Konten dari Pengguna

Dampak Tren Thrifting bagi Industri Fashion Domestik

alyameilany26
Saya Alya Meilany Sehono Putri mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan manajemen
26 Juni 2024 11:24 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari alyameilany26 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: alyameilany26
zoom-in-whitePerbesar
sumber: alyameilany26
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Thrifting, juga dikenal sebagai second hand shopping atau thrift shopping, adalah praktik membeli barang yang sebelumnya dimiliki atau digunakan dengan harga diskon. Ini bisa termasuk pakaian, furnitur, buku, elektronik, dan banyak lagi. Thrifting menjadi semakin populer dalam beberapa tahun terakhir, karena orang mencari cara untuk menghemat uang, mengurangi limbah, dan menemukan barang-barang yang unik.
ADVERTISEMENT
Selain manfaat ekonomi dan lingkungan dari thrifting, banyak orang menikmati kepuasan dengan menemukan hal yang mencerminkan gaya pribadi mereka. Melalui thrifting, individu dapat menemukan barang-barang unik dan berkualitas dengan harga yang terjangkau. Pengalaman menelusuri rak pakaian dapat menjadi petualangan menyenangkan dan menarik, karena kita tidak pernah tahu harta karun apa yang mungkin akan ditemukan. Secara keseluruhan, thrifting menawarkan pengalaman belanja yang unik yang memungkinkan individu untuk mengekspresikan kreativitas mereka.
Dampak positif dari tren thrifting pada industri fashion domestik
Adanya peningkatan kesadaran akan pentingnya upcycling dan penggunaan ulang pakaian merupakan salah satu dampak positif dari tren thrifting ini. Selain itu, tren thrifting juga mendorong pertumbuhan bisnis lokal dan memberikan peluang bagi para desainer dan pengrajin untuk mengembangkan kreativitas mereka dalam menciptakan produk-produk fashion yang unik dan berkelanjutan. Hal ini juga dapat mengurangi dampak negatif industri fashion terhadap lingkungan, seperti limbah tekstil dan emisi karbon. Dengan adanya tren thrifting yang semakin populer, industri fashion Indonesia dapat terus berkembang secara berkelanjutan dan berkontribusi pada upaya pelestarian lingkungan.
ADVERTISEMENT
Dampak negatif dari tren thrifting pada industri fashion domestik
Salah satu dampak negatif dari tren thrifting pada industri fashion domestik adalah adanya penurunan permintaan untuk produk baru dari desainer dan merek lokal. Ketika konsumen lebih banyak beralih ke second-hand, kebutuhan untuk pakaian baru akan menurun, menyebabkan penurunan penjualan untuk bisnis lokal. Pada akhirnya, hal ini dapat mempengaruhi profitabilitas bisnis, yang dapat menyebabkan kegagalan atau kebangkrutan. Selain itu, tren thrifting juga ikut andil pada penurunan nilai yang dirasakan dari produk-produk buatan lokal, karena barang bekas sering di harga jauh lebih rendah daripada barang-barang baru. Hal ini dapat mempersulit desainer lokal untuk bersaing di pasar dan menciptakan hal-hal yang unik dan inovatif.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, meningkatnya popularitas belanja second-hand merupakan ancaman nyata bagi pendapatan bisnis dan desainer lokal. Tanpa dukungan konsumen yang menghargai produk lokal, bisnis ini mungkin akan kesulitan untuk tetap berada di pasar yang semakin kompetitif. Penting bagi konsumen untuk mempertimbangkan dampak dari kebiasaan belanja mereka dan mendukung bisnis lokal untuk membantu mempertahankan komunitas desainer dan pengusaha. Dengan memilih untuk berbelanja secara lokal dan mendukung bisnis kecil, konsumen dapat membantu memastikan kebelangsungan usaha para pengusaha lokal.
Berikut meruparan hal-hal yang dapat merugikan dari tren thrifting:
ADVERTISEMENT
Strategi untuk industri fashion domestik untuk beradaptasi dengan tren masa kini
Salah satu strategi untuk industri fashion domestik untuk beradaptasi dengan tren berkembang adalah untuk fokus pada keberlanjutan dan praktik produksi etis. Dengan menyoroti manfaat membeli pakaian baru, lokal di atas barang-barang bekas, desainer dan peritel dapat menarik konsumen yang menyadari dampak lingkungan dan sosial dari pembelian mereka.
Dibawah ini merupakan contoh dari strategi yang dapat dilakukan untuk beradaptasi dengan tren berkembang, yaitu:
ADVERTISEMENT
Karena tren yang berkembang terus mendapatkan momentum, jelas bahwa bisnis fashion tradisional harus beradaptasi agar tetap relevan di pasar saat ini. Dengan berkolaborasi dengan toko-toko dan platform online, perusahaan ini tidak hanya dapat menjangkau penonton baru, tetapi juga mendukung merek lokal dan mempromosikan keberlanjutan bisnis mereka. Mengadopsi budaya thrifting dan memasukkan barang-barang bekas ke dalam koleksi tidak hanya dapat menarik konsumen thrifty tetapi juga memiliki dampak positif pada industri secara keseluruhan. Kesimpulannya, tren yang berkembang memiliki potensi untuk merevolusi industri fashion domestik dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan dan etis untuk fashion.
Meskipun menggabungkan praktik berkelanjutan dan metode produksi etis dapat menarik beberapa konsumen, itu tidak menjamin bahwa semua konsumen akan memprioritaskan faktor-faktor ini atas pertimbangan lain seperti harga atau gaya. Selain itu, bisnis fashion tradisional mungkin menghadapi tantangan dalam menerapkan strategi ini, karena biaya produksi yang lebih tinggi dan keterbatasan potensial dalam rantai pasokan mereka yang ada.
ADVERTISEMENT