Presiden Baru Korea Selatan dan Kebijakan Anti-Feminismenya

Desiree Junike Angelica
Mahasiswi jurusan Hubungan Internasional di Universitas Kristen Indonesia.
Konten dari Pengguna
3 April 2022 16:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Desiree Junike Angelica tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
picture from @sukyeol.yoon on Instagram
zoom-in-whitePerbesar
picture from @sukyeol.yoon on Instagram
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Korea selatan adalah salah satu negara di Asia Timur yang menggunakan sistem politik demokrasi. Hal tersebut terlihat dari sistem pemilihan Presiden sebagai Kepala Negara, oleh warga negaranya setiap 5 tahun sekali. Seperti pemilihan umum Korea Selatan pada 9 Maret 2022, yang hasilnya diumumkan secara resmi pada 10 Maret 2022, Yoon Seok Yeol yang merupakan seorang mantan jaksa agung berhasil terpilih sebagai Presiden selanjutnya yang akan memimpin Korea Selatan, dengan meraih suara sebanyak 48,59 persen, menang tipis dengan selisih suara 8% dari rivalnya, Lee Jae Myung. Kemenangan diperoleh Yoon berkat banyaknya suara dari pemilih muda, dimana sebanyak 58,7 persen suara berasal dari kalangan pria, disusul suara dari kalangan perempuan sebanyak 33,8 persen.
ADVERTISEMENT
Pendatang baru dalam dunia Politik, nama Yoon Seok Yeol lebih dulu populer berkat rangkaian penyidikan mengenai kasus dugaan korupsi yang ia tangani, termasuk yang melibatkan presiden Korea Selatan pada dua periode sebelumnya, Park Geun-hye. Berbeda dengan Presiden Moon Jae In yang merupakan seorang demokrat liberal, Yoon dikenal sebagai sosok yang memiliki pandangan konservatif dan kontroversial.
Salah satu kontroversi yang memecah dukungan masyarakat Korea Selatan adalah pernyataannya tentang pria sebagai korban dari pergerakan dan perkembangan kaum feminis, dimana ia juga menolak fakta keberadaan “diskriminasi gender” di Korea Selatan. Tidak hanya itu, Yoon juga memasukkan rencana pembubaran Kementerian Pemberdayaan Perempuan ke dalam kampanye miliknya. Menurut Yoon, kesetaraan hanya dapat tercapai jika tidak lagi ada pemisahan berdasarkan jenis kelaminnya. Pandangan tersebut membuahkan dukungan besar dari berbagai kalangan, termasuk kelompok politik hingga kaum muda pria di Korea Selatan, yang juga memiliki pandangan serupa. Mereka merasa, Yoon telah mewakilkan suara mereka akan isu feminisme di Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
Isu gender merupakan isu yang selalu hangat di Korea Selatan, dimana masyarakatnya menilai bahwa feminisme di negara mereka "berlebihan". Sejak Presiden Moon menjabat pada tahun 2017, banyak kebijakan yang mengedepankan kesetaraan gender, dan hal ini membuat anak laki-laki di sana merasa didiskriminasi, terutama di dunia kerja. Misalnya dengan menjalani wajib militer, mereka rugi karena tidak bisa mengejar karir, kalah dengan perempuan yang bisa terus bekerja. Padahal, hanya 15,6% posisi manajerial senior di Korea Selatan yang dipegang oleh perempuan. Menurut Presiden Yoon, kesetaraan gender merupakan penyebab rendahnya angka kelahiran di Korea Selatan, sebab itulah tidak ada lagi feminis karena mereka (pendukung Presiden Yoon) adalah anti-feminist.
Terpilihnya Yoon Seok Yol presiden baru korea tersebut disebut-sebut sebagai trump versi korea karena persamaan dari keduanya adalah mereka sering membuat pernyataan yang memicu adanya kontroversi.
