Konten dari Pengguna

Krisis Pangan yang Melanda Republik Demokratik Kongo

Andi Yustika Oktaviani
Masters student majoring in International Relations, Gadjah Mada University
4 Juli 2022 14:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Andi Yustika Oktaviani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
©FAO/Frank Ribas dalam United Nations News https://news.un.org/en/
zoom-in-whitePerbesar
©FAO/Frank Ribas dalam United Nations News https://news.un.org/en/
ADVERTISEMENT
The Democratic Republic of the Congo atau Kongo adalah negara terbesar di Afrika Sub-Sahara. Negara yang memiliki sumber daya alam yang kaya, potensi cadangan air yang besar, lahan yang subur, keanekaragaman hayati, dan salah satu hutan hujan terbesar di dunia (World Bank, 2022). Terlepas dari potensi yang luar biasa tersebut, eksploitasi yang terjadi selama beberapa dekade di bawah pemerintahan kolonial, berlanjut di masa kediktatoran dan konflik bersenjata, membuat Kongo dilanda kemiskinan. Potensi Kongo menjadi negara makmur secara perlahan menghilang, negara ini kemudian menjadi salah satu negara termiskin di dunia. Pada tahun 2022, Kongo menempati posisi ke 8 dengan poverty rate 63.9 (World Population Review, 2022). Populasi orang miskin menjadi sangat besar, yang mana telah tersebar luas di seluruh wilayah Kongo.
ADVERTISEMENT
Adapun tantangan-tantangan yang dihadapi masyarakat Kongo sangatlah rumit. Situasi hak asasi manusia di Kongo sangat buruk yang kemudian diperburuk dengan terjadinya konflik lokal yang berlangsung di Kongo timur. Konflik tersebut memunculkan banyak kelompok bersenjata aktif di yang mana sekitar 100 lebih kelompok yang telah melakukan pembantaian, penculikan, pemerkosaan dan kekerasan seksual, perekrutan anak-anak, dan serangan-serangan lain terhadap warga sipil. Hilangnya hak atas kebebasan berekspresi dan berkumpul secara damai di Kongo (Human Rights Watch, 2021).
Selain itu, tantangan lainnya yang dihadapi seperti kurangnya peluang ekonomi formal, tata kelola yang buruk, institusi sektor publik yang sangat lemah, warisan konflik dan ketidakstabilan politik yang mengakar, serta penyebaran penyakit yang cukup tinggi. Maka dari itu, masyarakat melakukan perpindahan internal sebab para keluarga lebih memilih untuk meninggalkan rumah untuk mencari keamanan serta pendapatan agar menjamin masa depan mereka. Diketahui hampir 20 juta dari hampir 90 juta warga Kongo bergantung pada bantuan kemanusiaan (Federal Ministry for Economic Cooperation and Development, 2021).
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, Kongo telah berada dalam keadaan krisis di waktu yang cukup lama dimana situasi politik, ekonomi, sosial dan kemanusiaan yang sangat buruk. Faktor-faktor yang dihadapi Kongo lalu berdampak pada krisis pangan, bahkan tiap tahunnya negara ini memiliki jumlah populasi yang mengalami rawan pangan sangat besar (Integrated Food Security Phase Classification, 2021). Masyarakat sulit mendapatkan makanan dan tidak ada ladang untuk menanam. Mereka harus membeli makanan dari pemilik tanah namun, sebagian besar tidak memiliki cukup uang. Sehingga masyarakat berjuang tiap harinya untuk mendapatkan makanan yang cukup. Situasi lalu semakin diperburuk oleh pandemi COVID-19 yang berkepanjangan, serta penyakit ebola, kolera, dan campak. Hasil laporan Integrated Food Security Phase Classification (IPC) pada tahun 2021, terdapat sekitar 27 juta orang di Kongo mengalami ketidakamanan pangan tingkat tinggi antara September dan Desember 2021, dan sekitar 6,1 juta orang mengalami ketidakamanan pangan akut tingkat kritis.
ADVERTISEMENT
Meskipun analisis terbaru menunjukkan sedikit peningkatan dibandingkan dengan tahun 2020 yaitu 27,3 juta, beban kasus dan tingkat keparahannya tetap sangat tinggi. Dari total 179 wilayah yang dianalisis, lima wilayah telah diklasifikasikan dalam darurat, terutama Djugu (Provinsi Ituri), Kamonia dan Luebo (Provinsi Kasai), serta Dibaya dan Luiza (Provinsi Kasai Tengah) (Integrated Food Security Phase Classification, 2021).
