Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
Konten dari Pengguna
Sejarah Arab Saudi, Wahabi Serta Afiliasi Dengan Inggris Melawan Utsmani
10 April 2020 21:41 WIB
Tulisan dari anggitps tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dinasti Saudi I
ADVERTISEMENT
Dinasti Saudi berasal dari sosok yng bernama Saud Muhammad ibn Muqrin. Kakek Saud yang bernama Muqrin tinggal di kawasan Hanifah, Najd, Jazirah Arab. Mereka berasal dari daerah Dariya di kawasan Teluk Arab. Oleh karena itulah mereka menyebut daerah mereka yang mereka tempati di lembah Hanifah sebagai Dariya, yang kemudian dikenal dengan Diriyah. Saud pun memperluas wilayahnya di sekitar Diriyah.
Kiprah Saud kemudian dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Muhammad Ibn Saud yang juga dianggap sebagai pendiri Dinasti Saudi. Di saat ini muncul pula seorang tokoh yang bernama Syeikh Muhammad ibn Abdul Wahab. Muhammad ibn Abd al-Wahhāb memiliki nama lengkap Muhammad ibn Abd al-Wahhāb ibn Sulaiman ibn ‘Ali ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Rasyid ibn Barid ibn Muhammad ibn al-Masyarif al-Tamimi al-Hambali al-Najdi.
ADVERTISEMENT
Syeikh Muhammad ibn Abd al-Wahhab dilahirkan pada tahun 1115 H (1703 M) di kampung Uyainah (Najd), lebih kurang 70 km arah barat laut kota Riyadh, ibukota Arab Saudi sekarang. Ia tumbuh dan dibesarkan dalam kalangan keluarga terpelajar. Ayahnya adalah seorang tokoh agama di lingkungannya. Sedangkan abangnya adalah seorang qadhi (mufti besar), tempat di mana masyarakat Najd menanyakan segala sesuatu masalah yang bersangkutan dengan agama.
Pemikiran yang dicetuskan Muhammad Abd. al-Wahhab pada awal tujuannya adalah untuk memperbaiki kedudukan umat Islam, dan gerakan ini bukan timbul sebagai reaksi terhadap suasana politik seperti yang terdapat di Kekhalifahan Turki Utsmani, tetapi sebagai reaksi terhadap paham tauhid yang terdapat di kalangan umat Islam di waktu itu yang telah dipengaruhi oleh ajaran-ajaran tarekat yang semenjak abad ke-13 memang tersebar luas di dunia Islam.
ADVERTISEMENT
Muhammad Bin Saud dari Dinasti Saudi pun menyambut prinsip-prinsip Islam yang diserukan oleh Syeikh Muhamamd ibn Abdul Wahab. Berawal dari sinilah akhirnya gerakan Wahabi bersentuhan dengan kekuasaan. Oleh Dinasti Saudi, pemikiran Muhammad Abd. al-Wahhab menjadi penyokong dan sumber inspirasi utama dalam membangun Dinasti Saudi, oleh karena itu Dinasti Saudi membawa dua misi : politik dan agama. Dinasti Saudi akhirnya dapat menganeksasi banyak wilayah di Jazirah Arab.
Estafet kepemimpinan Dinasti Saudi dilanjutkan oleh Abdul Azis ibn Muhammad ibn Su’ud. Pembaruan Islam yang dilakukan secara politik dan agama yang merupakan kolaborasi antara Dinasti Saudi dengan Gerakan Wahabi (Penyebutan untuk pengikut Muhammad ibn Abdul Wahab) terus dilakukan. Sifat gerakan yang revolusioner tersebut tidak diterima oleh Kekhalifahan Turki Utsmani. Apalagi gerakan ini berhasil menduduki Kota Mekah dan Madinah yang merupakan wilayah di bawah Kekhalifahan Turki Utsmani.
