Konten dari Pengguna

Mengupas Struktural Fakta pada Cerpen Dilarang Mencintai Bunga-bunga

Alya Nuraini
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8 Mei 2024 14:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alya Nuraini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Bunga Anggrek. Sumber:Foto oleh Tiểu Bảo Trương: https://www.pexels.com/id-id/foto/alam-musim-panas-ungu-di-luar-7336454/ diakses pada (8/5/24)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bunga Anggrek. Sumber:Foto oleh Tiểu Bảo Trương: https://www.pexels.com/id-id/foto/alam-musim-panas-ungu-di-luar-7336454/ diakses pada (8/5/24)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"Apakah yang lebih baik dari ketenangan jiwa dan keteguhan batin?”—Kuntowijoyo
ADVERTISEMENT
Cerpen Dilarang Mencintai Bunga-bunga karya Kuntowijoyo ini dianalisis melalui Teori Fiksi Robert Stanton bagian struktural. Fakta-fakta cerita di dalam cerpen memuat alur, karakter dan latar. Sebuah cerita menjadikan tiga elemen ini sebagai sebuah catatan kejadian. Struktur faktual menjadi salah satu aspek cerita yang disorot dari sudut pandang.

Alur

Alur dalam cerpen Dilarang Mencintai Bunga-bunga karya Kuntowijoyo menggunakan alur maju, karena cerpen tersebut dimulai dari awal, tengah, hingga akhir cerita. Alur tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

a. Bagian Awal

Pada bagian awal dalam cerpen Dilarang Mencintai Bunga-bunga, pengarang menceritakan rasa penasaran dari salah seorang tokoh bernama Buyung terhadap kakek tua yang hidup sebatang kara tepat di samping rumahnya. Ia tidak pernah menemui sosok kakek tersebut. Konflik yang terjadi pada bagian awal adalah konflik internal atau konflik batin. Rasa penasaran yang dialami Buyung semakin menggebu untuk mengenal kakek itu.
ADVERTISEMENT
Hingga suatu hari sepulang sekolah, ia mengintip rumah kakek tersebut dan mendapat teguran dari temannya, “Kau kualat. Dia keramat." Ketakutan itu membuat Buyung lari tergesa-gesa hingga tas sekolahnya tertinggal. Sore hari tiba, Buyung memberanikan diri untuk mengambil tas yang tertinggal di pagar rumah samping. Sejak kejadian itu, rasa ingin tahu Buyung mereda.
Di tempat tinggal Buyung sedang musim layang-layang. Pada sore hari, ia tidak mengaji dan mengisi waktu luang dengan bermain layang-layang. Konflik internal muncul dalam diri Buyung. Saat terbang di udara, layang-layang terbagus miliknya terputus. Teman-temannya panik dan mengejar layang-layang tersebut, berbeda dengan ia yang hanya dapat mengamati.
Terjadi konflik batin pada Buyung karena seketika ia terkejut pundaknya ditepuk oleh seorang kakek tua menggunakan piama. Seolah dalam alam bawah sadar, kakek itu memberikan setangkai bunga berwarna ungu di tangan kanan Buyung dan berkata “Hidup itu permainan. Tersenyumlah, Cucu.”
ADVERTISEMENT

b. Bagian Tengah

Pada bagian tengah cerpen, timbul konflik saat ayahnya mengamati dan berusaha meraih bunga di tangan kanan Buyung dan melemparkan bunga itu. Berbeda dengan sosok ibu yang lemah lembut dan penyayang. Ibu justru mengizinkan Buyung untuk memelihara bunga itu. Suasana kacau dan perasaan tidak tenteram dialami Buyung.
Klimaks dalam cerpen ini muncul pada bagian tengah. Suatu hari Buyung lupa mengaji, dirinya justru berkunjung ke rumah kakek tua itu. Saat kembali ke rumah, Buyung mendapatkan teguran dari ayahnya. Mencoba untuk menyembunyikan, namun usahanya gagal. Ayahnya mendapati bunga dalam genggaman tangan Buyung. Penuh dengan amarah, dirampas dan dibuangnya bunga itu ke tempat sampah.
Perasaan Buyung semakin hancur atas kejadian tersebut. Beberapa kali kejadian itu terulang, hingga pada puncak permasalahan dan berujung dengan perasaan hati yang tidak tenang. Buyung menangis karena sedih harus melepaskan bunga-bunga itu. Ayahnya geram dan membuang jauh-jauh bunga itu.
ADVERTISEMENT

