Membandingkan Data BPS dan Jokowi Soal Daya Beli Masyarakat

4 Oktober 2017 14:56 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jokowi di Jambore Nasional Kader PKK (Foto: Dok. Biro Pers Setpres)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi di Jambore Nasional Kader PKK (Foto: Dok. Biro Pers Setpres)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Joko Widodo dalam pidatonya di acara penutupan Rakornas Kantor Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia pada Selasa kemarin, menyinggung soal masalah penurunan daya beli masyarakat. Menurut Jokowi, isu tersebut dipolitisasi demi kepentingan 2019.
ADVERTISEMENT
Jokowi menilai daya beli masyarakat stabil. Menurut dia, dari beberapa indikator seperti perdagangan yang tumbuh sekitar 18,7%, industri naik 16,36%, pertanian naik 23% dibanding tahun lalu.
"Angka seperti ini gimana. Masa angka nggak percaya?" kata Jokowi.
Selain itu, Jokowi menjelaskan saat ini banyak toko tutup dan sewa gudang yang harganya justru meningkat tajam. Jasa perusahaan di bidang sewa gudang, tambah Jokowi, meningkat 14,7%.
"Ada shifting dari offline ke online. Sama ini, di China juga sama. Kalau kita ngitungnya dari online yang gede-gede. Misalnya Bukalapak, Blibli, enggak muncul. Karena orang jualan lewat Instagram, Facebook," tegasnya.
Sementara berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang kuartal II tahun ini tercatat 5,01%. Angka itu lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 5,18%.
ADVERTISEMENT
Salah satu indikator yang mengukur daya beli masyarakat adalah konsumsi rumah tangga. Sektor ini memang menjadi tumpuan utama dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pada periode tersebut, konsumsi rumah tangga kuartal II tahun ini hanya mencapai 4,95%, hanya naik tipis dibandingkan kuartal sebelumnya yang pertumbuhannya 4,94%. Perlambatan juga terlihat dari konsumsi rumah tangga pada kuartal II tahun lalu yang mencapai 5,07%.
BPS menilai adanya peralihan pola konsumsi di masyarakat dari konsumsi pokok seperti pakaian ke leisure atau rekreasi. Pada periode tersebut, konsumsi restoran dan hotel melonjak dari 5,43% menjadi 5,87%.
Jika dilihat data tersebut, daya beli masyarakat memang masih tumbuh seperti yang disampaikan Jokowi. Namun, pertumbuhannya sangat tipis dari 4,94% pada kuartal I tahun ini menjadi 4,95% pada kuartal II. Namun, konsumsi rumah tangga turun jika dibandingkan kuartal II tahun 2016 yang mencapai 5,07%.
ADVERTISEMENT