Konten dari Pengguna

Pendidikan Karakter di Era Digitalisasi

Anang Dony Irawan
Pengajar UMSurabaya
14 Juni 2023 15:56 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anang Dony Irawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sejumlah siswa mengikuti simulasi ujian kenaikan kelas berbasis android di Aceh, Selasa (30/4/2019). Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah siswa mengikuti simulasi ujian kenaikan kelas berbasis android di Aceh, Selasa (30/4/2019). Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
ADVERTISEMENT
Generasi muda adalah tulang punggung bangsa dan negara merupakan istilah yang sering kita dengar sehari-hari. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan sosial saat ini memerlukan panutan dan contoh yang dapat membawa masyarakat kita ke arah yang lebih baik. Terlebih lagi di era reformasi ini, generasi muda dituntut untuk lebih berpartisipasi dalam membangun masyarakat Indonesia. Sebagaimana kita ketahui, generasi muda adalah tonggak keberlangsungan masa depan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Penumbuhan terhadap generasi muda menjadi warga negara yang baik menjadi perhatian utama, tidak ada tugas yang lebih penting dari pengembangan warga negara yang bertanggung jawab, efektif dan terdidik. Pendapat sangat faktual dengan kondisi dan bangsa Indonesia saat ini. Generasi bangsa saat ini membutuhkan penumbuhan dalam sikap dan kepribadian guna menumbuhkan pribadi yang demokratis, bertanggung jawab, dan toleran dengan diimbangi sikap dan akhlak yang mulia. Hal tersebut jelas bahwa pendidikan dan penumbuhan generasi muda sangat penting dalam mewujudkan cita-cita pendidikan guna menyiapkan generasi emas di masa yang akan datang.

Era Baru Arah Digital

Secara umum, Indonesia sudah secara aktif menapaki era baru yang ditandai dengan bergeraknya berbagai sektor kehidupan ke arah digital serba otomatis. Fenomena ini bisa kita lihat dengan bukti kalau semakin banyaknya perusahaan-perusahaan berbasis digital di sekitar kita.
ADVERTISEMENT
Sebut saja Google, Facebook, Youtube hingga layanan aplikasi perpesanan atau messenger. Perusahaan-perusahaan ini menawarkan cara berbisnis baru yang tidak kita temukan puluhan tahun lalu. Ciri utama era digital 4.0 adalah bagaimana data menjadi sesuatu yang penting. Di jaringan internet setiap harinya ada miliaran orang yang berbagi data.
Mereka mengirimkan tulisan, foto hingga video. Semua ini bisa terwujud dengan adanya perangkat yang menghubungkan ke internet. Generasi muda sekarang rata-rata mahir dalam menggunakan teknologi digital namun yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mereka bisa menyaring informasi dan budaya yang masuk melalui kecanggihan teknologi. Dampak digitalisasi bagi generasi muda sangatlah besar, sehingga dapat melunturkan karakter generasi bangsa yang sesungguhnya yaitu generasi yang mencerminkan kepribadian dan norma bangsa.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia agar memiliki karakter dan kemampuan yang lebih baik untuk hidup yang mandiri. Pendidikan karakter adalah suatu proses penerapan nilai-nilai moral dan agama kepada generasi muda melalui ilmu pengetahuan, penerapan nilai-nilai tersebut mampu menunjukkan salah satu sikap tanggungjawab sebagai warga negara (civic responsibility) dan memiliki keterampilan warga negara yang baik (civic skill) dalam bentuk keterampilan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan (partisipation skill) pada diri individu. Keutuhan akan pendidikan untuk menghasilkan individu yang berkualitas terus ditekankan guna meningkatkan kesadaran masyarakat luas bahwa Pendidikan karakter itu penting di era digital ini.

Revolusi Digital

Semua permasalahan pada dasarnya yang muncul di tingkat para generasi milenial salah satunya tentang agama, nasionalisme, gotong royong, integritas, dan kemandirian antar individu. Pada generasi milenial ini dunia telah memasuki revolusi digital atau industrialisasi keempat. Penggunaan Internet of Things (IoT), IG, data cloud, database lockchain, dan lainnya akan mengubah pola kehidupan masyarakat maupun dewasa muda. Di era digital ini pemanfaatan teknologi secara tepat menjadi kunci nilai-nilai kepribadian.
ADVERTISEMENT
Dan merosotnya akhlak, kebodohan, bahkan budi pekerti seakan-akan adanya penyimpangan dalam pemanfaatan teknologi dan jaringan internet. Sehingga tujuan dari adanya pendidikan karakter agar setiap warga negara menjadi warga negara yang baik (to be good citizens), yakni warga yang memiliki kecerdasan (Civic Intelligence) baik intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual; memiliki rasa bangga dan tanggung jawab (Civic Responsibility); dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara (Participation skill) agar tumbuh rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Pembentukan Karakter