c. Bagian Akhir

Bagi ayahnya manusia tidak bisa hidup hanya dengan bunga, tetapi manusia juga perlu bekerja. Berbanding terbalik dengan kakek tua itu dalam kebiasaan sehari-hari sibuk mencari kehidupan sempurna dan ketenangan jiwa dalam bunga-bunga. Pada bagian akhir cerpen, Buyung meyakinkan diri akan pentingnya bekerja terutama bagi laki-laki. Buyung sadar bahwa selama ini usahanya sia-sia dan bunga hanyalah sebuah kenangan. Pada akhirnya, Buyung mampu memutuskan sesuatu untuk bekerja.

Karakter

Karakter dalam cerpen Dilarang Mencintai Bunga-bunga karya Kuntowijoyo dipaparkan sebagai berikut.

a. Buyung

Dalam cerpen tersebut, tokoh Buyung mempunyai karakter yang sangat kritis. Ia mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Tidak hanya itu, Buyung juga mempunyai kepribadian banyak bertanya terhadap suatu hal yang ia anggap meragukan diliputi dengan rasa penasaran. Karakter ini dibuktikan pada kutipan cerpen berikut. “Keinginanku untuk mengenal kakek itu tidak pernah padam”. Jika dirinya merasa ragu akan suatu hal, maka ia akan terus melontarkan pertanyaan walaupun sering kali merasa bosan karena tidak mendapatkan jawaban yang jelas dan tepat.
ADVERTISEMENT

b. Ayah

Dalam cerpen ini, ayah digambarkan sebagai sosok laki-laki yang tegas dan keras terhadap pendirian. Hal ini dapat dilihat dari kutipan cerpen, “Laki-laki tidak perlu bunga, Buyung.” Berlanjut pada bagian “Engkau seorang laki-laki. Engkau mesti bekerja.” Bagi ayahnya, laki-laki harus bekerja keras dan tidak boleh malas. Meski sikapnya terbilang keras, ayah juga mempunyai sifat penyayang, walaupun cara penyampaian yang dilakukannya berbeda dengan sosok ibu.

c. Ibu

Dalam cerpen tersebut, ibu adalah sosok yang lemah lembut dan penyayang. Ia tidak pernah marah, meski pernah merasa kecewa. Sikap pengertian ibu juga sangat luar biasa. Ibu selalu menjadi penenang di saat ayah tidak mampu meredam amarah. Ibu selalu melindungi dalam setiap situasi dan segala kondisi.

d. Kakek

Dalam cerpen ini, kakek digambarkan sebagai sosok yang baik hati, ramah, dan penyayang meski dinilai berbeda oleh orang sekitar. Kakek mempunyai sifat memberikan ketenangan jiwa yang dirasakan langsung oleh Buyung, namun menjadikan Buyung salah bersikap. Akan tetapi, kakek tetap dijadikan sebagai sahabat yang memberikan kenangan-kenangan bagi Buyung untuk dijadikan pelajaran dalam kehidupan.
ADVERTISEMENT

Latar

Dalam cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga karya Kuntowijoyo, latar dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

a. Latar Tempat

Terdapat beberapa kutipan cerpen yang menyatakan latar tempat, di antaranya:
Dari kutipan di atas dapat dilihat latar tempat dalam cerpen tersebut, yaitu pekarangan rumah dan kamar.

b. Latar Waktu

Dari kutipan di atas dapat dilihat latar waktu dalam cerpen tersebut adalah pagi hari dan sore hari.

c. Latar Sosial

Terdapat beberapa kutipan cerpen yang menyatakan latar sosial, antara lain:
ADVERTISEMENT
Dari kutipan cerpen di atas, latar sosial ditunjukkan secara sederhana dengan menggambarkan sebuah desa yang berada di Pulau Jawa.
.
.
.
AlyaNuraini, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonsia, UIN Sy

DAFTAR PUSTAKA