Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menjadi Legenda Arsitektur Dunia ala Le Corbusier
8 Mei 2018 17:31 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari Anang Syaifulloh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Salah satu hal yang terpenting dalam sebuah karya adalah proses belajar. Banyak karya besar dunia yang didapat dari proses kegagalan berkali-kali. Thomas Alva Edison menyempurnakan lampu pijarnya setelah ratusan bahkan ribuan kali gagal.
ADVERTISEMENT
Dalam dunia arsitektur, Le Corbusier menunjukkan proses belajar untuk menjadi seorang arsitek yang bukan hanya berhasil menciptakan karya yang dapat dibangun, tetapi juga dikenang, dipelajari dan terus menjadi sumber inspirasi.
Corbusier mempunyai guru. Banyak orang bilang jenius adalah orang yang ahli secara otodidak. Tetapi proses pencarian seperti ini biasanya memerlukan waktu yang lama. Proses belajar kepada guru yang telah mengalami proses tersebut akan memangkas waktu, sehingga tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Pencarian Corbusier tidak hanya berhenti pada satu sosok guru. Setelah mendapat ilmu dari Rene Chapallaz di Paris, Corbusier berguru pada Auguste Perret seorang ahli beton. Proses kelananya berlanjut ke Berlin, bertemu dengan Peter Behrens, Ludwig Mies Van der Rohe, dan Walter Gropius. Corbusier juga melakukan perjalanan Yunani-Turki untuk melukiskan arsitektur di tempat yang telah dilewati.
ADVERTISEMENT
Julukan Right Man in the Right Place sangat cocok menggambarkan Le Corbusier. Hidup ketika perang dunia berlangsung hingga perang reda membuat pemerintah maupun swasta tidak berpikir panjang mengeluarkan uang untuk mewujudkan desainnya.
Pandangannya tentang modernisme Ornamen is a crime atau Less is More membantu memulihkan keadaan kota selepas perang. Bangunan yang seragam dan tanpa ornamen mempercepat proses pembangunan wajah kota.
Tahun 1914-1915 Le Corbusier mengeluarkan buku ‘Domino House’ yang menerangkan konsep open floor plan yaitu meniadakan bearing wall yang waktu itu banyak digunakan. Konsep ini yang menjadi cikal bakal kontruksi bangunan yang jamak digunakan masa kini. Peniadaan bearing wall diganti dengan kolom dan balok sehingga dapat mengeksplorasi fasad dan interior.
ADVERTISEMENT
Le Corbusier menerapkan ilmu beton dari Auguste Perret pada rancangan Villa La Roche. Pada waktu itu belum ada pengaplikasian dag pada atap. Lagi-lagi Le Corbusier adalah perintis dalam penggunaan material baru. Dag atap ini tidak langsung berhasil, masih ditemukan kebocoran hingga sempat dituntut di pengadilan oleh pemiliknya.
Bagaimana proses Corbusier menemukan ide original dan mengembangkannya? Corbusier menulis dan menggambarkan inspirasi yang didapat dari perjalanan keliling eropa pada sebuah karya Vers Une Architecture (1911).
Selain itu terdapat Le Modulor (1951) yang menerangkan tentang rasio bentuk yang didapat dari anatomi tubuh manusia. Le Modulor banyak dihubungkan dengan golden ratio maupun angka fibonaci yang semuanya bertemu pada angka 1,6.
Corbusier melewati tiga tahapan untuk menjadi legenda arsitektur. Introduction, Preparation, dan Full time dedicate. Introduction adalah proses menemukan guru dan kelana keliling eropa.
ADVERTISEMENT
Corbusier sedang berusaha memangkas proses menemukan sendiri arsitektur dengan belajar kepada yang sudah ada, baik berupa yang hidup (guru) maupun mati (bangunan). Preparation adalah proses belajar dari kesalahan dan membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
Proses belajar ini yang mengecilkan jarak antara ide dan realisasi. Kesalahan atap dag pada Villa La Roche diperbaiki pada rancangan Villa Savoye. Ketika proses penyempurnaan desain tidak bisa dilakukan pada satu bangunan, maka Corbusier mencoba kembali menerapkannya pada bangunan lain. Terakhir adalah Full time dedicate, yaitu menjadi arsitek profesional.
Puncak karya Le Corbusier adalah chapelle notre dame du haut (1950-1955), merupakan karya yang sangat berbeda dengan karya sebelumnya. Sangat aneh melihat gereja ini dari luar, apalagi melihat kotak tidak beraturan pada fasadnya. Pembagian ruang juga tidak memperhatikan grid, sedangkan lantai tidak rata permukaannya. Ternyata bentuk luar bangunan berpengaruh pada interior yang luar biasa.
ADVERTISEMENT
Bayangan dan cahaya yang masuk membentuk ‘cinematic architecture’. Tahu penampakan aurora? Begitulah sedikit gambaran versi cahaya berwarnanya. Lantai tidak rata nyatanya menyesuaikan dengan kontur tanah. Sebuah mahakarya arsitektur.
Ide-ide yang menjadi ciri khas Le Corbusier terletak pada hubungan interior dan eksterior bangunan. Eksterior bangunan tidak hanya berdiri sendiri yang hanya mencerminkan tampak luarnya saja, tetapi berpengaruh pada interiornya dan sebaliknya.
Contoh paling nyata adalah chapelle notre dame du haut (1950-1955). Kedua adalah permainan feel/sensasi. Setiap bangunan atau ruang yang dihasilkan selalu mempunyai rasa yang berbeda.
Ketika memasuki Villa La Roche, langsung disambut oleh sinar yang dihasilkan oleh kotak penyaring cahaya yang berada di atap. Bentuk tangga melengkung memberi sensasi berbeda ketika berada di atasnya.
ADVERTISEMENT
Chapelle notre dame du haut memberi sensasi ketika berada di ruang gelap yang mendapat sinar cahaya yang hanya dapat dinikmati pukul 9 sampai 10 pagi. Ketiga adalah pengejawantahan lukis.
Corbusier menerapkan warna palet pada maison du brésil (1959). Terakhir adalah permainan komposisi yang telah dituliskan pada buku Le Modulor (1951) mengenai rasio berdasarkan tubuh manusia.
Melihat kebesaran Le Corbusier, seorang legenda selalu menulis, berkelana, berguru, tidak berhenti belajar untuk menghasilkan karya yang orisinil dan menginspirasi banyak orang sepanjang zaman.