Konten dari Pengguna

Salah Kaprah Bahasa: Anarki Bukan Kekerasan

Anggi Kusumadewi
Kepala Liputan Khusus kumparan. Enam belas tahun berkecimpung di dunia jurnalistik.
3 Maret 2018 7:31 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anggi Kusumadewi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Salah Kaprah Bahasa: Anarki Bukan Kekerasan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“Kenapa anarkis lagi disalahin?!” kata seorang kawan saya ketika membaca artikel yang, katakanlah, berjudul Kampus Larang Mahasiswa Anarkis. “Padahal yang disebut dalam isi artikel itu ‘melakukan kekerasan’. Enggak ada kata ‘anarkis’ sama sekali,” ujarnya masih mengomel--panjang.
ADVERTISEMENT
Mendengar dia menggerutu merengut begitu, saya cuma geleng-geleng kepala. Ini bukan kali pertama ia menggerundel soal “anarki” atau “anarkis”. Mau bagaimana lagi, kedua kata itu memang sering disalahpahami, sehingga salah kaprah ketika digunakan dalam kalimat lisan atau tulisan.
“Melakukan kekerasan” kerap dianggap sama dengan “anarkis”. Itulah masalahnya--dan kesalahannya. Sebab arti kedua kata itu tidak sama.
Paling mudah, mari tengok kamus. Jangan malas-malas buka kamus, ah. Zaman sekarang kan sudah ada Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring yang bisa diakses gampang via laptop atau ponsel. Tak mesti buka buku tebal yang beratus-ratus halaman macam ensiklopedia.
Menurut KBBI Daring keluaran Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2016, “anarkis” ialah: 1. Penganjur (penganut) paham anarkisme. 2. Orang yang melakukan tindakan anarki.
ADVERTISEMENT
Sebentar, sebentar, lalu apa “anarkisme” dan “anarki”? Begini...
Anarki yaitu: 1. Hal tidak adanya pemerintahan, undang-undang, peraturan, atau ketertiban. 2. Kekacauan (dalam suatu negara)
Sementara anarkisme adalah “ajaran yang menentang kekuatan negara; teori politik yang tidak menyukai adanya pemerintahan dan undang-undang.”
Nah, adakah kata “kekerasan” tercantum dalam penjelasan soal makna anarki, anarkis, dan anarkisme di atas?
Jawabannya sudah jelas: tidak ada.
Karena memang anarki bukan kekerasan.
Seperti dijelaskan di atas, anarki ialah “ketiadaan pemerintahan atau ketertiban”, sedangkan anarkisme ialah “paham yang menentang kekuatan negara”.
Berbeda dengan “kekerasan” yang memiliki arti: 1. Perihal (yang bersifat, berciri) keras. 2. Perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. 3. Paksaan.
ADVERTISEMENT
Sekarang, mari kembali ke judul artikel: Kampus Larang Mahasiswa Anarkis.
Pada isi artikel, rektor berucap: Kami minta mahasiswa tidak melakukan kekerasan.
Kalau sesuai judul, mestinya rektor berkata: “Kami minta mahasiswa tidak menganut paham anarkisme” atau “Kami minta mahasiswa tidak melakukan tindakan anarki”.
Dan, ingat, seperti sudah disebutkan di atas: anarki bukan kekerasan.
Anarki ialah “ketiadaan pemerintahan” atau “kekacauan dalam negara”.
Apakah sang rektor meminta mahasiswa untuk tidak melakukan kekacauan dalam negara?
Tidak. Rektor pada artikel itu meminta mahasiswa “tidak melakukan kekerasan.”
Salah kaprah penggunakaan kata “anarki” dan “anarkis” ini sebetulnya telah disoroti Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud. Pada salah satu lamannya, ia menyatakan, anarkis itu mengacu pada orang. Contoh penggunaannya dalam kalimat seperti ini: Kelompok anarkis di negara itu sering berbuat onar.
Salah Kaprah Bahasa: Anarki Bukan Kekerasan (1)
zoom-in-whitePerbesar
“Anarki” termasuk kata serapan. Ia diserap dari Bahasa Inggris: anarchy.
ADVERTISEMENT
Anarchy, menurut Oxford English Dictionary, memiliki arti:
1. A state of disorder due to absence or non-recognition of authority or other controlling systems. Contoh penggunaan dalam kalimat: He must ensure public order in a country threatened with anarchy.
2. Absence of government and absolute freedom of the individual, regarded as a political idea. Contoh penggunaan dalam kalimat: Freedom of association and a free press do not promote anarchy.
Kata “anarchy” dalam Bahasa Inggris itu diserap dari Bahasa Yunani: anarkhia. Sementara “anarkhia” diambil dari kata “anarkhos” (an = without + arkhos = chief/ruler) yang berarti “tanpa pemimpin”.
Jadi, makna “anarki” sejak dari Bahasa Yunani, Inggris, kemudian Indonesia, sesungguhnya sesuai satu sama lain. Yang lalu tidak sesuai adalah penggunaannya yang salah kaprah dalam Bahasa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Salah kaprah (kesalahan yang umum sehingga tidak dirasa sebagai kesalahan) itu dilanggengkan mulai dari pejabat negara hingga wartawan media massa--yang menjadikannya kian masif disalahpahami.
Tentu tak semua begitu. Pada satu artikel, misalnya, saya menemukan kalimat seperti ini:
“Tindakan anarkis (vandalistis -red) tidak saya tolerir,” kata Ketua The Jakmania, Ferry Indrasjarief.
Catatan redaksi yang dibubuhkan pada kalimat itu tepat, karena memang yang dimaksud Ferry sesungguhnya bukan “anarkis”, tapi “vandalistis” yang artinya “bersifat vandal” atau “bersifat merusak dan menghancurkan secara kasar dan ganas”.
Saat itu Ferrry berbicara tentang suporter fanatik yang membobol dan merusak pagar Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Intinya, secara linguistik, anarki bukan kekerasan, bukan pula perusakan (vandalisme).
Jadi, tolong, jangan salah lagi.
ADVERTISEMENT
Catatan: gambar ilustrasi diambil dari Pixabay.