Saatnya Milenial, Emak-Emak dan Netizen Beralih ke Digital Banking Syariah

anggitps
Master of Science (M.Si) Islamic Economic And Finance Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia
Konten dari Pengguna
16 Juli 2020 14:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari anggitps tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto: Anggit PS (doc pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Anggit PS (doc pribadi)
Dalam beberapa tahun terakhir ini dunia telah mengalami perubahan yang sangat besar karena pengaruh disruption.
ADVERTISEMENT
Hari-hari telah berubah dari permainan eksklusif menjadi inklusif, globalisasi telah menciptakan permainan yang sepadan dari vertikal menjadi horizontal, dan para pelanggan menjadi lebih memperhatikan lingkaran sosial saat membuat keputusan daripada sekedar keinginan individu.
Banyak Mall tutup karena kalah saing dengan toko online, taksi offline tergusur taksi online, perusahan besar pada kelabakan karena permaslahan efisiensi.
Adanya pandemi covid-19 beberapa bulan ini semakin mempercepat terjadinya disruption tersebut. Terus apakah bank syariah bisa menggeser bank konvensional?
Philip Kotler dan Hermawan Kertajaya menyebut ada tiga subkultur digital yang berpengaruh dalam industri 4.0. Tiga subkultural digital tersebut adalah “pemuda (youth), perempuan (woman) dan warganet (netizen)”.
Banyak topik telah ditelusuri secara terpisah terkait ketiga segmen utama ini.
ADVERTISEMENT
Pemuda sangat masuk akal jika masuk dalam sub kultural digital tersebut karena menurut laporan the United Nations Population Fund (UNPFA) pada tahun 2014 ada 1,8 miliar orang muda usia antara 10 dan 24 tahun, angka tertinggi dalam sejarah manusia dan masih terus saja tumbuh.
Menariknya, sekitar 90% dari mereka tinggal di negara-negara berkembang.
Anda baru akan percaya jika perempuan termasuk salah satu dari sub digital tersebut setelah melihat data survey berikut.
Laporan Pew Reseach Center pada tahun 2008 menyampaikan bahwa di Amerika Serikat perempuan berperan dalam mengambil keputusan sebesar 41% rumah tangga sedangkan laki-laki hanya 26% dan sisanya lagi atas kesepakatan mereka berdua.
Mark Plus Insight juga pada tahun 2015 melakuka penelitian yang hasilnya bahwa sekitar 74% perempuan di Indonesia mengelola keuangan keluarga walaupun hanya 51% saja dari mereka yang bekerja.
ADVERTISEMENT
“Maha benar warganet dengan segala cuitannya”, kata ini semacam gurauan tapi sangat relevan dengan kondisi saat ini. Warganet adalah demokrasi sejati karena mereka melihat dunia secara horizontal, bukan vertikal.
Warganet adalah penghubung sosial karena banyak sekali perannya saat ini, mereka saling berhubungan, berbicara, berkomunikasi, meganjurkan sampai menyumbang konten di dunia online. Itu kenapa warganet juga dimasukkan ke dalam sub kultural digital.
Pada tulisan saya sebelumya yang berjudul “Pandemi Covid-19 : Melihat Kreatifitas Bank Syariah Menghadapi Krisis” kita mecoba membahas bagaimana kreatifitas Bank Syariah secara umum dalam menyambut tantangan bisnis di masa pandemi seperti sekarang ini.
Pada tulisan kali ini kita akan coba fokuskan kepada digital banking.
ADVERTISEMENT
Saya berkeyakinan dalam upaya untuk terus tumbuh di masa pandemi seperti sekarang ini, digital banking menjadi isu utama yang harus terus dikawal oleh perbankan syariah di Indonesia.
Karena digital banking merupakan sebuah tuntutan untuk kita bisa menyesuaikan dengan arah industri 4.0 yang bergerak dari tradisional ke digital dan juga memiliki kecocokan dengan protokol phisical distancing di masa pandemi Covid-19.
Yang menjadi lebih menarik lagi untuk dikupas adalah, apakah Bank Syariah sudah tepat dalam mengarahkan bidikannya kepada segmen sub kultural digital tersebt?
Mengajak Milenial, Emak-Emak dan Netizen
Langkah-angkah yang telah dilakukan oleh bank syariah terutama di masa pandemi saat ini yang “memaksa” mereka untuk lebih memaksimalkan layanan digital patut diapresiasi.
