Konten dari Pengguna

Pendidikan Indonesia Bagian Timur Perlu Kurikulum Merdeka Belajar

Amma Chorida Adila
Mahasiswa UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan
6 Desember 2022 13:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amma Chorida Adila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumentasi pribadi foto bersama siswa SMP N 2 Arso Provinsi Papua saat KKN Moderasi
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi pribadi foto bersama siswa SMP N 2 Arso Provinsi Papua saat KKN Moderasi
ADVERTISEMENT
Indonesia bagian Timur meliputi wilayah Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Bali, Kepulauan Maluku dan Papua. Tentu yang menjadi sorotan keprihatinan publik dalam hal pendidikan adalah wilayah Kepulauan Nusa Tenggara dan Papua.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data indeks literasi dari Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan bahwa 3 provinsi dengan nilai indeks terendah ialah Provinsi Papua (20,98%), Maluku Utara (27,35%), dan Sulawesi Barat (28,03%). Rendahnya minat literasi di wilayah tersebut membuktikan pendidikan Indonesia belum sepenuhnya dirasakan oleh generasi penerus. Selain itu mengakibatkan kesenjangan kompetensi antar wilayah di Indonesia dengan Indonesia Timur.
Dalam pendidikan untuk mengetahui tingkat rendah dan tingginya pola berpikir peserta didik terukur melalui Taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom pertama kali dirumuskan oleh Benjamin Bloom tahun 1956. Kemudian diperbaharui tahun 2021 oleh Krathwohl seorang ahli kognitivisme. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan dari yang sebelum dengan sudah direvisi. Karena, pembaharuan tingkatan Taksonomi Bloom ini memunculkan istilah kemampuan berpikir rendah (LOTS) yang meliputi ranah kognitif memahami dan menerapkan sedangkan kemampuan berpikir tinggi (HOTS) meliputi menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasikan. Menteri pendidikan mengharapkan para generasi mudah mampu mengasah kemampuan berpikir kritis. Dari hal tersebutlah salah satu faktor yang menjadi diberlakukannya Kurikulum Merdeka Belajar di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Terjadinya suatu perubahan pasti memunculkan kesenjangan sosial. Kritik penulis terletak pada bisakah kurikulum merdeka belajar diterapkan pada pendidikan Indonesia bagian Timur ?. Bukankah konsep awal pendidikan yaitu “mendidik dan mengajar adalah proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia dari segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental, jasmani dan rohani.” Menurut Ki Hajar Dewantara. Maka kebijakan ini perlu ditinjau kembali agar menemukan solusi untuk pendidikan Indonesia bagian Timur.
Nah, dari sini kementerian pendidikan menyusun kinerja dan prosedur kurikulum merdeka belajar . Karena dorongan output dari kurikulum merdeka belajar adalah anak menguasai literasi dan numerasi. Dengan tujuan utama supaya siswa memiliki kemampuan bernalar kritis analitis. Kemudian siswa bisa menjadi problem solver literasi yang mampu menyerap berbagai informasi yang disintesiskan pada penyelesaian berbagai permasalahan. Maka dari hal itu diperlukan kebijakan yang benar-benar bisa mengendalikan pendidikan Indonesia secara menyeluruh dari Sabang sampai Merauke.
Dokumentasi pribadi pembelajaran di dalam Kelas SMPN 2 Arso
ADVERTISEMENT
Seharusnya pemerintah mampu menyebarluaskan kinerja alumni untuk mensejahterakan pendidikan di Indonesia bagian Timur. Melihat jumlah alumni prodi pendidikan dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang belum menggunakan keilmuannya. Berhubungan dengan program Kampus Mengajar maka kementerian bisa menggunakan hak istimewa bagi relawan untuk penempatan sekaligus pengajaran di daerah pelosok tersebut. Kendala yang dihadapi pasti ada, tetapi tidak sedikit dari mereka berantusias menjalaninya. Kemudian dari semangat para relawan baik dari penyusunan materi, media dan sistem pembelajaran untuk sekolah di pelosok pemerintah bisa memberikan apresiasi dan tunjangan. Dengan cara tunjangan guru pensiun dialih fungsikan kepada guru penggerak yang menjadi relawan di daerah pelosok. Maka sepenuhnya kebijakan kurikulum merdeka belajar bisa berjalan dengan perlahan.
ADVERTISEMENT
Hasil pembelajaran siswa yang ada di wilayah pelosok Indonesia bagian Timur bisa didokumentasikan. Dokumentasi itu dengan terbitnya di koran atau majalah cetak dan elektronik. Perkembangan ini harus ditingkatkan agar memunculkan rasa semangat belajar siswa. Siswa yang cerdas dan berpotensi pasti tercipta melalui proses kecerdasan guru. Jangan sampai guru mematahkan minat dan semangat rasa keingintahuan siswa. Sampai saat ini pasti pemerintah berupaya menerapkan komponen untuk mensejahterakan pendidikan di Indonesia. Tetapi jika program itu tidak berpengaruh dan saling menguntungkan tentu tidak berjalan sesuai target. Sehingga perlu adanya kesadaran pemerintah mencari informasi perkembangan pendidikan di Indonesia bagian Timur.
Bukan hanya diperuntukkan untuk sekolah pelosok seperti Indonesia bagian Timur saja, sebenarnya minat literasi harus ditingkatkan untuk individu siswa. Selanjutnya bentuk program “one book one class” sangat bermutu. Sistem yang diterapkannya yaitu setiap hari senin jumat ada satu judul buku yang dibagikan ke kelas. Setelah pembagian itu maka di hari Jumat nya diadakan debat atau presentasi mengenai buku yang telah dibaca siswa. Siswa yang lain dalam satu kelas itu juga membuat majalah dinding. Tetapi kerjasama guru dibutuhkan seperti pengecekan halaman baca buku siswa. Motivasi dan penyemangat sangat dibutuhkan untuk menstimulasi pola berpikir siswa.
ADVERTISEMENT
Dari pemaparan mengenai kurikulum merdeka belajar diatas, sebenarnya kurikulum ini sangat bagus bagi siswa. Akan tetapi, perlu adanya gerakan kerjasama dengan mahasiswa dan alumni untuk meningkatkan minat literasi siswa dan strategi dari berbagai jenjang pendidikan di Indonesia. Agar dapat terjalin suatu perubahan yang selaras terutama terjaminnya mutu pendidikan untuk anak-anak di Indonesia bagian Timur