Sastra Digital vs Non-digital, Mana Lebih Baik?

Gusti Manda
Mahasiswa jurusan Sastra Indonesia Universitas Pamulang, sedang mengikuti Kegiatan Program Pertukaran Mahasiswa Angkatan 3 Tahun 2023.
Konten dari Pengguna
2 November 2022 22:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gusti Manda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi buku berbasis media cetak (Sumber: Pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi buku berbasis media cetak (Sumber: Pixabay.com)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di era zaman yang semakin canggih, karya sastra kian populer di tengah masyarakat. Tentu kita sering melihat banyak karya sastra yang bertebaran di berbagai media sosial seperti Instagram, Twitter, Facebook, YouTube, dan lain-lain. Contoh karya sastra yang paling sering kita temui yaitu novel dan puisi.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya di media sosial, adanya platform kepenulisan seperti Wattpad, NovelToon, Joylada, dan lain-lain menjadi bukti bahwa era sastra digital mulai digandrungi. Banyak para penulis pemula yang ikut serta dalam menuangkan karya mereka ke platform tersebut.
Namun, jauh sebelum adanya era digital seperti sekarang, karya sastra lebih dulu populer dalam bentuk konvensional, yaitu dengan media cetak seperti buku. Sehingga ketika kita ingin mengirim tulisan kita agar dimuat, kita mesti mengirim naskah cetak kepada penerbit. Tidak seperti sekarang, kita hanya tinggal membuat akun, lalu menulis karya kita dan tinggal di submit saja.

Namun, manakah yang lebih baik bagi eksistensi karya sastra? Apakah media digital atau konvensional?

Tidak bisa dipungkiri bahwa media digital membuat segalanya menjadi mudah dan praktis, eksistensi karya sastra dalam media digital membuat kita tidak perlu repot untuk membawa buku yang memerlukan ruang di dalam tas. Cukup mengunduh aplikasi e-book dan mengetik judul buku yang diinginkan, maka dalam hitungan detik langsung muncul buku yang kita minta. Kita bisa langsung membacanya kapanpun dan dimanapun.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk era konvensional, novel berbasis cetak memberikan kita pengalaman membaca yang tak terlupakan. Adanya buku fisik membuat kita lebih merasa hidup ketika membaca sekaligus dapat kita jadikan koleksi. Di sisi lain, media konvensional ikut serta dalam membuat industri penerbitan tetap eksis dan tidak tergerus oleh zaman yang semakin modern.
Bagi saya pribadi, jika diharuskan memilih antara era digital vs konvensional, maka saya lebih memilih era konvensional. Bukan berarti saya tidak menyukai kepraktisan karya sastra digital, hanya saja, pengalaman membaca melalui buku cetak memberikan saya sensasi yang begitu mengasyikkan. Saya juga dapat mengoleksi buku-buku tersebut sebagai sebuah reward bagi diri saya.
Baik antara digital dan konvensional memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing tergantung pada selera pembaca. Nah, menurut kalian, manakah yang lebih baik bagi eksisnya karya sastra? Apakah media digital atau konvensional?
ADVERTISEMENT