ADVERTISEMENT
Dan akan lebih bagus lagi jika langkah-langkah tersebut bisa didetailkan lagi supaya lebih terkoneksi dengan segmen pasar di industri 4.0 sekarang ini.
Seperti yang telah disinggung di atas bahwa pada industri 4.0 memiliki tiga subkultural digital yaitu “pemuda (youth), perempuan (woman) dan warganet (netizen)”. Untuk itu bank syariah perlu lebih mendetailkan lagi supaya produk dan layanan digitalnya sesuaI dengan kebutuhan dari tiga subkultural digital tersebut
Philip Kotler dan juga Hermawan Kertajaya menyampaikan bahwa pada industri 4.0 jalur pelanggan yang sebelumnya adalah : perhatian, minat, keinginan dan tindakan harus didefinisikan ulang menjadi: menyadari, tertarik, bertanya, bertindak dan menganjurkan.
Maka sekali lagi tiga subkultural digital tersebut menjadi poin penting untuk bisa merealisasikan definisi tersebut.
ADVERTISEMENT
Pelanggan di era konektifitas sekarang ini sebenarnya memiliki kekuatan yang sangat dahsyat apabila bank syariah bisa mengelolanya dengan baik.
Di era konektifitas, daya tarik awal dari sebuah merek dipengaruhi oleh komunitas dari pelanggan untuk menentukan sikap akhir. Komunitas menjadi elemen penting dalam proses pemasaran produk digital.
Walaupun para pelanggan tersebut berinteraksi di dunia maya tetapi mereka tersegmen dalam komunitas-komunitas karena dikelompokkan secara sistematis oleh algoritma sosial media.
Di era konektifittas para pelanggan juga memiliki kesetiaan yang lebih dibandikan era sebelumnya.
Kalau sebelumnya kesetiaan sering didefinisikan sebagai kesediaan untuk membeli produk lagi, tetapi di era koneftifitas digital ini kesetiaan didefinisikan oleh kesediaan menganjurkan sebuah merek kepada teman dan komunitasnya.
ADVERTISEMENT
Di era konektifitas ini warganet juga sangat aktif dalam forum-forum pelanggan, sebuah sikap yang jarang ditemukan pada pelanggan era sebelumnya.
Kalau kita buka-buka sosial media misal facebook maka kita akan menemui forum-forum yang berisi forum pelanggan dari sebuah merek. Misal forum bukalapak, tokopedia, shopee, grab, gojel dll, disitu kita bisa menemui para pelanggan yang sangat aktif di forum tersebut.
Dari pemaparan di atas maka bank syariah dalam menggarap milenial, emak-emak dan netizen perlu untuk mempelajari komunitas-komunitas yang ada, mengajak mereka untuk bisa aktif mengajak teman-teman di komunitasnya menggunakan produk dan layanan bank syariah dan juga membentuk forum-forum pelanggan yang aktif.
Hingga akhirnya bank syariah bisa benar-benar terkoneksi dengan alur baru definisi pelanggan yaitu : menyadari, tertarik, bertanya, bertindak dan menganjurkan.
ADVERTISEMENT
Anak-anak milenial yang produktif sangat suka dengan dunia entrepreneur, apabila bank syariah bisa masuk dalam forum-forum mereka untuk ikut diskusi mengenai skema bisnis musyarakah dan mudharabah akan sangat oke, apalagi kalau bisa dipraktikkan langsung.
Forum-forum jual beli, marketplace dan komunitas bisnis banyak diisi oleh anak-anak milenial ini. Jika bank syariah bisa mendapatkan hati mereka, maka mereka tidak hanya akan sekedar menggunakan produk dan layanan bank syariah, tetapi mereka akan ikut memasarkan kepada teman-temannya yang lain.
Emak-emak sangat suka dengan fashion dan kosmetik, ini menjadi peluang bagi bank syariah untuk lebih meningkatkan lagi sinergi dengan industri hijab dan kosmetik halal untuk mengelola segmen emak-emak ini.
Seperti kita ketahui revolusi hijab di Indoesia luar biasa sukses, jumlah pemakai jilbab saat ini meningkat drastis dibandingkan 20 tahun yang lalu. Kesuksesan ini tinggal diikuti saja trennya oleh bank syariah supaya bisa mendapatkan kesuksesan yang sama.
