Bos Freeport McMoran Datangi ESDM, Perundingan Dimulai

4 Mei 2017 18:15 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Richard Adkerson, CEO Freeport. (Foto: Edy Sofyan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Richard Adkerson, CEO Freeport. (Foto: Edy Sofyan/kumparan)
CEO Freeport McMoRan Inc. Richard C. Adkerson mendatangi kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kamis (4/5). Kedatangan bos perusahaan tambang yang berbasis di Arizona, Amerika Serikat, tersebut adalah untuk membahas kelanjutan negosiasi kontrak di areal tambang Grasberg, Tembagapura, Mimika, Papua.
ADVERTISEMENT
Pertemuan digelar selama hampir dua jam sejak pukul 15.30 WIB. Dalam pertemuan itu, Richard didampingi Direktur Eksekutif Freeport Indonesia Tony Wenas dan Juru Bicara Freeport Riza Pratama.
"Pertemuan ini adalah perundingan formal pertama tim perundingan Freeport dan pemerintah. Dari pihak pemerintah dibuka Menteri dan Wakil Menteri ESDM, tim dari Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, BKPM, Jaksa Agung, Pemerintah Papua, Timika dan masyarakat adat Kamoro maupun Amungme," jelas Staf Khusus Menteri ESDM, Hadi M Djuraid​ saat konferensi pers di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (4/5).
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Teguh Pamuji menjelaskan, pertemuan ini fokus pada pembahasan perundingan jangka panjang, yang harus menemui kesepakatan hingga berakhirnya Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) 'Sementara' PTFI sampai 10 Oktober 2017.
ADVERTISEMENT
"Artinya kita masih punya waktu 5 bulan. Tapi harapan Pak Menteri bisa lebih cepat, diselesaikan dalam 1-2 bulan saja," jelas Teguh.
Menurut dia, ada empat hal yang harus dibahas dalam perundingan, yang pertama tentang stabilitas investasi yang terkait ketentuan fiskal baik pusat maupun daerah, kedua divestasi 51 persen saham, ketiga tentang kelangsungan operasi setelah 2021, dan pembangunan​ smelter.
Sementara itu, Richard mengatakan pihaknya menekankan stabilitas investasi karena ingin terus melanjutkan operasi, dan membantu menggerakkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Papua.
"Kami ingin mendapatkan kepastian untuk bisa menggelontorkan dana yang cukup besar untuk mengembangkan underground resources (sumber daya bawah tanah)," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Tahun ini Freeport McMoran Inc berencana mengucurkan investasi tambahan sebesar 1,8 miliar dolar AS. Rinciannya adalah 1,1 miliar dolar AS dialokasikan untuk proyek utama termasuk di dalamnya Indonesia sebesar 0,9 miliar dolar AS. Sedangkan 0,7 miliar dolar AS dialokasikan untuk tambang lainnya.
Freeport berencana meningkatkan kapasitas smelter hingga 3 juta ton agar seluruh produksi konsentrat tembaga dari Tambang Grasberg bisa dimurnikan di dalam negeri. Penambahan kapasitas itu membutuhkan biaya investasi sekitar US$ 2,3 miliar atau setara dengan Rp 30 triliun.
Selain itu, Freeport juga berencana menyiapkan investasi tambahan hingga 15 miliar dolar AS untuk pengembangan tambang bawah tanah (underground) di tambang terbuka Grasberg. Di sana Freeport mengembangkan 5 tambang bawah tanah, yaitu Grasberg Block Cave, Kucing Liar, Big Gossan, DMLZ, dan DOZ.
ADVERTISEMENT