Dalam perkiraan periode dari Januari hingga Juni 2022, 25,9 juta orang atau 25% dari populasi kemungkinan akan berada di ketidakamanan pangan akut tingkat tinggi, dan 5,4 juta berada di tingkat kritis. Selain itu, situasi kemungkinan akan memburuk di Irumu (Provinsi Ituri) dan Gungu (Provinsi Kwilu), daerah-daerah ini diperkirakan akan berada di tingkat kritis dengan masing-masing 65% dan 45% populasi menghadapi tingkat kerawanan pangan yang kritis (Integrated Food Security Phase Classification, 2021).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan Human Development Report pada tahun 1994, menunjukkan transisi pemikiran secara mendalam mengenai keamanan manusia. Konsep keamanan telah lama ditafsirkan secara sempit dimana sebagai keamanan wilayah dari agresi eksternal atau keamanan global dari ancaman perang. Hal tersebut lebih mementingkan keamanan negara daripada manusia itu sendiri, sehingga kekhawatiran yang muncul mengenai keamanan dalam kehidupan sehari-hari menjadi terlupakan. Munculnya keamanan manusia kemudian berdasarkan pada dua aspek utama, yaitu pertama, keamanan dari ancaman kronis seperti kelaparan, penyakit, dan penindasan. Kedua, perlindungan dari gangguan dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah, pekerjaan atau dalam komunitas.
Keamanan manusia kemudian menjadi perhatian universal, sebab hal ini relevan bagi setiap manusia di mana saja, baik di negara maju maupun negara berkembang dimana tingkat ancaman dapat berbeda. Konsep keamanan manusia melihat bahwa kebijakan keamanan dan analisis keamanan harus berfokus pada tiap individu. Secara luasnya, keamanan manusia adalah freedom from want dan freedom from fear, kebebasan yang berkaitan dengan kebutuhan dasar individu dimana terdapat tanggung jawab untuk menaruh perhatian keamanan individu sesuai dengan standar hak asasi manusia.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana yang diketahui, ancaman terhadap keamanan manusia dapat diklasifikasikan ke dalam tujuh kategori yaitu economic security, food security, health security, environmental security, personal security, community security, dan political security. Setiap kategori tersebut saling berkaitan satu sama lain. Food security atau keamanan pangan yang dialami Kongo merupakan dampak dari banyaknya konflik yang terjadi di negara tersebut. Negara yang mengalami ketidakamanan pangan ketika kurangnya akses ke makanan yang aman dan bergizi untuk pertumbuhan dan perkembangan dan kehidupan yang sehat (Food and Agriculture Organization, 2020). Permasalahan yang dihadapi Kongo telah lama menarik perhatian beberapa komunitas dan organisasi internasional. Upaya-upaya kemudian diberikan untuk membantu Kongo terutama organisasi internasional yang berfokus pada keamanan pangan.
Pertama, World Food Programme (WFP). Berdasarkan laporan pada tahun 2021, WFP secara aktif telah memberikan bantuan makanan atau uang tunai dan dukungan nutrisi kepada 176.000 orang yang rentan, termasuk pengungsi, pencari suaka, penduduk yang terkena dampak bencana dan juga orang-orang yang tinggal di daerah perkotaan yang terkena dampak ekonomi dari COVID-19. Adanya rehabilitasi aset yang meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap guncangan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, WFP menyediakan makanan bergizi khusus untuk orang-orang yang rentan termasuk anak-anak di bawah 5 tahun, dan wanita hamil dan ibu menyusui untuk mengobati dan mencegah malnutrisi. WFP menyediakan makanan sekolah setiap hari untuk 166.000 anak di daerah yang paling terkena dampak malnutrisi. Pangan semakin banyak bersumber langsung dari petani lokal, dengan fokus khusus pada sekolah-sekolah di daerah pedesaan. WFP membantu sekitar 4.500 anak di provinsi Likouala dan Sangha yang terpencil dengan memberikan kesempatan memasuki sekolah (World Food Programme, 2021).
Pada tahun 2021, WFP memberikan dukungan edukasi, teknis, pelatihan, kepada 1.138 petani kecil untuk meningkatkan produksi, penyimpanan, dan transportasi pangan mereka ke pasar. WFP bekerja dengan koperasi perempuan untuk memberdayakan perempuan terutama dalam pedesaan dan membantu petani kecil agar dapat beradaptasi dengan perubahan iklim dengan memperkuat mata pencaharian pedesaan yang tahan iklim. Bantuan WFP telah mencakup tujuh provinsi terpadat yang terkena dampak konflik yaitu Kivu Utara, Kivu Selatan, Ituri, Kasai, Kasai Tengah, Kasai Oriental, dan Tanganyika. Peningkatan signifikan kegiatan WFP diperlukan untuk mengatasi krisis kelaparan dan pada tahun 2020, kegiatan yang telah diperkuat WFP menghasilkan hasil yang substansial telah memungkinkan untuk mencapai 6,9 juta orang dengan bantuan makanan dan nutrisi. Pada tahun 2021, WFP menargetkan 8,7 juta orang (World Food Programme, 2021).