ADVERTISEMENT
Setelah milenial dan emak-emak tergarap maka yang terakhir yang perlu digarap adalah dunia netizen. Karena isu apa yang beredar di dunia netizen ini biasanya akan menjadi preferensi bagi para milenial dan emak-emak dalam mengambil keputusan.
Untuk itu bank syariah perlu memliki tim sosial media yang kreatif dan berwawasan luas, yang bisa mengelola isue dengan baik, bersinergi dengan para influencer yang sevisi untuk bersama-sama mengembangkan ekonomi Islam.
Sinergi dengan industri halal yang lainnya menjadi hal yang perlu ditingkatkan lagi oleh bank syariah apabila ingin sukses menggarap tiga subkultural digital tersebut.
Menggabungkan kekuatan-kekuatan yang ada supaya bisa menjadi sebuah ekosistem industri halal yang saling menguatkan.
Selanjutnya apabila ada dari kalangan milenial, emak-emak dan netizen yang membaca tulisan saya ini, saya mengajak untuk bersama-sama ikut mengembangkan perbankan syariah.
ADVERTISEMENT
Sangat mudah kok, cukup dari rumah kamu sudah bisa buka rekening dan bertransaksi di bank syariah.
Buka Rekenig Online Tanpa Harus Ke Kantor Bank
Mungkin masih ada yang belum tahu kalau bank syariah telah mengalami perkembangan tekhnologi digital yang sangat pesat dalam beberapa bulan ini.
Memang awalnya mereka sempat ragu apakah nasabah-nasabah bank syariah benar-benar sudah siap dan benar-benar membutuhkan layanan digital atau masih merasa nyaman dengan transaksi manual dengan datang ke kantor.
Tapi dengan adanya pandemi covid-19 ini ternyata kesiapan para nasabah dalam menggunakan digital banking sungguh diluar dugaan, mereka sangat-sangat siap bertransaksi secara digital.
Saya ambil contoh dari salah satu bank syariah di Indonesia yaitu Mandiri Syariah, berdasarkan informasi dari Mandiri Syarih didapatkan bahwa sejak dilincurkan pada akhir Desember 2019 sampai saat ini telah ada sekitar 50 ribu nasabah yang membuka rekening secara online.
ADVERTISEMENT
Kalau di rata-rata sekarang setiap hari ada hampir seribuan nasabah yang buka rekening online di jam layanan antara pukul 07.00 s.d 21.00 setiap hari termasuk Sabtu dan Minggu.
Terus apa sih keistimewaan digital banking syariah, apakah sudah benar-benar bisa transaksi di full digital tanpa datang ke kantor? Jawabannya bisa!
Saya ambil contoh lagi di Mandiri Syariah yang dilakukan pertama adalah download app mandiri syariah mobile di di play store, setelah itu tinggal mendaftar pembukaan rekening melalui app tersebut.
Sekitar 10 menit sudah bisa langsung bertransaksi tanpa harus ke kantor bank.
Karena ini bank syariah, maka ada beberapa akad yang bisa di pilih yaitu tabungan akad mudharabah, tabungan akad wadiah, tabungan untuk persiapan haji dan juga deposito yang menggunakan akad mudharabah.
ADVERTISEMENT
Kalau kita pengen tabungan yang free biaya admin maka bisa pilih yang akad wadiah.
Kita sebagai seorang muslim tentunya akan sangat beruntung kalau bisa bertransaksi dengan akad-akad yang benar, karena akad dalam bertransaksi memiliki kedudukan yang sangat penting bagi seorang muslim.
Terus apa sih kelebihannya jika dibandingkan dibital banking konvensional?
Selain menunjang transaksi perbankan yang syar’i, praktis, aman dan nyaman, mobile banking syariah juga menjadi teman daily life seorang muslim dalam melakukan akivitasnyas.
Kalau di fitur mandiri syariah mobile ada jadwal sholat, info masjid terdekat, juz amma dan juga pembayaran zakat, infak, shadaqah serta donasi covid-19.
Untuk detail tutorialnya bisa dibuka di YouTube sudah banyak netizen yang upload konten mengenai tutorial membuka rekening online di Bank Syariah.
ADVERTISEMENT
Zaman sekarang hal-hal semacam ini tentu sangat mudah, kita hanya butuh di kasih inspirasi untuk menulis kata kunci di internet.
Anggit Pragusto Sumarsono, Praktisi Ekonomi Islam, Mahasiswa Pascasarjana Ekonomi dan Keuangan Syariah, Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia. email: [email protected]