Bagaimana Kabar Vaksin Merah Putih Saat ini?

Anggita Kirana
I am a third year student at Universitas Airlangga. I enthusiast to learn a new things and also a risk taker for any challenges and opportunities.
Konten dari Pengguna
26 Juni 2022 15:47 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anggita Kirana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi vaksin corona. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vaksin corona. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada saat ini, dunia sedang tidak baik-baik saja. Munculnya pandemi di tahun 2019 lalu membuat tatanan kehidupan sedikit demi sedikit mulai berubah, manusia di seluruh dunia harus beradaptasi dengan keadaan yang sampai saat ini belum menunjukkan titik terang. Berbagai upaya telah dikerahkan pemerintah, namun kita semua hanyalah pemula, tidak berpengalaman untuk menghadapi situasi yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Perekonomian kian hari kian melemah, hubungan sosial mulai menurun, dunia pendidikan ikut berdampak besar dari virus Covid-19 ini. Kita tentu harus siap dengan perubahan ini, karena dunia pendidikan cepat atau lambat akan mengalami perubahan pesat akibat pandemi Covid-19 ini. Banyak upaya yang sudah pemerintah kerahkan, salah satunya pembuatan vaksin merah putih buatan anak bangsa.
ADVERTISEMENT
Pemerintah pusat saat ini telah menggalakkan vaksinasi untuk segala umur, mulai dari anak usia 12 tahun hingga lansia. Maka dari itu, para peneliti ikut andil dalam masalah ini. Vaksin Merah Putih yang dikembangkan para peneliti Indonesia mulai menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam menangkal Covid-19, sehingga diharapkan dapat diproduksi pada tahun 2022.
Pengembangan vaksin Covid-19 ataupun vaksin untuk penyakit lainnya di dalam negeri belum optimal. Ini karena terkendala ketersediaan keahlian para peneliti, alat produksi, hingga infrastruktur pendukung pengujian lainnya. Ke depannya, kendala ini akan dikikis dengan mengubah alokasi dan fokus riset serta menjamin ketersediaan infrastruktur. Dalam pengembangannya, pemerintah bekerja sama dengan empat universitas dan dua lembaga, universitas tersebut di antaranya Universitas Airlangga (UNAIR), Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Dan juga dua lembaga yakni Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
ADVERTISEMENT
Vaksin buatan anak bangsa ini dikembangkan dengan beberapa platform yang berbeda. Unair telah melaksanakan riset pengembangan dengen tiga platform yakni inactivated virus, viral vector dengan adenovirus, dan platform peptide. Ketiga platform tersebut memang masih berlanjut, vaksin dengan platform inactivated virus alias virus yang dilemahkan telah selesai lebih awal. Selanjutnya, vaksin ini dilanjutkan ke tahap uji praklinis dan uji klinik.
Di lain sisi, Lembaga Eijkman mengembangkan vaksin Merah Putih dengan platform sub-unit protein rekombinan. Bibit vaksin tersebut diberikan kepada pihak industri yakni PT Bio Farma. Vaksin Merah Putih tentunya telah dikawal oleh BPOM dan sudah lolos uji praklinik 1 dan 2. Rencananya vaksin ini akan diproduksi tahun 2022 untuk menjadi booster vaksin Covid-19. Namun, di tengah riset para peneliti, pemerintah justru akan membuka izin pembangunan pabrik vaksin buatan China di Indonesia. Padahal riset penelitian vaksin Merah Putih masih memiliki beberapa kendala, salah satunya kurangnya relawan untuk uji vaksinasi.
ADVERTISEMENT
Unair sendiri telah menunjuk 8000 mahasiswa satu angkatan yang lolos kualifikasi akan dikerahkan untuk menjadi relawan pada uji vaksinasi yang akan diselenggarakan, hal ini karena karena masyarakat yang telah menerima vaksin Covid-19 sebelumnya tidak dapat menjadi relawan dalam uji klinis tahap ketiga vaksin merah putih. Penggalakan vaksinasi dan pembuatan vaksin Merah Putih yang menunjukkan titik terang tentunya menjadi kabar baik bagi dunia pendidikan. Bisa dilihat dunia pendidikan ikut menjadi salah satu bidang yang terdampak cukup besar karena pandemi ini. Banyak sekali perubahan demi perubahan untuk beradaptasi dengan situasi genting ini. Sejak awal tahun 2020 kegiatan pendidikan diubah menjadi daring. Tentunya hal ini memiliki dampak negatif bagi pelajar negeri.
Masalah utama yang dialami siswa adalah jaringan yang tidak memadai. Hal ini merupakan tantangan besar bagi siswa dan tak terkecuali bagi orang tua, realita yang ada juga tidak sedikit orang tua yang tidak paham mengenai penggunaan teknologi, jelas hal ini akan menghambat keaktifan siswa atau anak dalam proses belajar daring ini. Masalah selanjutnya ialah akibat kurangnya interaksi langsung antara guru dan siswa, otomatis berkuranglah internalisasi nilai-nilai karakter yang semestinya harus ditanamkan seorang guru ke dalam diri siswa. Ini akan mengakibatkan degradasi moral pada anak atau siswa. Upaya menyukseskan PTM terbatas juga ditempuh Kemendikbudristek dengan mengakselerasi pengembangan vaksin Merah Putih. Guna memaksimalkan tercapainya kekebalan kelompok (herd immunity), Menteri Nadiem meminta mahasiswa penggerak untuk mengajak rekan mahasiswa lainnya mengikuti vaksinasi. Mahasiswa Sambut Positif Keberpihakan Kemendikbudristek di Masa Pandemi,
ADVERTISEMENT
Fasilitas yang masih kurang memadahi sudah ditangani oleh pemerintah. Pada awal Agustus lalu, Mendikbudristek telah meresmikan kelanjutan bantuan kuota data internet dan bantuan UKT untuk tahun ajaran 2021/2022. Kebijakan tersebut diambil karena belum semua perguruan tinggi dapat memberikan opsi PTM terbatas kepada mahasiswa. Diakui Mendikburistek, meski ada perguruan tinggi yang berada di level satu sampai tiga PPKM dan dapat melakukan PTM terbatas namun ada juga kampus yang daerahnya berada pada level empat sehingga masih harus melakukan pembelajaran jarak jauh. Unair sendiri memberlakukan peraturan yaitu mengharuskan mahasiswa untuk vaksin sebagai syarat pelaksanaan KRS untuk semester depan dan bagi mahasiswa baru sebagai syarat untuk daftar ulang. Hal ini tentunya sangat positif sekali. Buktinya, selama kurun waktu beberapa bulan terakhir jumlah masyarakat yang telah melakukan vaksinasi di Indonesia mencapai target dan tingkat penyebaran virus mulai terkendali karena daya imun masyarakat yang sudah cukup untuk menangkal virus.
ADVERTISEMENT