Terima Maaf Natasha, AIMI Jogja Tetap Sesalkan #MakanMayit

2 Maret 2017 16:46 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Eksperimen Makan Mayit oleh Natasha (Foto: instagram/@suazadmedia )
zoom-in-whitePerbesar
Eksperimen Makan Mayit oleh Natasha (Foto: instagram/@suazadmedia )
Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia Cabang Jogja telah menerima permintaan maaf Natasha Gabriella Tontey, seniman di balik jamuan Little Shop of Horrors yang kemudian ramai di media sosial dengan hashtag #MakanMayit. (Selengkapnya: )
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Ketua AIMI Jogja Nurul Jamilah tetap menyesalkan penyelenggaraan seni eksperimental #MakanMayit di Jakarta akhir pekan lalu, Sabtu (25/2), yang ia anggap “sangat tidak etis.”
“Menurut pendapat kami (AIMI Jogja), terlepas dari seni atau bukan, eksperimen harus memperhatikan etika dan norma yang berlaku di negara ini. Ketika dia bilang membuat keju dari ASI, itu jelas kurang proporsional. ASI yang untuk bayi, dijadikan makanan buat orang dewasa dengan fermentasi keringat bayi,” kata Nurul kepada kumparan, Kamis (2/3).
“Bagi kami, hasil karya seperti itu masih tidak etis. Bayangkan perasaan ibu-ibu yang pernah keguguran atau ingin punya anak,” ujar Nurul.
Seniman Muda Natasha Gabriella Tontey (Foto: Facebook/Natasha Gabriella Tontey)
zoom-in-whitePerbesar
Seniman Muda Natasha Gabriella Tontey (Foto: Facebook/Natasha Gabriella Tontey)
AIMI Jogja melayangkan protes kepada Natasha dua hari setelah acara #MakanMayit dihelat, Senin (27/2), karena nama organisasi mereka terbawa-bawa dalam event tersebut.
ADVERTISEMENT
Nurul bercerita, semula AIMI Jogja bahkan tak tahu sama sekali soal jamuan #MakanMayit yang berlangsung di Jakarta. Namun kemudian, salah satu grup WhatsApp berisi ibu-ibu memasukkan seorang pengurus AIMI Jogja ke grup tersebut untuk meminta klarifikasi.
“Apa benar AIMI Jogja mendukung event #MakanMayit?” demikian pertanyaan yang dilontarkan kepada pengurus AIMI Jogja.
Rupanya, sang seniman #MakanMayit Natasha Gabriella Tontey dalam akun Instagram-nya, @roodkapje, menyebutkan bahwa ASI yang ia gunakan dalam jamuan horor tersebut didapat dari AIMI Jogja.
Sontak AIMI Jogja kaget. Nurul berkata, “Kami enggak tahu makan mayit itu apa. Langsung saja kami klarifikasi itu tidak benar.”
“Saat itu juga kami bertindak cepat, merespons di salah satu komen Natasha, meminta klarifikasi dan menuntut permohonan maaf 1 x 24 jam. Kalau tidak ada itikad baik, kami proses lanjutan,” ujar Nurul.
ADVERTISEMENT
Natasha pun merespons cepat ultimatum AIMI Jogja tersebut. Ia melayangkan surat permohonan maaf kepada Ketua AIMI Jogja yang juga diunggah di akun Instagram pribadinya --yang dikunci.
Surat permohonan maaf Natasha. (Foto: http://www.imgrum.org)
zoom-in-whitePerbesar
Surat permohonan maaf Natasha. (Foto: http://www.imgrum.org)
Permintaan maaf Natasha itu diterima oleh Nurul dan AIMI Jogja. “Dia menanggapi protes dari kami, mengirim dan memposting permohonan maaf di akun Instagram-nya. Kami hargai itikad baiknya. Kami repost surat permohonan maafnya, dan kasus kami tutup.”
Meski begitu, kontroversi yang dipicu #MakanMayit belum usai. Dalam petisi online via change.org berjudul #ProtesMakanMayit yang diinisasi Aliansi Ibu Peduli Jakarta, kandungan ASI yang digunakan Natasha dalam seni eksperimentalnya itu menuai kecaman.
