Konten dari Pengguna

Pagi Gembira Papa Bersama Koes Plus

Anggi Kusumadewi
Kepala Liputan Khusus kumparan. Enam belas tahun berkecimpung di dunia jurnalistik.
5 Januari 2018 9:26 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anggi Kusumadewi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pagi Gembira Papa Bersama Koes Plus
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Bukan lautan hanya kolam susu Kail dan jalan cukup menghidupimu Tiada badai tiada topan kau temui Ikan dan udang menghampiri dirimu
ADVERTISEMENT
Orang bilang tanah kita tanah surga Tongkat kayu dan batu jadi tanaman Orang bilang tanah kita tanah surga Tongkah kayu dan batu jadi tanaman
Dulu, kalau lagu itu sudah mengalun di rumah saya pagi hari saat weekend, tandanya kondisi rumah sampai tengah hari terjamin aman tenteram, soalnya artinya hati si papa sedang gembira.
Bukan apa-apa, papa saya dari dulu punya penyakit darah tinggi. (Sekarang kamu tahu kan kenapa saya kadang pemarah? Gen turunan saya rasa, hahaha). Dan untuk niteni apakah darahnya si papa ini sedang tinggi atau normal, salah satunya ya dari lagu-lagu Koes Plus itu.
Kalau musik Koes Plus mengalun di lantai bawah, pokoknya amanlah. Tak bakal terlalu banyak seruan-seruan yang terdengar menyebalkan di telinga saya. (Dari kecil, saya benci berisik. Saya punya kadar toleransi rendah terhadap kebisingan di sekitar, sampai-sampai si papa pernah nyelutuk, kalau mau sepi, ya di kuburan--ya pastilah, pada akhirnya semua orang akan ke sana. Tapi di dalam kuburan nanti sepi atau tidak, kan tidak tahu juga, ya kan ya kan?)
ADVERTISEMENT
Kembali ke Koes Plus, grup musik legendaris yang menapak masa keemasannya pada era 1970-an itu memang favorit papa saya. Kala santai hari Minggu, ia berkebun atau sekadar bongkar-bongkar Vespa sambil ditemani lagu Koes Plus--sampai kadang saya bosan mendengarnya, sebab itu kaset diputar terus. Sudah habis, diputar lagi. Side A, Side B, Side A, Side B. Lagi lagi lagi lagi… Ya Gusti.
Mana lagi, si papa mungkin punya semua kaset Koes Plus (iya, zaman saya SD dulu masih pakai kaset).
Buat apa susah… Buat apa susah… Lebih baik kita bergembira Buat apa susah… Buat apa susah… Lebih baik kita bergembira
Tentu saja, itu kalau darah tinggi si papa sedang tak kumat. Kalau lagi kumat yhaa… wassalam. Lebih baik jauh-jauh dari lantai bawah. Mendekam di antara timbunan buku cerita saya di kamar lantai atas, sibuk membangun dunia khayali, hahaha...
ADVERTISEMENT
Apapun, papa saya tumbuh bersama Koes Plus. Jadi wajar saja jika lagu-lagu mereka mampu melunakkan hati kerasnya dengan mudah. Lagi pula, lagu-lagu Koes Plus memang easy listening--mudah diingat, mudah dihafal. Sederhana tapi asyik. Dan terkesan amat Indonesia.
Nusantara… betapa aman Nusantara… betapa tenteram Nusantara… untaian permata
Nusantara… betapa ramah Nusantara… betapa cerah Nusantara… di khatulistiwa
Potret Yon Koeswoyo di rumah duka. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Potret Yon Koeswoyo di rumah duka. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Ingatan soal Koes Plus dan hati gembira papa saya di Minggu pagi itu mendadak menyusup ke kepala kala dua jam lalu mendengar kabar Yon Koeswoyo, vokalis dan gitaris Koes Plus, meninggal dunia. Ia menutup mata di usia 77 tahun karena komplikasi penyakit.
Lantunan lagu Koes Plus dari masa lalu lamat-lamat terdengar…
Begini nasib jadi bujangan Ke mana mana asalkan suka Tiada orang yang melarang
ADVERTISEMENT
Hati senang walaupun tak punya uang Hati senang walaupun tak punya uang