Konten dari Pengguna

Bahaya Stunting pada Anak

Andien Suci
Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
20 Oktober 2024 11:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Andien Suci tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Stunting adalah gagal tumbuh yang terjadi pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) karena kekurangan gizi jangka panjang yang menyebabkan bayi terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi ini terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir, tetapi stunting baru muncul setelah bayi berusia dua tahun.
ADVERTISEMENT
Masa kanak-kanak sangat penting karena sangat responsif terhadap lingkungan sekitar. Oleh karena itu, diperlukan perhatian ekstra, terutama dalam hal gizi yang baik. Selama tahap balita, sangat penting untuk memastikan bahwa anak menerima jumlah dan kualitas gizi yang cukup. Hal ini disebabkan fakta bahwa balita masih dalam proses belajar dan biasanya sangat aktif secara fisik.
Pada tahun 2020, Indonesia menempati posisi ke-2 untuk jumlah stunting terbanyak di Asia Tenggara. Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sekitar 1 dari 3 balita Indonesia mengalami stunting. Salah satu penyebab utama stunting pada anak balita adalah gizi buruk ibu hamil dan bayi. Stunting adalah hasil dari kekurangan asupan gizi yang cukup pada anak selama 1.000 hari pertama kehidupannya, atau dari saat bayi masih di dalam kandungan hingga berusia dua tahun. Masalah selama kehamilan, persalinan, penyusuan, atau setelahnya, seperti pemberian MPASI yang tidak memadai, dapat menyebabkan stunting pada anak. Selain karena kekurangan nutrisi, stunting juga bisa disebabkan oleh pola asuh yang buruk dan kebersihan lingkungan yang buruk, yang menyebabkan anak sering terkena infeksi.
Ilustrasi stunting pada anak (sumber: pixabay.com
Ciri-ciri stunting pada anak
ADVERTISEMENT
Anak stunting tidak hanya pendek atau kerdil, mereka juga terlihat kurus. Tubuh mereka tetap proporsional, jadi tidak semua anak yang pendek dianggap stunting.
Selain mengalami gangguan pertumbuhan, berikut beberapa ciri-ciri stunting pada anak:
1. Penurunan kecerdasan, gangguan berbicara, dan kesulitan belajar
2. Mereka lebih mudah sakit karena sistem kekebalan tubuh mereka lemah.
3. Risiko terkena diabetes, hipertensi, dan obesitas ketika dewasa
Dampak stunting pada anak
1. Penurunan Kemampuan Kognitif
Stunting dapat berdampak pada perkembangan otak anak, yang pada gilirannya berdampak pada kemampuan belajar dan kognitif mereka. Anak-anak yang mengalami stunting juga lebih cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih rendah.
2. Masalah Kesehatan Jangka Panjang
Anak-anak yang stunting memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung di kemudian hari.
ADVERTISEMENT
3. Penurunan Produktivitas di Masa Dewasa
Dalam jangka panjang, stunting juga berdampak pada kualitas hidup dan produktivitas ekonomi seseorang. Karena keterbatasan fisik dan mental yang disebabkannya, stunting juga dapat mengurangi potensi produktivitas kerja di masa depan.
4. Risiko Kematian yang Lebih Tinggi
Anak-anak yang stunting lebih rentan terhadap penyakit infeksi berat, yang memiliki risiko kematian pada usia dini yang lebih tinggi.
Cara mencegah stunting pada anak
Stunting adalah gangguan tumbuh kembang menetap yang tidak dapat diatasi. Namun, kondisi ini sangat dapat dicegah, terutama selama 1.000 hari pertama kehidupan anak.
Berikut beberapa cara mencegah stunting pada anak:
1. Penuhi kebutuhan zat besi, asam folat, dan yodium ibu selama kehamilan dan menyusui.
ADVERTISEMENT
2. Anak harus menyusui sejak dini dan hanya minum susu ibu.
3. Pelajari lebih banyak tentang MPASI yang baik dan penerapannya.
4. Untuk mencegah anak terkena infeksi, biasakan hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air, terutama sebelum menyiapkan makanan dan setelah buang air besar atau buang air kecil, dan mencuci peralatan makan dengan sabun cuci piring.
Selain itu Orang tua juga harus sering memeriksakan anak mereka ke Posyandu atau Puskesmas. Ini dilakukan agar berat badan dan tinggi badan anak dapat dipantau dengan pada kurva pertumbuhan WHO.
Anak-anak di bawah 1 tahun disarankan untuk menjalani pemeriksaan rutin ini setiap bulan, dan anak-anak berusia 1 hingga 2 tahun disarankan untuk menjalaninya setiap tiga bulan. Pemeriksaan rutin ini juga penting untuk mengevaluasi risiko infeksi pada anak, seperti cacingan, TBC, infeksi saluran kencing, dan diare berulang, selain untuk memantau tinggi badan dan berat badan mereka.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, meskipun stunting adalah gangguan pertumbuhan yang tidak dapat diperbaiki, penting untuk mendapatkan pengobatan segera agar kondisi anak tidak semakin parah. Jika anak terlihat lebih pendek daripada anak seusianya, jangan ragu untuk menghubungi dokter.
Andien Suci Paramita, Mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan UIN JAKARTA