"Dari Desa Membangun Jawa Barat, Membangun Indonesia"

Konten dari Pengguna
12 Januari 2018 0:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aming Soedrajat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jika kita ingin melihat peradaban suatu bangsa, maka lihatlah desanya. Apabila desanya kuat, maka bangsa tersebut pasti kuat. Apabila desanya lemah, maka lemah lah bangsa tersebut.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut seperti hukum alam yang tidak bisa ditolak. Semuanya berdialektika dan bersinergi antara yang satu dengan yang lain.
Dalam salah satu wasiatnya. Kanjeng Sunan Kalijaga menyampaikan sebuah hikmah, 'Apabila Sungai sudah kering, pasar hilang gaunnya, wanita hilang rasa malunya, maka cepatlah berkelanan dari desa ke desa untuk mendapatkan ilmu Hikmah'.
Begitu pentingnya Desa bagi sebuah bangsa, hingga ratusan tahun sebelum kita lahir, Kanjeng Sunan sudah mengamanatkan agar kita senantiasa untuk terus menjaga desa.
Dari kalimat terahir kanjeng sunan menyebutkan 'cepatlah berkelana dari desa ke desa untuk mendapatkan ilmu Hikmah'
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berkelana artinya mengembara. Pergi dari satu tempat (desa) ketempat lain.
Sedangkan Hikmah berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata Al-hikmah yang berarti 'kebijaksanaan, pendapat atau pikiran yang bagus, pengetahuan, filsafat, keadilan, peribahasa (kata-kata bijak), serta Al-Quranul Karim'
ADVERTISEMENT
Apa yang akan kita banggakan ketika sungai mengering atau sungai yang telah terceramar?
Padahal, peradaban bangsa nusantara adalah peradaban yang salah satunya mempergunakan sungai sebagai kekuatan utama perekonomian maupun transportasi.
Merusak sungai, sama saja dengan merusak peradaban bangsa maupun peradaban desa.
‘Nawacita’
Nawacita Presiden Joko Widodo membangun dari pinggiran adalah konsepsi mempertahankan Desa sebagai wajah utama Republik ini.
Pembangunan yang lebih menitik beratkan di pedesaan agar kekuatan ekononi desa 'sejajar' dengan perekononian di wilayah perkotaan.
Mengingat saat ini ada perbedaan yang cukup jauh antara desa dengan perkotaan. Agar sejajar, maka pembangunan harus difokuskan di wilayah pedesaan.
'Kampung Kaurus Kota Katata'
Dari penjelasan diatas, kita tertarik untuk sedikit mengupas tagline dari Kang Dedi Mulyadi untuk membangun Propinsi Jawa Barat, yakni Kampung Kaurus, Kota Katata.”
ADVERTISEMENT
Dalam bahasa indonesia kita menyebutnya 'mengurus kampung (Pedesaan), menata kota'
Gagasan Kang Dedi Mulyadi tersebut memiliki basis nilai yang sama dengan konsep Pakde Jokowi. Menempatkan Desa sebagai poros utama dalam membangun Jawa Barat dan membangun Indonesia.
Karena secara geografis, wilayah wilayah Jawa Barat memiliki kesamaan dengan wilayah-wilayah lain di Indonesia, yakni pedesaan dengan gugusan laut, pantai, gunung, hutan, lembah, sungai, sawah maupun lainnya.
Apa yang dilakukan Kang Dedi di Purwakarta adalah cara bagaimana mempertahankan alam agar tetap lestari dan asri.
Menata wilayah pedesaan bukan hanya infrastrukturnya, tapi juga wisata dan sumber daya manusianya agar menumbuhkan perekonomian.
Gagasan daerah modern tidak semata terletak pada energi, lebih jauh lagi tentang konsep efesiensi sumber energi melalui sektor pariwisata dengan cara mempertahankan tradisi yang masih hidup di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Kalau kesemua itu tidak dibangun dan tidak dijaga, maka Ibu Pertiwi akan selamanya bersusah hati.
‘Desa Sebagai Sarana Pendidikan Karakter’
Alam pedesaan indonesia yang sempurna merupakan tempat yang sempurna untuk pendidikan pembentukan karakter.
Kampus-kampus tidak lagi menjadi poros Ilmu pengetahuan, justru desa-desalah poros utama ilmu pengetahuan sejati yang luas.
Pendidikan yang hanya sebatas menempatkan hapalan angka dan teori sebagai satu-satunya cara, hanya melahirkan generasi yang depresi. Tanpa menempatkan sedekat mungkin anak dengan alamnya.
Karena pendidikan yang sebenarnya adalah membentuk karakter dan mengasah potensi yang tersimpan pada diri anak-anak.
Anak yang tangguh itu bakalan terus berlari walaupun ia sering terjatuh. Di terjang badai melaju lagi. Diterpa badai, tetap bangkit kembali!
ADVERTISEMENT
Itulah generasi milenial yang sebenarnya. Tidak hanya cerdas dari intelekual, tetapi kuat secara karakter dan spiritual. Itulah generasi nusantara, generasi cerdas pekerja keras. Bukan generasi malas.
Kembalilah ke desa, desa adalah jawaban ideal dari segala macam persoalan. Semakin jauh meninggalkan desa, maka semakin jauh pula kita menyelesaikan segala persoalan. Itu artinya, siapapun yang melupakan desa, maka dia sadar tengah mengubur masa depan bamgsamya. Salam hormat bagi mereka yang secara sadar dan konsisten membangun desanya.