Keresahan yang Terus Menghantui Pedagang Barang Tradisional di Teras Malioboro 2

Ananda Melinda Rahmah
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
20 November 2022 21:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ananda Melinda Rahmah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pak B (bukan inisial), pedagang barang tradisional di Teras Malioboro 2, Rabu (02/11/2022) Sumber: Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Pak B (bukan inisial), pedagang barang tradisional di Teras Malioboro 2, Rabu (02/11/2022) Sumber: Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Ruang kecil tak lebih dari sepetak menjadi bukti kerja kerasnya. Kecintaan pada Tanah Jawa menjadi tumpuannya menjual pernak-pernik daerah. Blangkon, surjan, serta wayang menjadi teman tertawa, gundah, dan khawatir nya setiap hari. Usia yang hampir menginjak 95 tahun tidak menjadi penghalangan baginya untuk mencari nafkah sejak matahari terbit hingga sang bulan menyinari malam.
ADVERTISEMENT
Pak B (bukan inisial), seorang lansia berambut putih penjual pernak-pernik khas Jawa, seperti blangkon, hiasan wayang, dan surjan di Teras Malioboro 2, Yogyakarta. Sebelum menggelar barang dagangannya ia harus mengambil pernak-pernik tersebut di para pengrajin. Pria berambut putih ini sudah menghabiskan hampir tiga tahun hidupnya untuk berjualan di Malioboro tanpa mengenal rasa lelah.
Menghabiskan siang dan malamnya di stan berukuran 120 x 120 meter, Pak B sering terlihat kelelahan hingga tertidur pulas di kursi plastiknya. Setiap bertemu wisatawan yang akan membeli barang dagangannya beliau selalu memberikan senyuman yang lebar dan menghangatkan. Kehadiran para pelanggan menjadi api penyemangat dalam sumbu hatinya.
Pada awalnya beliau berjualan di lorong toko sepanjang Jalan Malioboro seperti pedagang kaki lima (PKL) lainnya, namun semenjak bulan Februari lalu Pak B dan PKL lainnya terpaksa harus pindah ke Teras Malioboro karena tuntutan pemerintah. Pemindahan ini dilakukan pemerintah guna membangun Malioboro yang lebih tertata dan tidak terlihat menyesakkan.
ADVERTISEMENT
Layaknya PKL lain, ia merasa resah dan tidak suka saat akan dipindahkan ke Teras Malioboro 2. Namun apa daya, sudah mencoba protes pun hasilnya nihil. Keputusan pemerintah Yogyakarta sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat lagi. Dengan berat hati dan rasa resah yang terus menghantui, pria paruh baya ini akhirnya pindah berjualan ke Teras Malioboro 2.
Bagai duri dalam daging, rasa resah dan khawatir yang ada lama-kelamaan berubah menjadi kenyataan. Teras Malioboro 2 yang katanya akan tetap memikat para pengunjung nyatanya tak berbuah manis.
Wah kalau dibandingkan, pelanggan jelas lebih ramai saat di sana (lorong toko) dulu, di sini (Teras Malioboro 2) kalaupun ada pembeli ya waktu siang saja, kalau pagi sepi sekali,” ujar Pak B, penjual barang tradisional, Rabu (02/11/2022).
ADVERTISEMENT
Ia juga menambahkan bahwa pedagang lain merasakan hal yang sama dengannya, mereka lebih suka saat berjualan di lorong toko sepanjang Jalan Malioboro dibandingkan saat berjualan di Teras Malioboro 2.
Jumlah pelanggan yang tak menentu menyebabkan omzet penjualan yang terus naik turun bagai rollercoaster. Dibandingkan saat berjualan di lorong toko, omzet yang ia dapatkan saat ini hanya 20% - 30% dari omzet sebelumnya. Saat menceritakan hal ini muncul raut kekecewaan dan kegelisahan pada wajah beliau.
Tak ada habisnya rasa khawatir yang ia rasakan, saat ini beredar pula berita bahwa Teras Malioboro 2 akan kembali direlokasikan tiga tahun mendatang. Menurut kabar yang ia terima dari teman sesama PKL, Teras Malioboro 2 akan dipindahkan dekat dengan Teras Malioboro 1 dan dibuat menjadi bangunan tingkat tiga.
ADVERTISEMENT
“Kalau dipindah lagi ya kecewa, sudah mulai merasa nyaman masa mau dipindah lagi. Kalau dipindah ke tingkat tiga malah kayak mall padahal ini kan pasar rakyat aja to, lah kalau begitu malah makin sepi apalagi kalau dapat di tingkat atas, orang pasti malas,” ujar Pak B, penjual barang tradisional, Rabu (02/11/2022).
Peluh keringat di usia tuanya menjadi saksi banyaknya rasa kecewa, risau, dan gundah yang selama ini ia rasakan. Entah sampai kapan perasaan-perasaan ini akan terus menemani hari-harinya. Senyuman para pengunjung akan selalu menjadi penyemangatnya dalam melawan rasa resah, lelah, dan kantuknya. Mencari nafkah memanglah tugas sang kepala keluarga, namun apa salahnya jika membantu meringankan beban pikirannya.