ADVERTISEMENT
Kedua, Food and Agriculture Organization (FAO). FAO telah memberikan bantuan kepada masyarakat yang paling rentan di Kongo. FAO berupaya menjangkau 1,1 juta orang dengan membutuhkan total US$ 65 juta, tetapi sejauh ini hanya US$ 4,5 juta. Adapun fokus bantuan FAO yaitu pada peningkatan peralatan rumah tangga berupa pemberian peralatan ternak dan tani dan juga pemberian benih. FAO menyediakan hampir 160.000 orang dengan benih dan peralatan yang memungkinkan masyarakat untuk memproduksi lebih dari 10.000 ton makanan. Dalam membantu proses perbaikan gizi, FAO melakukan penyediaan ternak berkualitas, mengedukasi dan mendukung proses dan penyimpanan makanan yang baik dan sehat, serta membantu petani dalam menghilangkan penyakit terhadap hewan dan tumbuhan dengan memvaksinasi lebih dari 25.000 ternak (Food and Agriculture Organization, 2021).
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2021, FAO juga memberikan bantuan mata pencaharian yang menyelamatkan 1,1 juta orang di daerah yang terkena risiko pangan akut. Selain itu, FAO memberikan bantuan berupa dana kepada lebih dari 40.000 orang untuk memperkuat ketahanan mereka dalam memproduksi pangan sendiri (Food and Agriculture Organization, 2021)
Berdasarkan upaya yang telah dilakukan oleh organisasi internasional seperti WFP dan FAO, dapat disimpulkan bahwa dalam membantu membangun Kongo secara perlahan sangat perlu memberikan bantuan kemanusiaan terutama dalam mengelola penyakit yang menyerang masyarakat Kongo. Perlunya memperkuat upaya untuk memerangi penyakit yang ditularkan melalui air dengan meningkatkan akses ke fasilitas air dan sanitasi terutama di daerah endemik. Adanya upaya untuk melawan pandemi COVID-19 dan menyadarkan penduduk untuk menerapkan tindakan pencegahan dengan mematuhi protokol kesehatan (Integrated Food Security Phase Classification, 2021).
ADVERTISEMENT
Selain itu, berkomitmen memberikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat yang diklasifikasikan dalam krisis pangan, khususnya di provinsi-provinsi Timur dan wilayah tengah negara, agar dapat kembali meningkatkan konsumsi makanan sehat dan bergizi. Kemudian, memberikan dukungan dalam hal mata pencaharian terkait akses rumah tangga ke peralatan bertani dan juga benih. Memberikan edukasi mengenai kemampuan untuk menanam lebih banyak makanan serta para komunitas penggembala ternak dan petani kecil dapat mencegah penyakit yang menyerang hewan dan tanaman mereka. Hal yang paling terpenting kemudian dalam penyelesaian konflik. Mengatasi akar penyebab konflik komunal dan politik, agar para keluarga yang mengungsi kembali ke rumah mereka dan mencari kembali mata pencaharian mereka (Integrated Food Security Phase Classification, 2021).
ADVERTISEMENT
Referensi
Federal Ministry for Economic Cooperation and Development. (2021). DEMOCRATIC REPUBLIC OF THE CONGO. Retrieved from Federal Ministry for Economic Cooperation and Development: https://www.bmz.de/en/countries/democratic-republic-of-the-congo#anc=id_56212_56212
Food and Agriculture Organization. (2020). Hunger and food insecurity. Retrieved from Food and Agriculture Organization: https://www.fao.org/hunger/en/
Food and Agriculture Organization. (2021). Food security crisis in the Democratic Republic of the Congo could worsen in the coming months. Retrieved from Food and Agriculture Organization: https://www.fao.org/newsroom/detail/food-security-crisis-in-the-democratic-republic-of-the-congo-could-worsen-101121/en
Human Rights Watch. (2021). Democratic Republic of Congo. Retrieved from Human Rights Watch: https://www.hrw.org/africa/democratic-republic-congo
Integrated Food Security Phase Classification. (2021, November 10). Democratic Republic of Congo: Acute Food Insecurity and Acute Malnutrition Situation September 2021 - August 2022. Retrieved from Integrated Food Security Phase Classification): https://www.ipcinfo.org/ipc-country-analysis/details-map/en/c/1155280/?iso3=COD
ADVERTISEMENT
United Nations Development Programme. (2019). Human Development Indices: A statistical update 2019. Retrieved from United Nations Development Programme: http://data.un.org/DocumentData.aspx?id=415
World Bank. (2022, May 9). The World Bank in DRC. Retrieved from World Bank: https://www.worldbank.org/en/country/drc/overview
World Food Programme. (2021). Congo. Retrieved from World Food Programme: https://www.wfp.org/countries/congo
World Population Review. (2022). Poverty Rate by Country 2022. Retrieved from World Population Review: https://worldpopulationreview.com/country-rankings/poverty-rate-by-country