indonesia serta Perpres Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan dan Pelatihan Vokasi.
Rapat terbatas Kabinet bersama Presiden membahas tentang pendidikan dan pelatihan vokasi (sumber: Dokumentasi Sekretariat Kabinet RI, setkab.go.id)
Tak hanya dari sisi pemerintah, kontribusi dari dunia usaha dunia industri pun tak main-main, dari satu program di SMK saja misal SMK Pusat Keunggulan Skema Pemadanan dukungan pada tahun 2022 total komitmen investasi industri terhadap SMK penyelenggara adalah sebesar total Rp439,25 miliar pada tahun 2022 saja, dan untuk program matching fund Perguruan Tinggi Vokasi pada tahun 2023 saja tercatat 725 mitra industri telah berkontribusi dengan total dana sebesar Rp279,12 miliar. Nilai tersebut tentunya sudah melewati fase kurasi dan yang tercatat spesifik untuk alokasi program tersebut saja belum kontribusi secara organik dan yang tersebar di tiap-tiap satuan pendidikan.
ADVERTISEMENT
Keseluruhan kontribusi lintas kementerian dan lembaga hingga entitas dunia usaha dunia industri ini tujuannya semata-mata untuk meningkatkan kualitas dan daya saing lulusan pendidikan vokasi agar lebih siap menghadapi tantangan di dunia kerja.
Menakar ulang peran pendidikan dalam menciptakan SDM berkualitas
Hadirnya berbagai capaian dan kontribusi perlu dimaknai secara reflektif bahwa artinya tamatan vokasi sudah bisa dikatakan secara umum sangat terfasilitasi untuk meningkat kualitas dan mutunya baik secara kelembagaan, akses pembelajaran, dan keberlanjutan belajar bahkan tersinergi antara pendidikan formal, nonformal, dan informal dalam konteks vokasional.
Namun perlu disadari bahwa sebetulnya peran pendidikan dalam penyiapan SDM sendiri secara legal formal bila melihat dari UU Sisdiknas memang hanya sampai menyiapkan dengan penggunaan terminologi “mempersiapkan peserta didik”, yang artinya pembentukan kompetensi, karakter, dan kualitas tamatan ketika sudah dikatakan relevan untuk siap masuk ke industri maka sudah tercapai tujuannya. Sehingga tamatan-tamatan kejuruan dan pendidikan serta pelatihan vokasi yang sudah siap ini pertanyaan besar yang harus kita jawab adalah:
ADVERTISEMENT
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka lulusan vokasi pun juga perlahan meningkat, yang paralel juga tantangan terkait daya tampung pendidikan menjadi masalah tersendiri, namun yang perlu dipikirkan juga ialah daya tampung lulusan yang justru ironisnya di tengah kualitas yang meningkat ini, lapangan kerja justru semakin sempit dibuktikan data Bank Indonesia Juni 2024 dimana Indeks ketersediaan lapangan kerja mengalami tren penurunan.
Ini menjadi tantangan besar bagi sektor ketenagakerjaan kita karena pada saat yang sama setiap tahunnya data dari Kemenko PMK pada 2021 ada penduduk usia produktif memasuki dunia kerja sebanyak 1,8 juta dari SMA/SMK, dan 1,7 juta dari perguruan tinggi, artinya butuh minimal 3,5 juta lapangan kerja baru setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Memang berbagai variabel seperti lesunya perekonomian nasional dan dinamika global menjadi salah satu penyebab utama keterbatasan peluang kerja bagi lulusan termasuk vokasi. Namun penting dalam situasi ekonomi yang tidak menentu, pemerintah agar memberikan afirmasi dan atensi ekstra untuk berupaya lebih dalam menciptakan lebih banyak lapangan kerja atau minimal memberdayakan tamatan pendidikan yang sudah berkualitas tersebut tadi.
Produk bed rumah sakit berstandar industri yang diproduksi dari Teaching Factory SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo (sumber: Dokumentasi Kementerian Koordinator PMK, Kemenko PMK)
Estafet Pemberdayaan Lulusan ke Sektor Ketenagakerjaan
Walaupun memang tantangan menciptakan lapangan kerja bukanlah tugas yang hanya memerlukan waktu singkat. Tapi selayaknya perlu menggali berbagai kesempatan lain dengan mengatur strategi jangka pendek dan jangka panjang. Misal dalam jangka pendek kita gali kesempatan untuk memberdayakan lulusan dengan mengarahkan kepada dunia kewirausahaan, kemudian memanfaatkan kesempatan kebutuhan pekerja migran di negara mitra, ataupun melalui program afirmasi misal pelibatan lulusan pada proyek padat karya pemerintah.
ADVERTISEMENT
Berbagai hal seperti inilah yang perlu dipikirkan untuk kemudian menjadi solusi ketenagakerjaan di tengah bonus demografi yang dihadapi bangsa ini agar tidak menjadi petaka di kemudian hari, sekaligus menggerakkan generasi baru yang kompeten dan produktif ini menjadi motor penggerak perekonomian yang lebih dinamis.
Agaknya penting agar isu ketenagakerjaan ini diselesaikan dengan gotong royong pula serta ide-ide inovatif yang adaptif juga terhadap dinamika dunia kerja saat ini maupun yang akan datang (future outlook). Sehingga peran pendidikan yang dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami peningkatan signifikan baik dari segi kualitas maupun kuantitas dengan bekal keterampilan teknis maupun softskill yang solid tapi tidak ditangkap oleh bidang ketenagakerjaan kita.
Potret tenaga kerja terampil di Industri (sumber: Humas Pemda Jawa Barat, jabarprov.go.id)
Peran swasta juga tidak kalah penting dalam upaya ini walaupun perlu diapresiasi juga bahwa sebetulnya mereka sudah banyak berkontribusi juga pada fase penyiapan lulusan vokasi secara voluntary.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, solusi untuk masalah keterbatasan lapangan kerja bagi lulusan vokasi tidak hanya terletak pada satu pihak saja, melainkan memerlukan sinergi terpadu dari hulu ke hilir, dengan melibatkan lintas sektor dan multipihak termasuk pemerintah, dunia usaha dan dunia industri, institusi pendidikan, sektor ketenagakerjaan, dan masyarakat. Dengan kolaborasi yang kuat dan strategi yang terarah, kita dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tamatan vokasi untuk berkembang dan berkontribusi bagi perekonomian dan kemajuan negara.