ADVERTISEMENT
Kekhalifahan Turki Utsmani kemudian memerintahkan Mesir untuk merebut dua kota suci Mekah dan Madinah. Muhammad Ali (penguasa Mesir) dapat merebut kembali Kota Madinah pada tahun 1812M, dan kemudian juga Jedah dan Madinah. Abdullah Ibn Saud yang saat itu menjadi penerus pemimpin Dinasti Saudi menyerah dan mengakui kekuasaan Kekhalifahan Turki Utsmani.
Akan tetapi Abdullah Ibn Saud secara rahasia dan diam-diam memulai kembali aksi militernya. Ibrahim Pasha putra dari Muhammad Ali dari Mesir kemudian bertindak untuk menghentikan aksinya. Orang-orang Dinasti Saudi kemudian diserangnya dan para pemimpinnya termasuk Abdullah Ibn Saud dikirim ke Istambul Turki. Abdullah Ibn Saud di hukum pancung, di tanah lapang di muka Masjid Aya Sophia pada tahun 1818M. Dengan demikian, tamatlah riwayat Dinasti Saudi periode pertama.
ADVERTISEMENT
Dinasti Saudi II
Eksistensi Mesir mulai menurun di Jazirah Arab, mereka harus puas dengan hanya di Hijaz saja. Mereka telah mundur dari Najd pada tahun 1821M. Pada tahun 1841M, pasukan Mesir terpaksa mundur juga dari Hijaz.
Setelah kemunduran Mesir, akhirnya Najd dikuasai oleh amir dari Dinasti Saudi, sedangkan wilayah Hijaz beralih kepada para bangsawan yang masih berafiliasi dengan Kekhalifahan Turki Utsmani. Dengan demikian para periode kedua ini Dinasti Saudi berhasil menguasai sebagian jazirah Arab yaitu wilayah Najd.
Konflik dan pertikaian lantas meningkat antar para amir Dinasti Saudi. Momentum ini pun dimanfaatkan Klan Ibnu Ar Rasyid untuk menguasai wilayah-wilayah Dinasti Saudi di Najd. Maka sisa-sisa Dinasti Saudi meminta suaka kepada Klan Ash Shabah di Kuwait. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Dinasti Saudi periode II.
ADVERTISEMENT
Dinasti Saudi III
Abdul Aziz ibn Abdul Rahman Al Saud (Abdul Aziz II) sebagai salah satu Amir Dinasti Saudi mencoba menguasai kembali Jazirah Arab. Pada masa ini juga Gerakan Wahabi mendapat kesempatan lagi untuk membersihkan agama dan adat istiadat yang menurut mereka salah di tanah Arab. Para penganjur kaum-kaum itu melanjutkan tugas pembersihan itu di dalam kalangan mereka sendiri. Abdul Aziz II pun menjadi murid mereka.
Pada masa Abdul Aziz II ini, penguasa Jazirah Arab terbagi menjadi dua yaitu wilayah kekuasaan Kekhalifahan Turki Utsmani dan wilayah kekuasaan Kerajaan Inggris. Inggris berkuasa atas kawasan Kuwait, Bahrain, dan pesisir Teluk Arab. Sedangkan Turki Utsmani menguasai wilayah Yaman, Hijaz dan Najd. Hijaz adalah sebutan untuk wilayah yang meliputi Jeddah, Mekah dan Madinah, sedangkan Najd adalah sebutan untuk wilayah yang meliputi Riyadh, Ha’il. Qasim dan Syarqiyah.
ADVERTISEMENT
Akhirnya Dinasti Saudi bekerjasama dengan Inggris untuk melawan Turki Utsmani. Pilihan itu diambil dengan beberapa alasan salah satunya : Klan Ibnu Ar-Rasyid telah menguasai sebagian besar wilayah kekuasaan Dinasti Saudi di Najd serta berafiliasi dengan Turki Utsmani. Sedangkan Klan Ash Shabah di Kuwait tempat Dinasti Saudi meminta suaka berafiliasi dengan Inggris. Alasan lainnya juga mungkin karena faktor masa lalu pertikaian antara Dinasti Saudi dengan Turki Utsmani seperti yang dijelaskan di periode sebelumnya di atas.
