Rezeki Tak Akan Tertukar Jika Kerja Keras

Angeltika Clara Sinaga
Mahasiswa Penerbitan (Jurnalistik). Politeknik Negeri Jakarta.
Konten dari Pengguna
27 Mei 2022 16:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Angeltika Clara Sinaga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sosok Bu Sarmaulina yang tersenyum ceria. Dokumentasi Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Sosok Bu Sarmaulina yang tersenyum ceria. Dokumentasi Pribadi.
ADVERTISEMENT
Rezeki setiap orang memang sudah diatur. Di dunia ini, tidak ada yang tidak membutuhkan uang. Semua mencari pekerjaan tetap dan tentu saja halal untuk dikerjakan demi mencukupi kebutuhan hidup, baik kebutuhan wajib sehari-hari maupun kebutuhan penunjang.
ADVERTISEMENT
Begitu juga hal yang dilakukan oleh seorang wanita tua yang masih bekerja demi bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dia adalah Sarmaulina Silalahi. Orang-orang kerap memanggilnya "opung".
Bagi beliau, rezeki memang sudah ada yang mengatur. Namun, jika bersungguh-sungguh dan kerja keras pasti hasil akhirnya juga akan mengikuti.
Tampak wajahnya yang selalu ceria, bersahaja, dan rasa semangat yang terpancar dari dirinya. Walau tak bisa dibohongi, kerutan-kerutan sudah mulai terlihat akibat usia yang tak lagi muda.
Dari tahun ke tahun beliau kerap melakukan berbagai hal demi mendapat uang entah seribu perak. Mulai dari menjual keripik kentang, bihun goreng, macam-macam kue kering, hingga akhirnya memutuskan untuk membuka warung sembako.
Setiap pagi ia bangun, lalu pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan sehari-hari dan keperluan warung. Selepas pulang dari pasar ia siap-siap membuka warungnya, menggantung beberapa kemasan kopi, susu, bumbu racik, dan sebagainya. Biasanya sudah buka dari pukul 08.00 pagi sampai 09.00 malam. Begitulah rutinitas beliau setiap harinya.
ADVERTISEMENT
“Dikerjain aja apa yang ada, selagi masih punya umur, masih kuat kaki dan tangan ngerjainnya. Capek mah ada, apalagi udah tua tapi ya dilakonin aja,” kata wanita tua yang akrab disapa opung itu.
Semangat yang dimiliki oleh beliau patut dicontoh. Terlalu banyak orang mengeluh, padahal masih banyak yang bisa dilakukan selagi kita mau berjuang dan bekerja keras.
“Kalo males-malesan mah ya susah terus, ga dapet apa-apa,” ucapnya sambil tersenyum tipis.
Selama menjalani hidupnya hampir pekerjaan yang dilakukan adalah berjualan. Tentu saja, ada suka duka yang dilewati oleh beliau dalam menjalaninya. Sudah lumrah dalam hal berjualan, kebanyakan orang suka mengutang. Kadang ada juga kerabat yang beli, akibat tidak enak hati jadi dikasih gratis, alias tidak bayar.
ADVERTISEMENT
“Ya begini lah kalo jualan, kadang kalo orang bilang nanti dulu bayarnya ya, Pung, mau gak mau di iyain aja, kasian juga. Ikut ngerasain kalo gak punya duit emang susah kan,” tutur opung.
Pahit manis kehidupan sudah dirasakan, namun ditelan begitu saja olehnya. Beliau pikir bukan haknya untuk menentukan rezeki seseorang. Selagi masih dalam batas wajar dan masih bisa ia bantu pasti akan dilakukan.
Ternyata, selain membuka warung ada juga hal yang beliau lakukan. Di usianya yang sudah cukup tua tentu saja beliau sudah memiliki cucu yang setiap hari dijaga karena orang tua mereka yang sibuk bekerja. Tentu dengan suka hati beliau menjaga cucu-cucunya itu.
“Udah gak kuat badan ini sebenernya kalau harus terbagi, namanya nenek-nenek energinya cepet abis. Pagi-pagi harus ke pasar, terus masak, belum lagi urusan warung, ditambah jaga cucu juga. Ya, tapi untungnya masih ada kakeknya buat bantuin saya jadi kerja sama,” ujarnya dengan wajah santai.
ADVERTISEMENT
Bagi beliau hidup dinikmati dan dijalani saja. Melihat cucu-cucunya yang sudah besar menjadi hiburan bagi dirinya. Sesungguhnya berjualan hanya sampingan demi mencukupi kebutuhan beliau dengan suami.
“Kalo gak jualan, gimana bisa makan? Gak mungkin ngandelin anak terus. Mereka kan punya urusannya masing-masing, kerja. Saya juga gamau ngerepotin. Biar mereka kasih ke kami kalau memang ada, kalau lagi gak ada ya gak masalah,” begitulah ungkapan hati Bu Sarmaulina.
Sungguh kagum melihat kegigihan dari Bu Sarmaulina ini. Di masa tuanya, rasa semangat dalam dirinya masih tetap menyala-nyala. Bagi beliau bersusah payah tak masalah ketimbang merepotkan orang lain.
Tak banyak mengeluh dan tetap menikmati hidupnya dengan penuh tawa sukacita, serta membantu orang-orang di sekitarnya tanpa pamrih. Itulah pedoman hidupnya.
ADVERTISEMENT
Hidup ini memang sulit. Namun, daripada banyak mengeluh justru kita harus bersyukur dan menjadi bermanfaat bagi orang lain.
(Angeltika Clara Sinaga/Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta)