Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Generasi Muda dan Hukum: Dari Kesadaran Hingga Kepatuhan
7 Februari 2025 13:34 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Andi Maulana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Ilustrasi ilmu hukum. Sumber foto: Unsplash](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01jkffj7eb0p072tem86p36cz1.jpg)
ADVERTISEMENT
Hukum merupakan fondasi yang menjaga keteraturan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam konteks Indonesia, generasi muda memainkan peran strategis dalam memastikan hukum tidak hanya menjadi teks di atas kertas, tetapi juga norma yang dihayati dan dijalankan. Namun, kenyataannya, masih banyak pelanggaran hukum yang melibatkan generasi muda, mulai dari kenakalan remaja, pelanggaran lalu lintas, hingga kasus-kasus kekerasan. Hal ini menimbulkan pertanyaan: apakah generasi muda cukup memahami dan menghormati hukum, ataukah mereka masih memandangnya sebagai sesuatu yang jauh dari relevansi kehidupan sehari-hari?
ADVERTISEMENT
Salah satu faktor utama yang memengaruhi kesadaran hukum di kalangan generasi muda adalah minimnya pendidikan hukum yang terintegrasi dalam sistem pendidikan formal. Pendidikan Kewarganegaraan memang mencakup materi tentang hukum, tetapi sering kali hanya membahas konsep-konsep dasar tanpa memberikan contoh nyata atau pengalaman langsung tentang bagaimana hukum diterapkan. Akibatnya, hukum dipandang sebagai sesuatu yang abstrak dan tidak menarik. Generasi muda membutuhkan pendekatan yang lebih praktis, seperti simulasi sidang, kunjungan ke lembaga penegak hukum, atau diskusi kasus hukum yang relevan dengan kehidupan mereka.
Selain itu, pengaruh lingkungan sosial juga memiliki dampak besar terhadap sikap generasi muda terhadap hukum. Lingkungan keluarga, misalnya, berperan penting dalam membentuk nilai-nilai dasar anak. Orang tua yang tidak taat hukum, seperti melanggar aturan lalu lintas atau tidak membayar pajak tepat waktu, secara tidak langsung memberikan contoh buruk bagi anak-anak mereka. Teman sebaya juga berperan signifikan; tekanan kelompok seringkali mendorong remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar hukum demi mendapatkan pengakuan.
ADVERTISEMENT
Media massa dan media sosial juga menjadi faktor yang mempengaruhi persepsi generasi muda terhadap hukum. Informasi yang tidak akurat atau berlebihan tentang kasus-kasus hukum tertentu dapat menimbulkan ketidakpercayaan terhadap aparat penegak hukum. Di sisi lain, konten edukatif yang kreatif dan menarik dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan kesadaran hukum. Kampanye melalui platform seperti YouTube, Instagram, atau TikTok bisa menjadi cara yang relevan untuk menyampaikan pesan kepada generasi muda.
Namun, tantangan terbesar adalah lemahnya penegakan hukum yang adil dan konsisten. Ketika generasi muda menyaksikan adanya ketimpangan dalam penegakan hukum—misalnya, kasus besar yang melibatkan tokoh penting seringkali berakhir tanpa kejelasan—mereka kehilangan kepercayaan pada sistem hukum itu sendiri. Hal ini menciptakan sikap apatis atau bahkan pemberontakan terhadap hukum. Oleh karena itu, reformasi dalam penegakan hukum menjadi hal yang mendesak untuk membangun kembali kepercayaan masyarakat, khususnya generasi muda.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi persoalan ini, perlu adanya sinergi dari berbagai pihak. Sekolah, misalnya, dapat mengembangkan program pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai hukum secara praktis dan menarik. Selain itu, aparat penegak hukum harus lebih aktif terlibat dalam memberikan edukasi kepada generasi muda, seperti melalui seminar, diskusi, atau program magang. Pemerintah juga perlu mendukung dengan kebijakan yang memfasilitasi keterlibatan generasi muda dalam proses pengawasan dan advokasi hukum.
Selain institusi formal, keluarga tetap menjadi pondasi utama dalam membentuk kesadaran hukum generasi muda. Orang tua perlu memberikan teladan yang baik dalam mematuhi hukum dan mengajarkan nilai-nilai kejujuran serta tanggung jawab sejak dini. Komunikasi yang terbuka dan edukatif antara orang tua dan anak juga akan membantu generasi muda memahami pentingnya hukum dalam kehidupan mereka.
ADVERTISEMENT
Di era digital, generasi muda memiliki akses luas terhadap informasi, sehingga mereka sebenarnya memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan dalam penegakan hukum. Melalui media sosial, mereka dapat menyuarakan pendapat, mengadvokasi keadilan, dan mengawasi kebijakan publik. Namun, potensi ini harus diimbangi dengan literasi hukum dan media yang memadai agar mereka dapat memilah informasi yang benar dan bertindak secara bijaksana.
Pada akhirnya, hukum bukan hanya sekadar aturan yang harus ditaati, tetapi juga cerminan nilai-nilai moral yang harus dihayati. Generasi muda perlu menyadari bahwa kepatuhan terhadap hukum adalah bentuk tanggung jawab mereka sebagai warga negara sekaligus kontribusi mereka untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik. Kepatuhan ini tidak hanya berbicara soal ketaatan pada aturan tertulis, tetapi juga mengandung makna penghormatan terhadap nilai-nilai etis yang mendasarinya. Dengan memahami hal ini, generasi muda akan lebih mudah memandang hukum sebagai pedoman hidup yang melindungi hak dan kewajiban setiap individu.
ADVERTISEMENT
Kepatuhan terhadap hukum juga merupakan langkah awal untuk menciptakan budaya hukum yang sehat dalam masyarakat. Generasi muda yang taat hukum dapat menjadi teladan bagi orang-orang di sekitarnya, termasuk keluarga, teman, dan komunitas. Melalui sikap positif terhadap hukum, mereka bisa membangun rasa kepercayaan masyarakat terhadap sistem hukum dan menanamkan kesadaran kolektif bahwa hukum adalah instrumen yang menjamin keadilan dan keteraturan.
Lebih jauh, kesadaran hukum generasi muda dapat menjadi kekuatan utama dalam mendorong perubahan sosial. Ketika mereka tidak hanya mematuhi hukum, tetapi juga mengkritisi dan mengawasi penerapannya, sistem hukum akan berkembang menjadi lebih transparan dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Peran ini menjadikan generasi muda tidak hanya sebagai objek hukum, tetapi juga sebagai subjek aktif yang membawa semangat reformasi dan inovasi dalam sistem hukum.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, membangun kesadaran hukum di kalangan generasi muda memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan pendidikan, keluarga, pemerintah, dan media. Dengan sinergi yang kuat, generasi muda dapat tumbuh menjadi pribadi yang menghormati hukum sekaligus menjadi agen perubahan yang membawa nilai-nilai keadilan ke dalam kehidupan bermasyarakat. Masa depan Indonesia yang lebih tertib, adil, dan bermartabat ada di tangan mereka.
Penulis: Andi Maulana (Anggota Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah / Direktur Eksekutif Kamus Institute)