ADVERTISEMENT
Presiden Yoon telah mengemukakan beberapa kebijakan kontroversial, seperti penghapusan Kementerian Kesetaraan Gender. Namun, penghapusan kementerian dalam pemerintahan terkait erat dengan reorganisasi undang-undang organisasi pemerintahan, sehingga terdapat kemungkinan hal itu akan menyebabkan perdebatan yang cukup sengit di Majelis Nasional Korea Selatan. Lalu Yoon seok yeol memberikan pernyataan - penyataan diantaranya bahwa gerakan feminisme merupakan penyebab utama rendahnya angka kelahiran di korsel dan hal ini mendapatkan kritikan dari kaum liberal selain itu Yoon seok yeol menyalahkan para wanita yang menuntut hak-hak mereka di Korea Selatan. Menurutnya kementerian tersebut hanya berfokus pada hak perempuan dan ia merasa hal tersebut saat ini sudah tidak diperlukan lagi. Karena menurutnya bahwa kesetaraan bisa dicapai jika perempuan dan laki-laki tidak dipisahkan dengan jenis kelamin.
ADVERTISEMENT
Kontroversi lainnya Presiden Yoon ingin mengatur regulasi hukuman untuk pelapor kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual. Jadi jika perempuan Korea diperkosa dalam hal ini walaupun perempuan tersebut korban tapi nantinya dapat dipenjara. Hal ini dapat menimbulkan dampak yang cukup signifikan terhadap oknum Pria di Korea yang dapat melakukan perbuatan tersebut dengan bebas dan dapat merugikan perempuan.
Korea Selatan merupakan negara di Bagian Asia Timur terdapat penggambaran budaya patriarki yang menjadi diskriminasi gender terhadap perempuan. Hal ini dapat menimbulkan berbagai masalah dan perdebatan di Korea Selatan seperti jika perempuan karir bekerja di suatu perusahaan menikah dan kemudian hamil maka perusahaan akan cenderung mendorong perempuan hamil tersebut untuk mengundurkan diri dibandingkan mengambil cuti. Karena perempuan yang hamil lalu melahirkan fokusnya akan terbagi dan berdampak pada kinerjanya terhadap perusahaan. Dampak dari aturan tersebut perempuan di Korea memutuskan untuk tidak menikah dan akhirnya tidak punya anak, hal ini akan mempengaruhi Sumber Daya Manusia yang ada di Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan yang bisa diambil adalah dari kondisi di atas bisa dikatakan bahwa perjuangan perempuan di Korea Selatan selama 5 tahun ke depan akan tidak mudah. Dengan terpilihnya Yoon Seok Yeol sebagai Presiden Korea Selatan yang baru tentunya akan membuat ketimpangan antara perempuan dan laki-laki justru semakin nyata. Apalagi dengan ia yang berupaya menghapus kementerian perempuan dan kesetaraan gender dan sikap anti-feminismenya. Hak-hak perempuan akan semakin sulit didapatkan dan bahkan terancam hilang dengan dihapuskannya Kementerian Kesetaraan Gender.
Sumber referensi
Eddie, Kim. 2022. "KOREA’S ‘INCEL PRESIDENT’ IS FAR FROM ALONE", https://melmagazine.com/en-us/story/yoon-suk-yeol-anti-feminism, diakses pada 1 April 20.16 WIB.
2022."Arah Kebijakan Presiden Terpilih Yoon Suk Yeol 5 Tahun ke Depan", https://world.kbs.co.kr/service/news_view.htm?lang=i&Seq_Code=66093, diakses pada 1 April 2022 pukul 19.40 WIB.
ADVERTISEMENT
2022."Pergeseran Tren Politik Korea Selatan saat Yoon Suk-yeol Jadi Presiden", https://www.dw.com/id/pergeseran-tren-politik-korea-selatan-usai-pemilu-presiden/a-61075593, diakses pada 1 April 2022 pukul 19.36 WIB.
Harness, Avissa. 2022. "Kontroversi Presiden Korea Selatan yang Disebut Anti Feminismes", https://kumparan.com/kumparanwoman/kontroversi-presiden-korea-selatan-yang-disebut-anti-feminismes-1xgr86pEsDK/full, diakses pada 2 April 11.46 WIB.
Kontributor Singapura, Ericssen. 2022. "Yoon Suk Yeol, Presiden Baru Korea Selatan Berjuluk Trump Versi Korsel", https://www.kompas.com/global/read/2022/03/13/140300870/yoon-suk-yeol-presiden-baru-korea-selatan-berjuluk-trump-versi-korsel?page=all, diakses pada 2 April 2022 pukul 11.55 WIB.