news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Bergelut di Dunia Mode

Angeli Valencia Pratiwi
Mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
30 Mei 2022 21:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Angeli Valencia Pratiwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret Mesin Jahit di Prodi Tata Busana UNESA (Sumber Foto : Tamara Vida)
zoom-in-whitePerbesar
Potret Mesin Jahit di Prodi Tata Busana UNESA (Sumber Foto : Tamara Vida)
ADVERTISEMENT
Perjalanan hidup setiap orang pasti berbeda-beda. Ada yang memilih berjalan mengikuti kata hati, ada juga yang dipaksa oleh keadaan untuk memilih suatu jalan lain. Semua itu dipilih demi diri dan kebahagiaan orang-orang yang dicintai.
ADVERTISEMENT
Tamara Vida Callista Bella, atau biasa dipanggil Tamara. Gadis asal Bojonegoro yang lahir pada 26 Mei 2002 ini, kini berkuliah di Universitas Negeri Surabaya, Program Studi Tata Busana. Keputusannya untuk menimba ilmu di UNESA bukanlah keinginannya sejak awal.
Awalnya Tamara lolos di Politeknik Negeri Jember melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Politeknik Negeri (SNMPN). Akan tetapi tidak ia ambil karena terhalang izin dari orang tuanya. Oleh karena itu, ia harus mengikuti SBMPTN untuk bisa masuk ke perguruan tinggi lain. Dirinya pun sempat dibuat bingung harus mengambil program studi antara tata rias atau tata busana. Namun ternyata akhirnya ia lolos di Program Studi DIII Tata Busana UNESA.
Menjalani kehidupan sebagai mahasiswi Program Studi Tata Busana tentunya tidak mudah. Tamara yang sejatinya tidak memiliki skill dan basic menjahit serta menggambar sempat mengalami kesulitan di awal. Ia tak jarang sering menangis akibat merasa kesulitan mengerjakan tugas-tugas yang jumlahnya tidak sedikit dari para dosen.
ADVERTISEMENT
Ketika masih menjalani perkuliahan secara online, Tamara pernah berpikir dan merasa bahwa dirinya banyak tertinggal oleh teman-temannya karena ia tidak terlalu pandai menjahit. Tetapi ternyata setelah bertemu dengan teman-temannya secara langsung dan belajar bersama, ia sadar bukan hanya dirinya yang mengalami kesulitan dan masih sering salah teknik saat menjahit.
Selain itu, tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan oleh Tamara untuk kebutuhan praktik menjahit. Dari awal, ia harus membeli mesin jahit, peralatan menjahit dan menggambar serta beberapa kain untuk bahan membuat baju rancangannya. Dalam satu mata kuliah saja, Tamara pernah menghabiskan biaya mencapai satu juta rupiah untuk tiga model baju.
Suka dan duka dilalui Tamara selama empat semester. Tak hanya duka, ia tentu juga merasakan suka. Seperti ketika ia merasa sangat senang dan bangga setiap kali berhasil menghasilkan produk baju sesuai dengan desain yang diinginkannya. Tamara bahkan memajang baju-baju dengan berbagai model yang telah ia buat di ruang tamu rumahnya.
ADVERTISEMENT
Keputusan untuk memilih jurusan tata busana tentu membuat Tamara merasa sedih pada awalnya. Namun kedua orang tuanya meyakinkan ia bahwa itu adalah jalan yang terbaik untuknya. Berbekal do’a dan restu orang tualah, Tamara yakin untuk melangkah maju.
Orang tuanya selalu menjadi support system terbesar baginya. Bahkan Sang Ibu rela menemani dirinya bergadang saat malam ketika ia harus mengerjakan banyak tugas untuk menjahit baju.
Tamara berkeinginan setelah lulus nanti, ia bisa menjadi tenaga pengajar dalam bidang yang ia pelajari. Meskipun apabila nanti keinginannya tidak tercapai, ia tetap berharap apa yang saat ini ia pelajari bisa berguna untuk masa depannya kelak.
(Angeli Valencia Pratiwi/Politeknik Negeri Jakarta)