Pengalaman Hidup Baru sebagai Anak Rantau

Angeli Valencia Pratiwi
Mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
23 Mei 2022 16:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Angeli Valencia Pratiwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret Khusnul di Polbangtan Malang (Sumber Foto: Khusnul K.)
zoom-in-whitePerbesar
Potret Khusnul di Polbangtan Malang (Sumber Foto: Khusnul K.)
ADVERTISEMENT
Perpindahan dari masa sekolah menengah ke perguruan tinggi menjadi pengalaman yang sulit sekaligus menarik bagi kehidupan beberapa orang. Pengalaman baru yang tentu terasa berbeda dari sebelumnya. Apalagi jika harus berpindah ke tempat yang jauh dari rumah.
ADVERTISEMENT
Pengalaman itu juga dirasakan oleh gadis asal Bojonegoro bernama Khusnul Khotimah. Khusnul lahir di Bojonegoro, 22 Juni 2002. Keputusan untuk berada jauh dari keluarga karena kewajiban menuntut ilmu lebih tinggi membuat dirinya cukup sedih dan berat hati.
Sudah sejak 12 Maret 2022 Khusnul jauh dari kedua orang tuanya. Kini ia tinggal di asrama Politeknik Pembangunan Pertanian Malang, tempatnya menimba ilmu. Kerinduan jelas selalu dirasakan olehnya setiap hari.
Perasaan semacam homesick selalu melanda siapa saja ketika pertama kali jauh dari rumah, tak terkecuali Khusnul.
Awalnya terasa sangat sulit baginya. Setiap malam ia akan selalu menangis. Tangisan yang disebabkan karena rasa rindu atau bahkan rasa lelah fisik dan batin yang ia dapat setelah beraktivitas seharian.
ADVERTISEMENT
Takut dan ragu jika dirinya tidak mampu bertahan di tempat baru juga sering ia rasakan.
“Waktu awal tuh aku sering nangis kalau malam soalnya capek, nangisnya ya diam-diam. Mau telfon Bapak atau Ibu juga takut, takut makin kencang nangisnya,” ungkap Khusnul.
Gadis yang sebelumnya berkuliah namun masih secara online di Universitas Diponegoro ini mengatakan bahwa kesulitan yang ia rasa di awal ternyata terasa mudah seiring berjalannya waktu. Khusnul terus berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
Di sisi lain, Khusnul juga bersyukur dipertemukan dengan teman-teman yang berasal dari berbagai daerah. Karena sesama anak rantau, jadi ia dan teman-temannya bisa saling berbagi kesedihan hingga kebahagiaan bersama.
Bertemu banyak orang baru dengan bermacam-macam kepribadian membuatnya belajar banyak hal. Jika sebelumnya ia sering bergantung dengan keluarga di rumah, kini ia bisa melakukan banyak hal sendiri.
ADVERTISEMENT
“Aku lama-lama berusaha enjoy aja sih. Bersyukur juga karena bisa ketemu sama teman-teman yang baik dan saling peduli,” ujarnya.
Khusnul mengakui bahwa ia tidak pernah menyesal karena sudah mengambil keputusan ini. Justru ia bangga pada diri sendiri karena berhasil keluar dari zona nyamannya untuk mencoba hal atau pengalaman baru.
Dirinya bertekad untuk belajar sekuat tenaga agar bisa membuat kedua orang tuanya bangga dan membuat masa depannya menjadi cerah. Khusnul yakin bahwa perjuangannya menghadapi kesulitan saat ini tidak akan berakhir sia-sia. Baginnya semua ini adalah bagian dari proses untuk meraih mimpi.
Semangat dan do’a dari kedua orang tualah yang selalu menguatkan ia melalui masa-masa sulit yang membuatnya merasa lelah.
(Angeli Valencia Pratiwi/Politeknik Negeri Jakarta)
ADVERTISEMENT