Proses pembentukan karakter bersifat menyeluruh dan membutuhkan keterlibatan semua pihak. Tentu hal ini saling terhubung. Misalnya di sekolah dapat berperan sebagai guru, orang tua, dan teman sebaya yang disebut sebagai pendidik, panutan dan pembimbing, memperlakukan siswa, anak dan teman sebaya dengan cinta dan hormat, mendukung perilaku prososial, dan berperilaku merugikan.
ADVERTISEMENT
Untuk satu sama lain, membangun nilai sebagai anggota kelompok, melatih disiplin, penalaran moral, pengendalian diri, untuk semua. Menggunakan pembuatan aturan dan penguatan sebagai kesempatan untuk memperjelas penerapan rasa hormat, suasana kelas yang demokratis, bertanggung jawab untuk melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan, dan menjadikan sekolah sebagai tempat belajar dan pengembangan diri.
Bersama-sama, siswa belajar keterampilan untuk saling membantu dan kerja sama, mengembangkan kesadaran akan isu-isu yang berkaitan dengan tanggung jawab akademik dan nilai pembelajaran dan nilai kerja, dan kemampuan untuk menyelesaikan konflik secara adil dan tanpa kekerasan tentunya. Belajar penyelesaian perselisihan untuk memiliki komitmen.
Sebuah karakter memiliki tiga bagian yang saling terkait, yaitu pengetahuan moral, emosi moral, dan perilaku moral. Karakter yang baik mengandung pemikiran dan kebiasaan untuk mengetahui yang baik, mengharapkan yang baik, dan melakukan yang baik. Menurut Rikona, ketiga aspek ini diperlukan untuk kehidupan moral, dan ketiganya meningkatkan kedewasaan moral. Peningkatan karakter anak harus dilihat sebagai tanggung jawab bersama orang tua, keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintah, dan seluruh wilayah tanah air.
ADVERTISEMENT
Literasi digital merupakan salah satu jawaban di era digital, ketika informasi mengalir begitu cepat sehingga tidak dapat dibendung oleh bendungan fisik. Literasi digital memungkinkan anak-anak, orang tua, sekolah, dan semua orang yang terlibat untuk menjadi dewasa dan dengan bijak menanggapi berbagai konten digital yang mereka akses. Kita dapat memilah dan menggunakan perangkat digital yang berbeda, menyaring nilai dan kriteria yang mereka gunakan, dan nilai-nilai yang harus diabaikan atau dibuang saat menggunakan perangkat digital. Dengan cara ini, anak-anak tidak terpengaruh oleh ancaman negatif yang terkandung dalam beberapa perangkat dan pesan digital.
Dalam hal ini, smart generation sendiri adalah generasi penerus bangsa yang bisa diandalkan dan siap untuk memimpin bangsa Indonesia pada masa yang akan datang serta dapat menjadi panutan dan contoh bagi anak-anak Indonesia lainnya agar memiliki pengetahuan dan moral yang baik. Khususnya pada era digitalisasi seperti sekarang ini, generasi penerus harus tetap dijaga dan diberikan pendidikan karakter yang baik sehingga tidak terpengaruh dampak negatif globalisasi yang semakin marak sekarang ini.
ADVERTISEMENT

Mewujudkan Smart Generation

Dalam meningkatkan karakter guna mewujudkan smart generation khususnya dalam era digitalisasi ini, perlu pembiasaan sejak dini kepada anak-anak untuk melakukan kebiasaan yang positif dalam mencerna literasi digital secara online agar tidak terjerumus pada informasi-informasi hoax yang ada. Generasi muda sebagai agen perubahan memiliki peranan yang sangat penting dalam mengawal perkembangan industri 4.0. Era digitalisasi yang semakin berkembang harus bisa disikapi dengan perspektif yang baik.
Sikap harus mampu memilah serta memilih sesuatu yang tepat bagi dirinya maupun lingkungan sekitar. Jika dihubungkan dengan dunia pendidikan, khususnya pada kalangan mahasiswa tentu saja mahasiswa harus bisa mengimbangi serta dapat mengendalikan teknologi dengan bijak. Mahasiswa harus cerdas dalam mengolah segala informasi baik itu dengan melakukan pembelajaran tatap muka dengan dosen ataupun sistem teknologi yang menggunakan jaringan sebagai prioritasnya, yaitu online learning.
ADVERTISEMENT
Era digitalisasi juga mendorong perkembangan pers mahasiswa yang semakin pesat. Pers mahasiswa tidak dapat dipisahkan dari kritisnya mahasiswa dalam menanggapi keadaan bangsa. Disahkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers seakan menandai kembalinya kekuatan pers, salah satunya pers mahasiswa. Isu nasional maupun isu kampus merupakan isu-isu yang sering diangkat oleh pers mahasiswa. Smartphone, PC tablet, dan internet menjadi penopang utama digitalisasi pers mahasiswa. Kini makin banyak pers mahasiswa yang menyediakan versi digital melalui media sosial ataupun website.
Melalui media sosial, mahasiswa seharusnya idealis dalam memberikan perubahan untuk bangsa ke depannya. Menjadi penggerak perubahan memang bukanlah suatu hal yang mudah. Didukung dengan adanya era yang serba digital, mahasiswa menjadi lebih mudah dalam menyampaikan aspirasi. Namun, ada beberapa mahasiswa yang justru terjerat kasus akibat penyebaran berita hoaks dan penghinaan. Jangan sampai teknologi yang seharusnya menjadikan kita produktif malah menjadi senjata bagi diri kita sendiri. Sebagai orang yang berilmu, khususnya mahasiswa harus bisa menjadi contoh serta melihat potensi yang bisa ditiru dari lingkungan sekitar.
ADVERTISEMENT
Proses pembentukan karakter merupakan faktor penting yang harus ditanamkan dengan baik pada setiap individu siswa guna mewujudkan smart generation dalam menghadapi era digitalisasi dewasa ini. Peran orang tua, sekolah, masyarakat, pemerintah memiliki andil dalam membentuk karakter anak, dengan demikian diharapkan dapat dengan bijak menanggapi konten digital yang diakses oleh siswa sehingga mereka dapat tidak terpengaruh oleh ancaman negatif yang ada di dalamnya.
Sebagai mahasiswa pada era digitalisasi, mahasiswa mengemban peran sebagai agen perubahan dan mengawal perkembangan industri 4.0 sehingga harus mampu memilah dan memilih sesuatu yang sesuai dengan dirinya sendiri maupun lingkungan sekitar dan memanfaatkan era digitalisasi dengan sebaik-baiknya sebagai sarana pengembangan diri.