Petisi makan mayit. (Foto: change.org)
zoom-in-whitePerbesar
Petisi makan mayit. (Foto: change.org)
“Inisiator event #makanmayit menginformasikan terdapat makanan/minuman menggunakan ASI yang didapat dari donor ASI teman sang inisiator event yang bersedia memberikan secara sukarela. Terhadap klaim tersebut, yang kebenarannya masih dipertanyakan, sebagai bagian dari para ibu yang memperjuangkan ASI untuk anak-anak kami dengan segala daya dan upaya, hal tersebut sama sekali tidak menunjukkan empati perjuangan para ibu.”
ADVERTISEMENT
“ASI maupun zat-zat lain yang diproduksi dan/atau merupakan bagian dari tubuh manusia, tidak seharusnya dipergunakan/dieksploitasi dengan menyimpang dari fungsi asli penciptaannya,” demikian kutipan dalam petisi tersebut. (Baca selengkapnya: )
Hingga menjelang pukul 17.00 sore ini, petisi #ProtesMakanMayit mengantongi 6.521 dukungan. Jumlah tersebut masih terus bertambah dalam hitungan menit.
Bukan Bank ASI
Nurul menegaskan, AIMI sama sekali bukan bank Air Susu Ibu (ASI) yang bisa membagi-bagikan ASI dengan begitu mudahnya.
“AIMI ini support group yang memberikan pengetahuan tentang ASI dan menyusui. Kami melakukan edukasi dan konsultasi, serta mendampingi para ibu menyusui,” kata dia.
“Jadi AIMI bukan tempat untuk memberikan atau mendapatkan donor ASI, karena donor ASI harus penuh kehati-hatian. Itu sebabnya statement si seniman yang bilang membuat keju dari ASI yang didapat dari AIMI Jogja sangat tidak benar,” tegas Nurul.
ADVERTISEMENT
Dalam situs resminya, aimi-asi.org, AIMI menjelaskan diri sebagai organisasi nirlaba yang berbasis kelompok sesama ibu menyusui dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan informasi tentang ASI serta persentase ibu menyusui di Indonesia.
AIMI Pusat berkedudukan di Jakarta, dengan 14 cabangnya berada di 14 provinsi yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi.
Letter of Apology. (Foto: http://www.footurama.com/)
zoom-in-whitePerbesar
Letter of Apology. (Foto: http://www.footurama.com/)
Selain Natasha, Footuroma juga menyampaikan permohonan maaf yang ditampilkan di situs resminya, www.footurama.com. Gerai busana yang berlokasi di Kemang Timur Raya, Jakarta Selatan, itu merupakan kolaborator Natasha dalam jamuan #MakanMayit.
Di Footuroma itulah Natasha menggelar fine dining #MakanMayit yang kemudian diunggah belasan tamunya ke media sosial, dan dalam waktu cepat mengirim efek kengerian ke penjuru jagat maya --sesuai niat sang seniman untuk mengeksplorasi perasaan takut yang bersifat abstrak dalam diri tiap manusia.
ADVERTISEMENT
“Footurama menyatakan penyesalan sekaligus memohon maaf dengan segala kerendahan hati mengenai performance art bertajuk Makan Mayit karya Natasha Gabriella Tontey yang telah menyinggung masyarakat luas, terutama kaum ibu dan perempuan.”
“Sama sekali tidak ada niatan untuk melukai atau menyakiti siapapun pada acara itu. Footuroma memutuskan untuk tidak mengulangi acara serupa di masa depan,” demikian petikan permintaan maaf Footurama.
Kartika masuk daftar BBC 100 Women 2016. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kartika masuk daftar BBC 100 Women 2016. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Aktivis kesetaraan gender Kartika Jahja yang hadir di jamuan #MakanMayit dan mengunggah foto hidangan horor itu dengan keterangan bertuliskan “nyemil bayi” di akun Instagram-nya, juga telah merilis pernyataan klarifikasi dan meminta maaf kepada publik.
Lewat akun Tumblr miliknya, Kartika mengaku salah karena telah mengunggah foto suguhan jamuan #MakanMayit ke media sosial. Ia mengatakan, menulis “nyemil bayi” ketika masih di bawah pengaruh suasana jamuan makan malam mengerikan tersebut.
ADVERTISEMENT
Baca selengkapnya penjelasan Kartika di sini:
Makan malam "horor" dengan tema #makanmayit. (Foto: Instagram @roodkapje)
zoom-in-whitePerbesar
Makan malam "horor" dengan tema #makanmayit. (Foto: Instagram @roodkapje)