Konten dari Pengguna

Lebaran Ketupat: Kata Maaf Dibungkus Bentuk Makanan

Amanat Solikah
Mahasiswa Pendidikan Matematika sekaligus Kader IMM Blue Savant (FKIP) UMSurabaya
4 Mei 2023 5:32 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amanat Solikah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto ketupat
zoom-in-whitePerbesar
Foto ketupat
ADVERTISEMENT
Seminggu setelah lebaran gimana kabar kalian semua? Sudah menerima cerita pencapaian anak tetangga atau bahkan mendapat pertanyaan yang di luar prediksi BMKG? Meski ungkapan tersebut hanya sekadar basa-basi di kala lebaran (sambil bermaaf-maafan), nyatanya bisa membuat overthinking dalam otak kita.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya tak perlu risau juga, kini lebaran sudah lewat dari satu minggu dan faktanya diri kita masih kuat serta siap menata kehidupan selanjutnya. Bisa dibilang semuanya terus berjalan, setelah menjalani hari-hari yang dikira berat akhirnya terlewati juga.
Momen lebaran sepertinya tidak asing terdengar di telinga kita. Selain puasa penuh di bulan ramadhan, kiranya lebaran juga menjadi hal yang ditunggu umat islam dari anak-anak hingga dewasa.
Menariknya di Indonesia setelah lebaran idul fitri berjalan tujuh hari atau seminggu terbitlah “riyoyo kupat” atau hari raya ketupat. Tekhusus di pulau jawa lebaran ketupat ini menjadi salah satu tradisi yang masih berkembang hingga sekarang.
Berbicara tentang hari raya ketupat, kiranya masih dapat kita rasakan di desa kita masing-masing. Seperti halnya saya yang masih belum kembali ke kota pada lebaran hari ke tujuh, dapat melihat orang tua membuat ketupat secara langsung dan menyaksikan tetangga berbagi ketupat ke samping kanan-kiri rumah.
ADVERTISEMENT
Melihat fenomena tersebut, lebaran ketupat sendiri pasti memiliki arti yang sangat mendalam. Mengapa disimbolkan dalam bentuk makanan yang sederhana, dan bungkusnya berasal dari daun dan dibikin pada hari tertentu. Apa sebenarnya makna yang terkandung?

Awal Mula Tradisi ketupat

Ilustrasi ketupat Foto: Shutter Stock
Sejarah ketupat berawal dari penyebaran agama islam di pulau jawa oleh salah satu tokoh walisongo yaitu sunan kalijaga. Ketupat yang memiliki unsur budaya dan filosofis jawa bernilai keislaman, keduanya diakulturasikan sehingga saling berpengaruh.
Sunan kalijaga memperkenalkan lebaran kupat dimulai sejak hari ke tujuh lebaran, yang mana pada waktu itu banyak masyarakat yang menganyam dan menghidangkan ketupat. Selain itu ketupat juga diantarkan ke kerabat dan tetangga sebagai simbol kebersamaan. Membagikan ketupat sendiri juga salah islam oleh sunan kalijaga. Sehingga secara perlahan tradisi lebaran ketupat ini melekat di Indonesia, bahkan kurang afdhol jika lebaran tidak ada ketupat.
ADVERTISEMENT
Lebaran ketupat dimaknai sebagai penebusan dosa, melihat bentuk ketupat yang sangat rumit menggambarkan dosa dan manusia yang harus ditebus. Penebusan tersebut dilakukan melalui silaturahmi dan saling memaafkan.

Filosofi Makanan Kupat

Pedagang kulit ketupat menata dagangannya di Jalan Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Dalam bahasa jawa, ketupat atau kupat memiliki makna “Ngaku Lepat” atau mengakui kesalahan. Diharapkan dalam momen lebaran ketupat ini sesama muslim mampu mengakui kesalahannya dan saling meminta maaf serta melupakan kesalahan. Dalam ketupat sendiri memiliki 2 komponen, janur kuning berupa bungkusnya dan beras sebagai isiannya.
Selain namanya yang memiliki filosofis bentuk segi empat dari ketupat memiliki prinsip “kiblat papat lima pancer” atau empat kiblat yang memiliki empat arah mata angin (barat, utara, timur dan selatan), yang berarti sejauh dan ke mana pun manusia pergi tidak lupa pada pusat kehidupan (Allah SWT).
ADVERTISEMENT
Selain itu bungkus ketupat yang berasal dari janur kuning bagi orang jawa memiliki arti penolak bala. Selanjutnya beras sebagai isinya yang melambangkan kemakmuran setelah hari raya.

Empat Tindakan Spiritual

Pedagang kulit ketupat menata dagangannya di Jalan Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Selain ngaku lepat, ketupat juga dimaknai sebagai “laku papat” atau empat tindakan spiritual, di antaranya yaitu: luberan, leburan, lebaran, dan laburan.
- Luberan (melimpah) memiliki makna ajakan untuk saling berbagi limpahan rezeki bagi yang berhak menerimanya.
- Leburan (melebur) memiliki arti mengakui kesalahan, meminta dan memberi maaf. Dengan demikian hal tersebut dosa-dosa menjadi lebur dan hilang.
- Lebaran (pintu maaf terbuka lebar)
- Laburan (menyucikan diri) memiliki arti sebagai manusia untuk selalu menjaga kesucian lahir dan batinnya.
Dengan demikian simbol dari ketupat bukan sekadar makanan yang dihidangkan saat lebaran. Selain berfilosofis yang mendalam, lebaran ketupat juga sebagai pertanda bahwa libur lebaran berakhir (kembali aktivitas seperti biasa).
ADVERTISEMENT
Namun perlu diingat saat lebaran selain silaturahmi dan bermaaf-maafan juga perlu liburan, untuk menyeimbangkan hidup. Jadi sudah berapa banyak ketupat yang kalian habiskan waktu lebaran?