Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Sri Mulyani Targetkan Angka Ketimpangan Tahun Depan Menurun
19 Mei 2017 13:52 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi pada tahun depan berada pada kisaran 5,4-6,1 persen, lebih tinggi dibandingkan target pertumbuhan ekonomi pada tahun ini yang dipatok 5,1 persen.
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan angka pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi tersebut diarahkan untuk mendorong pemerataan di kawasan timur Indonesia, kawasan perbatasan, dan daerah tertinggal.
"Dengan kebijakan tersebut, diharapkan tingkat pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan bisa menurun," kata Sri Mulyani saat menyampaikan kerangka ekonomi makro dalam rapat Paripurna DPR di Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Jumat (19/5).
Sri Mulyani mengatakan, pada tahun depan pemerintah menargetkan tingkat pengangguran ditargetkan turun menjadi 5,1-5,4 persen. Sementara tingkat kemiskinan diproyeksikan menjadi 9-10 persen.
Adapun tingkat ketimpangan atau rasio gini diharapkan menjadi 0,38. Dan tingkat kesejahteraan masyarakat juga akan semakin meningkat, tercermin pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencapai 71,38.
ADVERTISEMENT
Namun, dia mengakui akan banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai target tersebut, di antaranya pengelolaan fiskal. Menurut dia, perlu diperkuat ruang fiskal untuk menjaga ketahanan ekonomi dengan menopangn belanja produktif dan prioritas.
Pemerintah, kata dia, akan memperkuat kualitas belanja untuk menstimulus perekonomian. Selain itu, perlunya meningkatkan efektivitas bantuan sosial dan subsidi serta transfer ke daerah untuk mengakselarasi pengurangan angka kemiskinan dan kesenjangan.
"Terakhir, perlunya tetap menjaga keberlanjutan fiskla dan memperkuat fondasi kebijakan ekonomi," katanya.
Pemerintah juga akan menempuh tiga strategi utama melalui optimalisasi pendapatan negara dan menjaga iklim investasi, efisiensi belanja, dan peningkatan belanja produktif.
ADVERTISEMENT
"Hal ini untuk mendukung program prioritas, serta mendorong pembiayaan yang efisien, inovatif, dan berkelanjutan," pungaksnya.