Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sejarah Militer Tradisional
3 Maret 2022 13:09 WIB
Tulisan dari Anah Suhaenah Nurohmat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejarah militer mengenai kemiliteran pasukan kerajaan tradisional jarang dibahas. Padahal, kerajaan yang kuat dan adidaya ditopang oleh pasukan militernya yang hebat. Pasukan militer ini yang menjadi ujung tombak kejayaan kerajaannya. Oleh karena itu sangat menarik membahas bagaimana kondisi dan sistem kemiliteran kerajaan tradisional.
ADVERTISEMENT
Kerajaan tradisional Indonesia seperti Sriwijaya dan Majapahit yang dijadikan model dan identitas kejayaan maritim dan darat Indonesia memiliki armada militer yang kuat. Armada militer ini tidak hanya soal perang-berperang tetapi juga soal strategi keamanan laut.
Dalam Prasasti Kedukan Bukit yang berangka Tahun 683 masehi, Sriwijaya melalui Maharaja Dapunta Hyang (671-702) yang melakukan perjalanan suci menaiki perahu bersama 20.000 tentaranya.
Bersama para tentara, Dapunta Hyang mereka berangkat dari Palembang ke Matajap untuk menaklukkan beberapa daerah. 20.000 tentara adalah jumlah yang sangat besar untuk menaklukkan suatu wilayah. Keberadaan tentara Dapunta Hyang menyimpulkan bahwa di Sriwijaya abad ke-7 sudah memiliki pelatihan tentara/pasukan militer untuk melatih para tentara mereka agar menjadi pasukan yang handal.
ADVERTISEMENT
Begitu juga dengan pasukan militer Majapahit. Gajah Mada dalam Sumpah Amukti Palapa berjanji akan menaklukkan Gurun, Seram, Pahang, Bali, Palembang, Sunda, dll. Sumpah ini berhasil dibuktikan oleh Mahapatih Gajah Mada, beliau bersama Sri Rajasanegara berhasil menaklukkan Palembang, Bali, sebagian Maluku, Kep. Sulu, meluaskan pengaruh sampai ke Thailand, dan berhasil menguasai Kerajaan Sunda.
Semua penaklukkan wilayah dan peluasan pengaruh itu terletak pada armada militer darat dan laut yang kuat. Mereka memiliki Pasukan Bhayangkari sebagai pasukan elite pengaman Raja membuktikkan bahwa kepolisian di Majapahit berjalan. Majapahit pada tahun 1343 pernah menyerang Bali dipimpin oleh seorang bangsawan bernama Usana Jawa yang dibantu enam komandan salah satunya bernama Arya Damar.
Adanya komandan militer dalam penyerangan ini membuktikan keberadaan hierarki militer dalam tubuh Majapahit dengan puncak tertinggi berada di tangan Mahapatih Gajah Mada.
ADVERTISEMENT
Contoh lain mengenai kemiliteran tradisional di Indonesia adalah pasukan perang Pangeran Diponegoro selama perang lima tahun menghadapi dominasi lokal Jawa dan kompeni Belanda. Perang Jawa ini adalah contoh masifnya kekuatan rakyat yang mengalami penderitaan dan pelecehan martabat.
Masyarakat Jawa awal abad ke-19 mengalami penderitaan dan kelaparan membuat mereka menjadi amunisi canggih melawan pemerintahan Belanda. Legitimasi sebagai Ratu Adil yang akan membawa Jawa kepada kemenangan dan membebaskan diri dari kesengsaraan membuat masyarakat Jawa terorganisir secara budaya, persamaan senasib, dan sepenanggungan.
Masyarakat Jawa bersatu padu melawan kolonial Belanda yang menjajah, memerintahkan mereka untuk menanam dan membangun jalan, melawan mereka dalam kesadaran dan satu komando Pangeran Diponegoro. Semangat falsafah Jawa yang diajarkan Pangeran Diponegoro kepada pasukannya yaitu sadumuk bathok, senyari bumi kudu ditohi tekan pati yang berarti sejari kepala, sejengkal tanah harus dibela sampai mati.
ADVERTISEMENT
Legiun Mangkunegaran sebagai sebuah pasukan militer berperan penting dalam penyerbuan Inggris ke kraton dalam Peristiwa Geger Sepehi tahun 1812. Selain itu, Legiun Mangkunegaran merupakan pasukan khusus yang digerakkan Pangeran Sambernyawa dalam usaha pemberontakannya melawan keraton.
Legiun yang terdiri dari tentara elite dengan kemampuan keprajuritan mumpuni ini juga ikut andil dalam Perang Jawa 1825-1930 sehingga disegani laskar-laskar rakyat lainnya. Memasuki abad ke-20 dengan pergantian budaya dan pemerintahan Hindia Belanda, Legiun Mangkunegaran mendapatkan kesempatan memodernkan Legiun Mangkunegaran dengan membentuk Reserve corps Legion. Hal ini dilakukan untuk memperkuat pasukan militer agar menjaga wilayah Mangkunegaran dari para pemberontak dan musuh politik.
Sejarah militer tradisional adalah bagian dari sejarah mengenai sistem ketentaraan, kemiliteran, kepolisian, dan pasukan keamanan masa tradisional sebelum Indonesia terbentuk. Pasukan militer yang tangguh dan cakap dapat membawa sebuah negara atau kerajaan menuju kejayaan.
ADVERTISEMENT
Contohnya Sriwijaya dan Majahapahit yang berhasil memaksimakan kemampuan militernya sehingga menjadi negara adidaya di Asia tenggara kuno. Sehingga dapat dipahami bahwa negara/kerajaan yang jaya memiliki pasukan militer yang kuat.