Konten dari Pengguna

Gerakan Topi Oranye: Upaya Branding Sensus Ekonomi 2026

Andri Saleh
ASN, Humas, Penulis, Kolumnis, Komikus
16 Januari 2025 15:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Andri Saleh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gerakan Topi Oranye, aksi dalam menyosialisasikan kegiatan Sensus Ekonomi 2026
zoom-in-whitePerbesar
Gerakan Topi Oranye, aksi dalam menyosialisasikan kegiatan Sensus Ekonomi 2026
ADVERTISEMENT
Dalam waktu dekat, tepatnya di pertengahan tahun 2026 nanti, Badan Pusat Statistik (BPS) akan menggelar kegiatan Sensus Ekonomi 2026 (SE2026). Kegiatan ini mencakup pengumpulan data dasar seluruh kegiatan ekonomi - kecuali data pertanian - yang menyasar para pelaku usaha di seluruh wilayah Indonesia. Tujuannya jelas: menyediakan informasi struktur ekonomi, informasi karakteristik usaha, dan informasi ekonomi digital dan ekonomi lingkungan.
ADVERTISEMENT
Berkaca dari kegiatan serupa di tahun 2016, ternyata masih ditemukan para pelaku usaha yang enggan didata oleh petugas BPS. Alasannya beragam, mulai dari sibuk/tidak ada waktu, tidak kenal dengan BPS, tidak percaya dengan program pemerintah, bahkan ada juga yang merasa bahwa data statistik itu tidak penting. Padahal, hasil pendataan kegiatan SE2026 ini nantinya dijadikan dasar dalam menyusun program pemerintah di bidang ekonomi.
Bagaimana mungkin program pemerintah ini bisa tepat sasaran jika data dasarnya saja sudah tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya?
Untuk itulah, BPS perlu menyusun strategi yang jitu untuk membangun kesadaran masyarakat sekaligus meminimalisir penolakan responden dalam pendataan SE2026. Hal ini penting agar data hasil pendataan SE2026 ini berkualitas sehingga menghasilkan program pemerintah yang efektif dan tepat sasaran.
ADVERTISEMENT
Salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan branding kegiatan SE2026. Menurut Landa (2006), branding bukan hanya sekadar merek dagang atau produk barang/jasa, tetapi lebih ke citra, kesan, dan persepsi yang muncul di benak masyarakat terhadap produk tersebut.
Terkait dengan kegiatan SE2026, upaya branding yang mungkin dilakukan adalah Gerakan Topi Oranye (Orange Hat Movement). Warna oranye identik dengan warna khas kegiatan Sensus Ekonomi sedangkan topi adalah atribut resmi petugas BPS ketika melakukan pendataan di lapangan.
Secara sederhana, Gerakan Topi Oranye adalah sebuah aksi mengenakan atribut topi berwarna oranye yang dilakukan secara serentak, masif, dan terus-menerus. Seluruh pegawai BPS, mulai dari BPS Pusat, BPS Provinsi, hingga BPS Kabupaten/Kota, baik dari level pimpinan hingga staf, mengenakan topi oranye di berbagai kegiatan kedinasan. Secara tidak langsung, aksi seperti ini akan terekam di berbagai media seperti misalnya media online maupun konten media sosial.
ADVERTISEMENT
Jika dilakukan secara konsisten dan terus menerus, aksi seperti ini akan membentuk persepsi di masyarakat. Topi oranye akan dikenal masyarakat sebagai representasi program pemerintah, khususnya dalam kegiatan SE2026. Ketika tiba masa pendataan SE2026 di tahun 2026 nanti, masyarakat sudah tidak asing lagi dengan petugas yang datang mengenakan topi oranye. Persepsi masyarakat sudah terbentuk sejak awal dan ini tentunya memudahkan proses pendataan SE2026 di lapangan nanti.
Strategi seperti ini sebetulnya pernah terjadi di Prancis yang dikenal dengan istilah "Yellow Jacket Movement" pada tahun 2018 yang lalu. Aksi mengenakan rompi warna kuning ini terjadi dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar, tingginya biaya hidup, dan klaim pajak yang tidak proporsional. Saat itu, Presiden Macron akhirnya membatalkan kenaikan harga bahan bakar.
ADVERTISEMENT
Meski konteksnya berbeda dengan kegiatan SE2026, namun aksi tersebut memiliki kesamaan tujuan, yaitu membangun kesadaran (awareness) sekaligus "menyita" perhatian masyarakat. Proses inilah yang jika dilakukan berulang dan terus-menerus, maka akan membentuk persepsi di masyarakat.
Sudah saatnya BPS sebagai lembaga pemerintah melakukan upaya branding kegiatan SE2026 mulai dari sekarang. Perlu diingat bahwa branding itu proses yang berkelanjutan dan terus-menerus, bukan hanya kegiatan yang dilakukan dalam hitungan minggu atau bulan. ***