Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Riuh rendah pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat sudah dimulai meski pencoblosan baru akan digelar Juni 2018. Sepuluh partai yang memiliki kursi di Jawa Barat sudah mulai ancang-ancang menjaring calon Jabar-1. Lobi mulai dilancarkan. Sejumlah nama mulai didekati. Dari sekian banyak calon, lima kandidat menjadi calon kuat jawara Jabar. Siapa saja mereka?
ADVERTISEMENT
1. Ridwan Kamil
Siapa yang tidak kenal Kang Emil? Sang Wali Kota Bandung ini memang sudah sejak setahun lalu digadang-gadang menjadi pengganti Ahmad Heryawan. Popularitasnya yang tinggi di kalangan kelas menengah dan anak muda membuat Emil dilirik oleh mayoritas partai.
Partai Nasdem, PDIP, PKB, PPP, dan PAN mengakui bahwa Emil akan menjadi calon terkuat mereka untuk Jabar-1. Partai Nasdem bahkan sudah akan mendeklarasikan dukungan pada Minggu (19/3) mendatang. Elektabilitas yang tinggi menjadi pertimbangan utama Nasdem mengusung Emil.
PDIP sebagai pemilik kursi terbanyak di Jawa Barat mengakui Emil sebagai calon kuat. Emil tak hanya dilobi oleh pengurus DPD Jawa Barat, pengurus DPP PDIP seperti Sekjen Hasto Kristiyanto pun turun tangan. Emil juga sudah beberapa kali hadir di acara internal partai seperti Sekolah Calon Kepala Daerah PDIP. Saat itu, Emil pun mengenakan baju merah.
ADVERTISEMENT
Baca juga: PDIP: Kami Punya Kedekatan dengan Ridwan Kamil
PPP juga mengajukan Emil sebagai calon Jabar-1. Waketum PPP Reni Marlinawati mengaku sudah lama menggadang-gadang Emil sebagai calon gubernur. Namun, ia mengaku tak ingin buru-buru deklarasi karena Pilgub Jabar yang masih lama. Faktor elektabilitas dan popularitas Emil menjadi alasan utama PPP jatuh hati.
Selain itu, PKB yang memiliki 7 kursi di Jabar juga mempertimbangkan untuk mengusung Emil. Meski belum menentukan pilihan, nama Ridwan Kamil menjadi calon kuat untuk diusung.
Emil mengaku memang ada sebagian orang yang menginginkannya maju di Pilgub Jabar. "Kalau ada sebagian masyarakat yang menginginkan saya tetap di Bandung juga itu hak mereka, tapi ada beberapa masyarakat juga yang mendukung untuk di Pilgub," katanya seperti dilansir Antara.
ADVERTISEMENT
Ia pun mengaku sudah menjalin komunikasi dengan banyak partai meski baru dengan Nasdem yang sudah resmi.
2. Dedi Mulyadi
Nama Dedi Mulyadi sudah disiapkan Partai Golkar untuk menjadi lawan Kang Emil di Pilgub Jabar 2018. Ketua DPD Jawa Barat ini dinilai akan menjadi penantang Emil yang mumpuni. Berbeda dengan Emil yang populer di kalangan menengah ke atas, Dedi memiliki kekuatan di akar rumput.
Sekjen Partai Golkar Idrus Marham menyebut bahwa Golkar akan menyiapkan kader internal partai untuk bertarung di Jabar.
"Prinsip dasar kita memberikan peluang yang besar utamanya kepada kader-kader Partai Golkar, dan yang paling memiliki peluang untuk memanfaatkan instrumen Partai Golkar ini berkomunikasi dengan rakyat adalah ketuanya (Ketua DPD Golkar Jabar Dedi Mulyadi -red)," ujar Idrus Marhan di Kantor DPP Golkar, Slipi, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Namun, untuk mengusung Dedi, Partai Golkar harus berkoalisi dengan partai lain. Sebab, menurut aturan KPU, hanya partai yang memperoleh kursi minimal 20 yang dapat mengajukan calon.
Dedi pun tak mau sesumbar. Ia mengaku tak ingin membandingkan dirinya dengan Kang Emil.
"Saya ini orang Sunda, orang Sunda itu ada istilah harus mengukur diri. Saya harus mengintrospeksi dan evaluasi diri. Saya orang desa, lahir dan besar di desa, memimpin kabupaten di pedesaan," kata Dedi saat berbincang dengan kumparan.
3. Deddy Mizwar
Siapa yang tak kenal Deddy Mizwar. Memulai karier sebagai artis, kini Deddy menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat. Nama Deddy rupanya dilirik Gerindra untuk Pilgub Jabar 2018.
ADVERTISEMENT
Meski Gerindra adalah partai yang mengusung Emil menjadi Wali Kota Bandung, tapi untuk Pilgub Jabar, Gerindra lebih melirik Deddy. Alasan kinerja dan pengalaman menjadi Wakil Gubernur Jabar sebagai pertimbangan utama Gerindra melirik Deddy Mizwar. Selain itu, Deddy juga dinilai memiliki popularitas yang tinggi.
"Kita punya banyak opsi kok. Ada Deddy Mizwar dan lain-lain," ujar Fadli di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (16/3).
Gerindra pun seakan ingin move on dari Kang Emil. Fadli mengaku rela jika Emil diusung oleh partai lain dalam Pilgub Jabar kali ini.
"Sah-sah saja. Tiap orang berhak untuk mendapat dukungan dari mana. Itu tidak masalah," kata Fadli.
ADVERTISEMENT
4. Dede Yusuf
Meski hanya memiliki 12 kursi di DPRD Jawa Barat, Partai Demokrat ingin mengusung kadernya dalam Pilgub yang digelar 2018 nanti. Nama anggota DPR dari Partai Demokrat Dede Yusuf disebut menjadi salah satu calon yang disiapkan. Dede Yusuf dinilai memiliki popularitas yang cukup bagus di Jawa Barat sehingga ia menjadi salah satu calon.
Selain Dede Yusuf, Partai Demokrat juga menyiapkan Ketua DPD Jawa Barat Iwan Sulandjana. Waketum Partai Demokrat Roy Suryo mengatakan mantan Pangdam Siliwangi di tahun 2002 hingga 2005 ini menjadi calon kuat karena mengakar di Jawa Barat. Namun, Demokrat belum memutuskan siapa di antara Dede Yusuf dan Iwan Sulandjana yang akan dijadikan calon Jabar-1. Roy mengatakan masih akan menunggu rapat internal dan hasil survei internal.
ADVERTISEMENT
Yang pasti, Demokrat tidak akan mengusung calon di luar kader partai.
5. Netty Prasetiyani Aher
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan atau yang akrab disapa Aher memastikan rencana pencalonan Netty Prasetiyani yang juga isterinya menjadi salah satu kandidat Cagub 2018. Aher menilai sang istri pantas dan memenuhi kriteria sebagai seorang gubernur.
Aher mengaku komunikasi politik dengan sejumlah partai sudah dilakukan. "Sudah ada komunikasi, namun belum saatnya dibuka sekarang," tuturnya seperti dilansir Antara.
Sementara itu Netty Prasetiyani Heryawan menuturkan untuk sosok gubernur yang mau melanjutkan program sudah ada sebelumnya dan dia berharap, pendampingnya nanti bukan orang yang anti melanjutkan pembangunan oleh gubernur sebelumnya.
ADVERTISEMENT
"Tidak anti terhadap program yang sudah berjalan, kalau memang program itu bagus kita juga mau melanjutkan," katanya.