Implementasi Reverse Vending Machine Indonesia: Bagai Puzzle yang Masih Buntung

angel jessica
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Konten dari Pengguna
18 Februari 2023 10:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari angel jessica tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi vending machine di bandara. Foto: BLUR LIFE 1975/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vending machine di bandara. Foto: BLUR LIFE 1975/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagian besar orang mungkin masih merasa asing dengan istilah reverse vending machine. Yang terpikir pertama kali di benak kepala biasanya adalah vending machine minuman yang dapat ditemui di stasiun atau di area perbelanjaan.
ADVERTISEMENT
Kurang lebih, cara kerjanya hampir mirip. Namun, perbedaannya adalah jika pada vending machine biasa, Anda membayar dengan uang lalu mendapatkan minuman, maka pada reverse vending machine, Anda mengembalikan botol minuman untuk mendapatkan bayaran.
Reverse vending machine adalah salah satu bentuk inovasi untuk menciptakan sistem daur ulang yang lebih mudah dan efisien. Di beberapa negara, seperti Jerman, Skotlandia, serta Inggris, reverse vending machine telah menjadi salah satu program pemerintah yang dilengkapi dengan skema regulasi pengembalian deposito atau deposit return scheme.
Tidak ketinggalan, Indonesia juga mempunyai reverse vending machine-nya sendiri yang dibentuk melalui kerja sama berbagai perusahaan. Salah satu contoh bentuk inovasi tersebut dinamakan Plasticpay.
Dilengkapi dengan sebuah aplikasi bernama Plasticpay di smartphone, “siapapun” dapat menukarkan botol berjenis PET di mesin yang tersedia dengan penukaran berupa poin. Poin tersebut dapat ditukarkan lagi dengan uang elektronik.
ADVERTISEMENT
Selain dilengkapi dengan reverse vending machine, perusahaan yang menaungi Plasticpay juga menyediakan dropbox di berbagai titik tempat. Melalui dropbox, sampah plastik berjenis PET, PP, dan HDPE dapat ditukarkan menjadi poin.
Vending machine di lantai 2 Foto: Bella Cynthia / kumparan
Jelas, kalau dilihat secara saksama, reverse vending machine yang diimplementasikan di Indonesia tampaknya telah mencapai standar yang memuaskan. Apalagi, didukung fakta bahwa Plasticpay berhasil menghimpun lebih dari 400 ribu sampah botol plastik di kuartal pertama pada tahun 2022. Hal tersebut merupakan suatu pencapaian yang cukup hebat melihat Plasticpay merupakan hasil karya anak bangsa.
Namun, kalau berbicara soal keadilan di dalam implementasi reverse vending machine tersebut, rasanya agak sulit. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, reverse vending machine di Indonesia membutuhkan sebuah aplikasi di smartphone. Hal ini digunakan untuk mengakses mesin melalui barcode dan untuk mendapatkan poin dari hasil penukaran.
ADVERTISEMENT
Mungkin, terbesit di pikiran bahwa cara ini cukup praktis, tetapi bukankah keadilan sedikit buntung kalau kita tidak melihat masih adanya masyarakat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan?
Bagaimana juga dengan anak-anak di bawah umur, yang mungkin belum mempunyai smartphone, ingin berpartisipasi dalam mengumpulkan sampah plastik? Kemudian, apakah orang-orang yang sudah berlanjut umur dan tidak cakap dengan teknologi tidak dapat diikutkan dalam pengelolaan ini?
Kalau ingin melihat contoh dari Jerman, negara yang berhasil mencapai tingkat daur ulang di atas 90 persen, mesin yang digunakan tidak membutuhkan aplikasi khusus untuk mengaksesnya. Cukup masukkan botol PET yang telah teregistrasi dan memiliki barcode spesial dengan tanda daur ulang pada kemasan, maka semua orang sudah dapat berpartisipasi dalam proses daur ulang tanpa harus memiliki smartphone karena bukti penukaran dan jumlah deposito diberikan melalui struk.
ADVERTISEMENT
Kalau meragukan persoalan keamanan, perlu digarisbawahi bahwa reverse vending machine yang ditempatkan dilengkapi dengan kamera pengawas. Kelebihan lainnya adalah terkait cara penukarannya pun cukup mudah, yaitu melalui kasir dari minimarket yang menjual botol PET yang telah teregistrasi sebagai botol daur ulang untuk reverse vending machine.
Jika Indonesia ingin menerapkan reverse vending machine yang demikian, maka pemerintah, perusahaan reverse vending machine, serta perusahaan penghasil minuman, harus bekerja sama menciptakan dan mengaplikasikan skema regulasi yang jelas.
Di Jerman dan Skotlandia, pembeli yang membeli botol minuman harus membayar sejumlah deposito untuk wadah plastik minuman yang dapat didaur ulang dan teregistrasi dalam skema regulasi. Deposito ini dapat ditarik kembali jika pembeli menaruh kembali wadah yang digunakan dalam reverse vending machine.
ADVERTISEMENT
Memang, itu terserah pembeli mau mengembalikan wadahnya atau tidak. Namun, kalau pernah dengar perkataan “sedikit-sedikit akan menjadi gunung”, maka keuntungan yang akan didapatkan jelas cukup banyak. Di Jerman, deposito ini tidak hanya menguntungkan pembeli, tetapi juga perusahaan penghasil wadah minuman karena dapat menghemat biaya untuk bahan baku dalam pembuatan wadah minuman.
Implementasi reverse vending machine di Indonesia saat ini lebih seperti sebuah kepingan puzzle yang masih buntung. Dalam mencapai hasil yang maksimal, hendaknya dibutuhkan faktor-faktor yang mendukung sebagaimana dapat ditarik dari implementasi di Jerman, yaitu skema regulasi pengembalian reward secara komprehensif dan jelas, pengembalian dan penukaran uang yang dapat diakses oleh siapa pun dan di mana pun, serta sosialisasi yang harus menjalar hingga ke berbagai lapisan sosial masyarakat.
ADVERTISEMENT