Konten dari Pengguna

Malam Saru di Hainan

Anggi Kusumadewi
Kepala Liputan Khusus kumparan. Enam belas tahun berkecimpung di dunia jurnalistik.
19 Januari 2018 5:14 WIB
clock
Diperbarui 20 Desember 2019 6:09 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anggi Kusumadewi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Las Vegas Show di Sanya, Hainan. (Foto: Anggi Kusumadewi)
zoom-in-whitePerbesar
Las Vegas Show di Sanya, Hainan. (Foto: Anggi Kusumadewi)
ADVERTISEMENT
“Mbak Anggi, bikin tulisan yang bagus dari sana, ya. Kayak ini nih,” kata rekan sejawat saja, Wandha Nur, melempar permintaan sambil menyertakan tautan artikel berjudul Menara, Naga, dan Kaligrafi di Masjid Xi’an.
ADVERTISEMENT
Olalaa… saya langsung tak berjanji menyanggupi. Apalagi, saat Dek Wandha melontarkan gagasan itu via WhatsApp, saya tengah menyaksikan pertunjukan saru di Sanya, Hainan. Yeah, saru alias tak (atau kurang) senonoh.
Di depan saya, seorang perempuan dalam sangkar (ya, ia betul-betul berada dalam sangkar besi besar, dikurung seperti burung) sedang menari-nari dengan hanya mengenakan kutang dan cawat.
Bukan, saya bukan sedang berada dalam kelab malam atau diskotek, tapi sedang menonton Las Vegas Show di Beauty Crown Grand Theatre—pertunjukan malam populer berskala besar di kota wisata ini, yang katanya dirancang oleh tim yang telah sukses menggelar pegelaran serupa di Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat.
Kehadiran saya di gedung teater itu tak lain atas undangan tuan rumah—yang ingin menyenangkan tamu-tamunya dengan menunjukkan atraksi turisme asyik, plus memperlihatkan sisi megah kotanya, Sanya, yang kerap dijuluki China’s Florida.
ADVERTISEMENT
Pertunjukan Las Vegas di Sanya itu memang tak mengecewakan, meski mungkin tak semua orang merasa nyaman (kendati suka) melihatnya. Sebab, tak semua orang senang melihat hal saru secara nyata di depan mata. Walau di sini, ya barangkali itu biasa. Beda daerah kan beda standar, dengan langgam masing-masing.
Selain aksi perempuan dalam sangkar dalam pertunjukan itu, ada banyak atraksi lain yang juga saru (meski si perempuan dalam sangkar tetap yang tersaru). Misalnya saja, tiba-tiba puluhan Marilyn Monroe--dengan gaun putihnya yang legendaris ketika tertiup angin--keluar dari balik layar dan berjalan megal-megol di atas panggung sambil mengangkat-angkat rok mereka hingga (lagi-lagi) cawatnya kelihatan.
Bukan berarti Marilyn Monroe--aktris blonde yang tersohor sebagai simbol seks pada era 1950-an--hidup lagi dan jadi berlipat ganda. Namun, ia “dihidupkan” melalui perempuan-perempuan yang menari-nari seksi dengan busana dan rambut menyerupainya.
Las Vegas Show di Hainan. (Foto: Anggi Kusumadewi)
zoom-in-whitePerbesar
Las Vegas Show di Hainan. (Foto: Anggi Kusumadewi)
Pemandangan saru memang langsung mendominasi sejak layar diangkat dan pertunjukan dimulai. Hampir seluruh perempuan di pementasan itu membawakan tarian dengan hanya berkutang dan bercawat, meski ada banyak variasi pada pakaian “seragam” mereka itu. Kostum Marilyn Monroe sih masih terhitung santun. Saking roknya kerap diangkat tinggi-tinggi.
ADVERTISEMENT
Anyway, para performer yang cantik-cantik itu tak hanya berasal dari China, tapi juga Rusia (yang jumlahnya mungkin sama banyak dengan rekan-rekan China-nya). Kombinasi gadis-gadis Rusia (mungkin juga Ukraina) dan China itu menyuguhkan ragam tarian, termasuk tari perut atau belly dance dari jazirah Arab, hingga tarian dalam akuarium—yang sungguhan berisi air—raksasa, ckckck.
Tentu saja, performer dalam pertunjukan itu tak cuma perempuan. Banyak pula pemuda gagah tampan yang menari dan berakrobat. Ah ya, ini bukan sekadar tontonan tari, tapi campur-campur. Ada nyanyian, akrobat, bahkan sulap. Macam sirkuslah.
Akrobatik dan sulap Las Vegas Show itu cukup memukau. Bila “perempuan dikurung dalam sangkar” muncul pada awal pertunjukan, menjelang akhir pegelaran “perempuan dikarengkeng dalam kandang” membuat penonton terpana.
ADVERTISEMENT
Jadi, seorang perempuan masuk ke dalam kandang besar berjeruji besi. Lalu setelah ia masuk, kandang dikunci dan ditutup dengan kain hitam, kemudian digeser ke arah depan mendekati penonton. Selanjutnya, kain hitam dibuka daan… perempuan di dalamnya telah berubah menjadi HARIMAU!
Ya, harimau loreng besar—yang membuat saya merapal doa agar kandang benar-benar sudah digembok kencang.
Akrobatik balet di udara juga tak kalah mencengangkan. Dua penari, lelaki dan perempuan, menari-nari di udara sambil berputar-putar cepat bak gasing. Betapa luar biasa mereka tak terlihat pusing. Ah, anda harus lihat sendiri.
Hingga akhirnya, pementasan ditutup dengan (lagi-lagi) tarian perempuan-perempuan berkutang dan bercawat.
Saya jadi ingat dua tahun lalu kala menyaksikan Opera Peking di Beijing dengan para pemain yang berkostum “lengkap” dari leher sampai ujung kaki. Tentu nuansanya jauh berbeda dengan nonton Las Vegas Show yang saru (tapi asyik) ini, berhubung jenis pertunjukannya juga beda genre.
ADVERTISEMENT
Kalau sudah begini, tulisan model apa coba yang sebaiknya saya bikin? Ya, paling banter segini dulu, Dek Wandha. Syukur-syukur nanti ada “temuan” menarik lain yang bisa saya alirkan jadi cerita bagus.
Oke, morning call sudah berdering. Saatnya saya bergegas. Zài jiàn!
Update: Ini aliran cerita lain yang akhirnya saya dapatkan ;)