Mulailah Abdul Aziz II yang disokong oleh Inggris menyerang Riyadh dan Ha’il dan dapat merebutnya dari Klan Ibnu Ar-Rasyid yang disokong oleh Turki Utsmani. Sewaktu Perang Dunia I berkecamuk, Turki Utsmani menarik mundur angkatan bersenjatanya dari negeri Arab. Hal ini semakin mempermudah Dinasti Saudi untuk merebut wilayah-wilayah yang ada di Jazirah Arab.
ADVERTISEMENT
Lantas tejadilah pertikaian sengit antara Dinasti Saudi dengan para Penguasa Hijaz (Syarif). Aplagi setelah penguasa Hijaz yang benama Syarif Husain mengikrarkan diri sebagai Khalifah kaum Muslimin setelah dihapuskannya Kekhalifahan di Turki Utsmani. Pada mulanya Syarif Husain ini menjalin hubungan dengan Inggris, namun tidak lama kemudian terjadi konflik antara Syarif Husain dengan Inggris. Akhirnya terjadi perang antara Dinasti Saudi yang disokong oleh Inggris dengan Syarif Husain dengan dimenangkan oleh Dinasti Saudi. Dengan telah dikuasainya wilayah-wilayah jazirah Arab di Najd dan Hijaz oleh Dinasti Saudi maka pada tahun 1932M/1351H Abdul Aziz II mengumumkan berdirinya Kerajaan Arab Saudi yang berdiri sampai sekarang.
Dari sejarah yang telah diuraikan di atas, ada beberapa hal yang bisa kita analisa terkait sejarah berdirinya Kerajaan Arab Saudi:
ADVERTISEMENT
Pertama, gerakan Wahabi pada awalnya hanyalah gerakan keagamaan saja dengan Mazhab Hambali yang merupakan salah satu Mazhab dari 4 imam Mazhab. Perbedaan antara ajaran wahabi dengan ajaran Mazhab sunni yang lainnya menurut para ulama hanyalah masalah furu yang sebenarnya sudah selesai pembahasannya oleh 4 Imam Mazhab. Pergesekan antara ajaran Wahabi dengan ajaran Sunni yang lainnya akhirnya terjadi karena ajaran wahabi dianut oleh Dinasti Saudi yang masuk perebutan kekuasaan di wilayah Hijaz dan Najd.
Kedua, pengaruh Inggris sebagai Kerajaan saingan Kekhalifahan Turki Utsmani di Jazirah Arab kemudian dimanfaatkan oleh Dinasti Saudi untuk merebut kekuasaan di Hijaz dan Najd. Tindakan ini sebenarnya sangat disayangkan karena dengan adanya campur tangan Inggris ini akhirnya jazirah Arab terpecah menjadi banyak negara yang terus berkonflik sampai sekarang.
ADVERTISEMENT
Ketiga, kita harus bisa memisahkan antara ajaran Wahabi dengan kepentingan politik Dinasti Saudi. Kalau kedua hal tersebut bisa dipisahkan maka tidak ada alasan lagi antara kelompok Wahabi yang kadang disebut juga dengan Salafi dengan kelompok dari Mazhab Suni lainnya untuk saling bermusuhan. Karena perbedaan di antaranya hanyalah masalah furu’ saja yang sebenarnya bisa untuk saling bertoleransi seperti halnya yang telah dilakukan pada zaman imam Mazhab.
Anggit Pragusto Sumarsono, Mahasiswa Pascasarjana Konsentrasi Ekonomi dan Keuangan Syariah, Kajian Timur Tengah dan Islam, Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia
*Diambil dari Ensiklopedi Sejarah Islam Tim Riset dan Studi Islam Mesir serta beberapa sumber lainnya